TENTANG MENGAPA DIA?
"Jelaskan, Le. Abah akan mendengarkannya," perintah Abah Furqon."Jadi saat itu kami baru saja bertemu, Bah. Dan tiba-tiba Gendhis hilang kontak begitu saja setelah dia mengatakan dengan emosi dan berjanji untuk menjauhi Mas Rio. Lalu entah mengapa saat itu feeling Mulki mengatakan ada sesuatu yang tak baik-baik saja, karena Gendis pergi denga begitu tergesa-gesa. Mulki sampai meminta seseorang untuk melacak keberadaan Gendhis, ternyata benar saja. Gendhis ada di rumah sakit," jelas Mulki."Anak Gendis dipatuk ular dan dia meninggal dunia, Bah. Saat itu dia masih hidup dengan kondisi kritis," sambungnya."Innalillahi wa inna ilaihi rojiun," gumam Abah Furqon."Bah, Mulki hanya membantunya saja. Bukan membantu Gendhis namun membantu mereka semua keluarga besar Gendhis, untuk mengurus semua pemakamannya, Bah. Kejadian itu berlangsung begitu cepat, Bah. Sampai Mulki tak bisa memberikan kabar atau memikirkan HP Mulki untuAKU IKHLAS HANYA SAJA RINDUAku Ikhlas Hanya Saja Rindu.Aku adalah sepasang mata yang kehilangan binarnya, hal-hal indah yang selalu aku menangkan karena darimu, kini telah dimenangkan oleh seseorang yang katanya lebih berkuasa memilikimu daripada aku. Tanpa berpamitan kamu meninggalkanku dengan sejuta pertanyaan-pertanyaan yang tidak pernah kutemukan jawabannya hingga hari ini. Saat semua rasa melebur menjadi lara dan dunia menjadikanku sepi yang tidak pernah damai, aku masih saja sibuk bertarung dengan isi kepalaku sendiri mencari jawaban atas luka yang kau ciptakan di hidupku.Apa yang membuat pemilik-Mu sesungguhnya mengambilmu dariku? Padahal aku sedang mencintaimu. Cinta yang sesungguhnya tumbuh dengan indah untukmu di dunia ini. Kenapa kau pergi meninggalkan aku? Padahal aku tidak meminta apapun selain diizinkan untuk mencintaimu dengan tulus, merawatmu dengan sebanyak-banyaknya cinta yang aku punya. Sebab sudah tidak ada lagi yang aku harapkan sel
Perkara Restu Orang Tua"Lah kau ini bagaimana? Bukankah katamu kalian akan menikah? Kau sudah tiba di Indonesia sejak semalam mengapa kau tak memberikan kabar pada calon suamimu sendiri? Aneh sekali kau ini, Gendhis. Kau jangan terlalu egois dan jual mahal. Kau jangan mementingkan gengsimu, ingat umurmu, Nduk. Jika dia lelaki baik dan sholeh, turunkan sedikit egomu dan menikahlah," tegur Bu Ririn."Iya, Ma," jawab Gendhis."Jangan hanya iya-iya saja. Hubungi dia dulu, Mama tahu kau berubah, kau ingin menjauhi zina. Toh hanya meberi kabar kalau kau sudah tiba di indonesia apa salahnya? Tak akan zina," omelnya lagi."Iya, Ma. Iya," jawab Gendhis menghela nafas panjang.Bu Ririn pun meninggalkannya masuk ke dalam rumah. Dia pun segera mengeluarkan HP nya. Memang sesampainya di Indonesia dia sama sekali tak memberi kabar pada Mulki.[Assalamualaikum, Mulki aku sudah sampai di Indonesia. Maaf baru sempat memberi kabar]Send
SIAPA CALON MULKI, BAH?"Berarti kalau Umi tak merestuinya Mulki tak akan diizinkan menikahi wanita itu? Meskipun itu rekomendasi Abah Usman dan anakmu sendiri mencintainya, Mi?" selidik Abah Furqon.Umi Laila langsung terdiam mendengar pertanyaan suaminya itu. Berat sekali jawabannya, padahal dalam kehidupan ini tentu sering mendapatkan kasus di mana kedua pasangan tidak direstui oleh kedua orang tuanya untuk menikah. Alasan dari tidak direstui hubungan kedua pasangan pun beraneka ragam, namun biasanya alasan orang tua tak merestui hubungan anaknya adalah karena calon menantu atau pendamping anaknya tidak memenuhi kriteria mereka. Dia sadar sekali akan hal itu."Kenapa Umi diam saja?" tanya Abah Furqon menyadari istrinya melamun."Sebenarnya susah pertanyaan Abah ini di jawabnya. Kadang Umi ini juga manusia yang memiliki sisi egois juga, di sisi lain umi tahu bahwa menikah pilihan anak. Itu kebebasan anak, Bah. Namun di sisi lain sebagai mertua,
DIA GENDHIS!"Kedua, jangan menganggap putra kita itu sempurna, Mi. Meskipun kita orang tuanya, anak kita juga banyak memiliki kekurangan juga. Apalagi Mulki mengidap penyakit meningitis, Umi harus ingat itu. Jangan menuntut bidadari syurga karena anak kita pun tak sempurna. Paham?" tegas Abah Furqon. Umi Laila menganggukkan kepalanya."Ketiga, yang perlu menjadi pertimbangan Umi adalah wanita ini sudah di pilihkan oleh Abah Usman guru besar Abah dan Mulki. Tentu bukan asal-asalan di pilih, selain itu dia juga mau menerima semua, ingat SEMUA kondisi anak kita. Baik buruknya dia sudah sepakat. Jadi pertimbangkan ini juga meski kau kecewa akan pilihannya," sambungnya."Siapa wanita itu, Bah?" tanya Umi Laila mulai tak sabaran. Abah Furqon menatap ke arah istrinya."Wanita itu adalah Gendis," jawabnya.Umi Laila terdiam sepersekian detik, dia mencoba mencerna apa ucapan sang suami. Dia masih tak mau terburuk sangka, dia takut Gendhis yang d
