Mata Keina seketika melebar mendengar ucapan Clara. Ia tertegun di tempat, merasa sangat bingung dengan permintaan yang tiba-tiba ini."Kau mau bukan, Keina?"Keina mengigit bibirnya, berteman dengannya? Yang benar saja! Ia harus berteman dengan wanita yang mendeklarasikan diri ingin menjadi kekasih Alden?"Terima saja Keina, Clara merupakan pribadi yang baik,"Sekali lagi Keina menghela nafasnya mendengar ucapan Alden, tidak bisakah pria ini diam dan tidak mencampuri pembicaraan mereka? Keina menghela nafasnya panjang lalu mengulas senyuman tipis."Ya, tidak masalah. Kenapa saya harus menolak permintaan pertemanan dari seseorang?" balas Keina, meski hatinya masih memiliki keraguan dengan wanita ini namun Keina tidak mungkin menolaknya karena Alden ada di sini. Bisa-bisa Alden berpikir bahwa ia menolak karena ia masih memiliki perasaan pada pria itu, ia tidak mau Alden merasa besar kepala karena mengetahui ia terganggu dengan kehadiran wanita bernama Clara ini."Kau menerimaku? Jadi m
Mata Keina terbelalak dengan lebar mendengar ucapan Alden. Apa katanya tadi?"Kau akan menjadikan Clara sebagai kekasih?" ulangnya dengan nada tidak percaya.Alden terlihat mengangguk, "Ya, kau bilang dia wanita yang baik. Terimakasih atas sarannya, kau memberikan saran yang sangat baik untukku, Teman!" ujar Alden sambil menepuk bahunya dengan lembut. Pria itu dengan sengaja memberi penekanan pada kata 'teman' seolah memberi tanda pada Keina bahwa Alden menyetujui pertemanan yang Keina deklarasikan sekarang.Keina hanya bisa terpaku dengan semua ini, padahal ia yang sudah memancing Alden, padahal ia yang meminta Alden untuk menjadikan Clara sebagai seorang kekasih, namun sekarang perasaannya yang malah gusar. Apa Alden serius dengan perkataannya? Apa Alden benar-benar akan menggantikan posisinya dengan wanita lain?"Kalau begitu aku akan kembali pada wanita yang akan aku jadikan kekasih itu, aku tidak boleh mengecewakan karena terlalu lama menunggu kita, bukan?"Keina hanya bergumam t
"Bagaimana? Kau mau, bukan?"Keina terlihat tertegun sejenak mendengar permintaan itu. Situasinya semakin hari semakin pelik."Kau tidak mau ya?" ujar Clara menunjukkan wajah kecewa di hadapannya. Melihat hal itu Keina menjadi merasa bersalah, ia segera menggeleng, "Ah tidak, bukan begitu.""Jadi, kau mau?"Belum sempat ia mengatakan maksudnya, Clara malah mengambil kesimpulan sendiri. Keina menghela nafasnya panjang, didesak seperti itu tentu saja membuat dirinya kewalahan."Aku akan mencobanya, tapi berhasil atau tidak aku tidak dapat menjamin. Perasaan Alden milik Alden sendiri, aku tidak mungkin bisa mengaturnya.""Aku mengerti. Asal kau mau membantuku, itu sudah cukup bagiku. Terima kasih Keina," ucap Clara dengan senyuman lebar.Sementara Keina merasa bingung, Clara merasa senang dengan hasil pembicaraan ini.Dengan seperti ini, peluang Keina dan Alden untuk bersama akan semakin kecil. Clara mengulas senyuman lebarnya kembali, bagaimana bisa ada orang senaif itu yang menjodohkan
Keina tertegun sejenak mendengar pertanyaan Alden, ia mengangkat wajahnya lalu tersenyum dengan tipis, "Tentu saja, kenapa aku harus merasa bermasalah dengan itu? Bukankah aku sudah bilang kemarin padamu? Aku tidak bermasalah jika kau berhubungan dengan Clara. Jadi, kau tidak perlu terus menerus bertanya mengenai hal ini? Karena jawabannya akan tetap sama.""Kau yakin tidak akan menyesal?""Tidak, untuk apa aku menyesalinya?Raut wajah kecewa segera terlihat di wajah Alden, belum waktunya dansa mereka selesai, Alden melepaskan pegangannya di pinggang Keina, "Baiklah, aku mengerti."Keina hanya terdiam saat Alden beranjak dari hadapannya lalu menepuk pundak Adrian, "Kurasa aku harus mengembalikan pasanganmu sekarang."Adrian yang mendengar hal itu terlihat heran, Alden segera melanjutkan perkataannya melihat tatapan Adrian yang bingung, "Aku harus berbicara dengan Clara, kau bisa memberikan waktu untuk kami, bukan?"Adrian mengulas senyuman tipisnya mendengar penjelasan itu, "Apa ini w
Keina terkejut mendengar pertanyaan Adrian. Ia terdiam sejenak, mencoba berpikir bagaimana baiknya ia keluar dari situasi ini. Untuk kemudian Keina mengusap tengkuknya, memasang raut wajah teramat lelah di sana."Hari ini aku lelah sekali, bagaimana jika kita membicarakan ini nanti saja? Aku akan memikirkan waktunya dengan hati-hati, aku mohon berikan pengertian untukku, Adrian,""Ah benar, seharusnya hal seperti ini dipikirkan lebih matang lagi. Baiklah Keina, maafkan aku. Aku malah membicarakan hal penting seperti ini disaat kau sedang lelah."Keina mengulas senyuman tipis, "Terimakasih karena sudah mengerti situasiku Adrian. Kalau begitu aku akan masuk,"Keina segera keluar dari mobil Adrian, saat mobil Adrian sudah menghilang dari hadapannya ia menghela nafasnya panjang. Syukurlah Adrian bisa mempercayai alasannya saat ini. Namun, bagaimana dengan selanjutnya? eina memijat kepalanya yang terasa berputar, alasan apa lagi yang ia katakan jika Adrian bertanya kembali mengenai hal ini
"Alden, lepaskan. Tolong."Nafas Keina terasa tercekat merasakan nafas Alden yang menyapu tengkuknya. Ia memejamkan matanya, mencoba mengendalikan diri untuk tidak tergoda oleh sentuhan."Tidak bisakah kau kembali padaku saja? Aku akan memperlakukanmu dengan baik, kau harus tahu Keina, aku sangat mencintaimu. Kau juga begitu kan? Kau masih mencintaiku hingga kau selalu goyah pada Adrian."Hati Keina terasa tersayat mendengar suara Alden yang begitu memohon padanya. Ya, ia memang goyah karena Alden, tapi ia sungguh tidak bisa. Kesalahan Alden di masa lampau sungguh menyakiti batinnya hingga ke dalam, bagaimana mungkin ia menerima Alden kembali? Bagaimana jika Alden menyakitinya lagi?"Maaf, tapi kau benar-benar salah paham. Aku sama sekali tidak memiliki perasaan apapun lagi padamu."Dengan perlahan Keina memutuskan ikatan tangan Alden di balik tubuhnya. Alden hanya bisa terhenyak, seluruh harapannya musnah seketika."Sebaiknya kau pulang Alden, jangan membahas ini lagi karena kisah ki
"Aku hanya ingin meminta maaf padamu atas perlakuanku selama ini, tidak seharusnya aku mendesak hubunganmu."Keina tertegun mendengar penuturan Alden, ia terdiam sejenak, tidak menduga jika Alden akan kembali meminta maaf. Padahal ia yang telah membuat hubungan mereka menjadi seperti ini, tapi Alden masih meminta maaf padanya. Keina mendesah panjang, merasa sangat bersalah terhadap pria di hadapannya."Tidak apa-apa, ini juga kesalahanku."Alden terlihat mengulurkan sebelah tangan ke arah Keina, "Bagaimana jika kita berjabat tangan sekali lagi? Demi masa depan kita bersama."Keina menatap tangan Alden yang kembali terulur ke arahnya. Ia menghela nafas, sudah berapa kali tangan mereka berjabat tangan untuk sebuah kerja sama saling melupakan ini? Dua kali? Tiga kali? Atau bahkan lebih? Mereka sudah sering saling berkomitmen untuk tidak terlibat perasaan di antara hubungan ini, namun apa yang terjadi sungguh di luar dugaan. Semakin lama, perasaan Keina malah semakin terikat dengan pria i
Alden menarik nafasnya panjang lalu menghembuskannya seketika, tatapan Keina yang menatapnya dengan dalam membuat Alden sama sekali tidak bisa berpaling."Sebaiknya kau mundur sebelum kau menyesali semuanya."Alden terhenyak saat Keina mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir Alden. Sejenak ia hanya terdiam merasakan lembutnya bibir Keina menyentuh bibirnya. Alden memejamkan matanya sejenak, ia merindukan sentuhan ini lebih dari apapun. Alden melumat bibir Keina, merasakan tiap cecapan bibir mereka beradu tiap detiknya. Alden merasa penuh, merasakan sentuhan mereka yang semakin intens tiap detiknya.Untuk kemudian Alden sadar. Ini salah! Keina Nayara sedang tidak sadarkan diri sekarang. Alden menghentikan pagutan mereka, ia menatap Keina dengan tatapan teduh, "Aku memang merindukanmu, tapi aku tidak mau menyentuhmu saat kau sama sekali tidak sadarkan diri, Keina Nayara. Aku tidak mau kau bangun lalu mengutukku saat kau bangun di pagi hari nanti. Sebaiknya kau beristirahat.""Kau mau me