MULAI MAULIDA SAMPAI IFAH DAN BERAKHIR GENDHIS"Allah, apa yang harus aku lakukan? Andai bisa, namun aku tahu berandai-andai tidak boleh," monolog Umi Laila.Hanya saja kali ini dia kalah, sang Putri sangat menyayangi suaminya bahkan cintanya itu sampai menutupi rasa sakit hatinya dan sebagai orang tua kembali lagi dia pun tak bisa berbuat apa-apa juga melihat sang Putri ingin tetap bersih kukuh bersama Rio. Apalagi sekarang Rio sudah menunjukkan gejala berubah, lalu tiba-tiba anak lelakinya dengan konyol ingin menikahi wanita yang pernah dibekasi oleh kakak iparnya. "Bukankah ini Sama saja bunuh diri?" batinnya lagi,"Bagaimana jika mereka bertemu dengan Syifa? Aku tahu Sifa anak yang sangat baik, namun dia akan sakit hati dan Rio akan kembali perasaannya mencintai Wanita itu. Sungguh ini tak akan bisa dibayangkan. Gusti, Allah, Allah," monolog Umi Laila. Berkali-kali Umi Laila mengusap air matanya, Abah Furqon membiarkan sang istri
TANTANGAN MULKI TA'ARUF!"Bukan merendahkan standar, Mi. Pertama kita lihat saja usia mereka jauh lebih muda daripada Mulki. Belum tentu mereka bisa merawat Mulki dengan baik saat Mulki sakit. Iya kalau sakitnya masih di Indonesia, Mi. Jika sakit itu harus diderita saat di luar negeri? Saat Mulki kembali menuntut ilmu terakhir di Tarim, bagaimana?" tanya Mulki."Apakah Umi harus terbang ke sana? Apakah Mulki harus mengurus diri Mulki sendiri? Apa gunanya memiliki istri jika begitu? Itu adalah alasan pertama, Mi. Kedua, jikalau pun mereka sanggup mengurus Mulki, apakah mereka bisa menerima konsekuensi Mulki, Mi? Bukankah dokter sudah mengatakan kalau kemungkinan terburuk yang akan Mulki derita jika penyakit ini kambuh lagi adalah mandul? Mengingat penyakit serangan yang kedua itu sudah parah, konsekuensinya Umi ingatkan?" kata Mulki lagi. Umi Laila terdiam dan meneguk ludahnya dengan kasar. "Mi, setiap pernikahan yang dilakukan itu pasti menginginkan ketur
LELAKI DENGAN HARGA DIRI SEPARUH?"Sudah, Bah. Mulki tak keberatan jika memang Umi menginginkan Mulki untuk berta'aruf dengan wanita pilihannya, baik dengan Maulida maupun maupun dengan iffah. Namun Mulki hanya meminta satu hal yaitu menjelaskan kondisi Mulki dengan jujur tanpa ditutupi. Bahkan Mulki mau bertemu keluarganya dan menjelaskan duduk permasalahannya, Bah," jawab Mulki."Lalu?" tanya Abah Furqon.Umi Laila hanya diam. Abah Furqon dan Mulki pun langsung berpandangan mereka paham sekali jika sang Umi sudah diam maka artinya tahapan marahnya sudah diambang batas kecewa. Sedikit membahayakan sebenarnya. Mulki pun memberika kode pada Abah Furqon dengan kedipan mata, Abah Furqon menganggukkan kepalanya."Mi, Umi ini hanya ingin menikah seumur hidup sekali. Rasanya itu tak beratkan sama seperti Umi dan Abah membina rumah tangga sekali seumur hidup, hanya itu saja. Sedangkan kondisi Mulki seperti ini, Mulki hanya ingin sakinnah, mawaddah, wara
AKANKAH RIO MENGETAHUINYA?"Percayalah, Mi. Ketika seorang wanita sudah berada di titik menyayangi suami, calon pasangannya dan menerima semua keputusan serta kondisi sang suami, maka keberkahan dalam rumah tangganya akan berlangsung lama dan awet. Tak mudah memang menerima lelaki dengan harga diri yang sudah tinggal separuh," jelas Abah Furqon."Abah bisa mengatakannya begitu karena Abah lelaki, Mi. Percayalah, karena harga diri lelaki itu ya itu, Mi. Kelelakian, memang wanita tak menuntut bahkan bisa menahan, tapi untuk seumur hidup? Bisakah? Bayangkan saja, Mi. Bagaimana amit-amit jika menimpa Umi. Ketika lelaki kehilangan keperkasaannya, maka harga dirinya akan turun dan itu wajar," sambungnya. "Entahlah, Bah. Aku belum bisa berpikir sampai sana, aku masih ingin memiliki waktu sendiri dan untuk memikirkan semua dalam posisi yang dingin. Biarkan aku mencari waktu dulu," terang Umi Laila.Abah Furqon pun langsung terdiam, dia malas berdebat de