Karena tidak bisa protes jadi aku menerima saja perlakuan dan keadaan ini, tak apalah nanti juga kalau mereka ada perlu pasti akan berbicara denganku, bukankah selama ini mereka itu hobinya menyuruhku ini dan itu, jadi mana mungkin mereka akan berlama-lama tidak memanfaatkanku.
Jadilah hari ini aku berangkat kerja tanpa sarapan, gampanglah nanti beli kue basah aja di dalam perjalanan karena kebetulan dari rumah menuju tempat kerja melewati pasar tradisional.
Syukurlah masih ada sisa roti gabin dan dadar gulung di lapak dagangan Nenek Surti, tak apalah ini juga sudah cukup untuk mengganjal perut sampai siang.
Kue basah di lapak dagangan Nenek Surti memang sangat laris, kue-kue buatannya memang sangat enak, harganya juga merakyat ditambah lagi Nenek Surti orangnya ramah sekali, jadi ya banyak pelanggannya.
Setelah semua kue yang aku beli habis aku makan sembari mengobrol dengan Nek Surti, aku segera pergi dari sana menuju tempat kerjaku, sampai di sana Bu Susi dan pekerja lainnya sudah mulai bekerja, rupanya aku datang agak terlambat.
"Dewi,"
Panggilan seseorang dari arah belakang menghentikan langkahku.
"Ayah, kenapa datang ke sini?" Tanyaku heran, tak biasanya ayah datang ke tempat kerjaku.
"Nih, ayah bawakan nasi bungkus untuk sarapan, tadi di rumah gak sarapan kan? Ayah pergi dulu nanti ketahuan mamamu."
Setelah memberikan nasi bungkus kepadaku ayah berlalu, sebelum pergi ayah sempat melambaikan tangannya kemudian memacu motornya.
Tak terasa mataku berkaca karena terharu atas perhatian yang diberikan ayahku, selama ini ayahku memang cuek, tapi ternyata di dalam hatinya aku ini masih putrinya.
"Wik, pagi-pagi udah melamun! Lagi jatuh cinta ya?"
Di tengah lamunanku aku dikagetkan oleh panggilan Bang Faisal anak pertama dari Bu Susi.
"Eh, Bang Faisal, bikin saya kaget aja."
Bang Faisal memang jarang ada di sini, karena dia membuka usaha jual-beli handphone di luar kota dan kabarnya akan segera membuka cabang di yang lainnya.
Untuk sesaat dadaku berdebar ketika melihat senyuman manis dari Bang Faisal, tapi aku segera menarik napas untuk meredakan perasaan itu supaya tidak keterusan karena sangat berbahaya, aku yang hanya seorang gadis biasa dan bisa dibilang jelek gak boleh berlebihan dan harus tahu diri.
"Dewi, kamu sudah datang? Ayo cepet ke sini kerjaan sudah numpuk, pagi-pagi udah banyak pelanggan yang bawa pakaian kotor!"
Aku segera meninggalkan Bang Faisal yang baru saja mau berbicara lagi, Ibu Susi adalah bos yang baik hati, jadi setiap perkataannya adalah sebuah perintah buatku.
Karena sudah banyak pakaian kotor yang menumpuk, aku segera melakukan pekerjaan bersama beberapa rekan kerjaku, usaha laundry Bu Susi memang tak pernah sepi walaupun banyak saingan, itu karena Bu Susi mengajari kami semua untuk bekerja dengan rapi dan konsisten, jadi semua pelanggan sangat menyukai hasil kerja kami.
Tepat jam 5 sore, semua kerjaanku sudah beres dan aku langsung pulang, meskipun kebayang seramnya di rumah saat ini, tapi aku tidak punya pilihan lain selain pulang ke rumah.
"Mau diantar, Wik? Tiba-tiba Bang Faisal sudah ada di sampingku dengan mengendarai motor matic-nya, entah kenapa hari ini kurasakan ada banyak kejutan.
"Nggak usah, Bang, makasih. Dekat kok aku jalan kaki saja," ucapku dengan perasaan deg-degan.
"Ayolah naik, kebetulan aku bakal lewat rumahmu dan gak baik loh menolak rezeki."
Sebenarnya aku pengen nolak, tapi Bang Faisal berhasil membujukku untuk ikut dengannya, lalu aku naik untuk berbonceng dengannya.
Di sepanjang jalan menuju rumahku, hampir semua pasang mata memperhatikan kami yang sedang berboncengan.
Aku tahu apa yang sedang dipikirkan orang-orang tersebut, aku hanya menundukkan kepalaku di belakang punggung Bang Faisal, aku takut akan menjadi perbincangan warga dan ujung-ujungnya penghinaan untukku.
Maklumlah, Bang Faisal itu lelaki tampan dan mapan, dan saat ini tengah membonceng wanita seperti aku, pastinya banyak gadis bakal merasa marah denganku, secara selama ini Bang Faisal memang menjadi pujaan banyak gadis di daerah sini.
Apakah aku salah satunya? Iya aku juga suka melihat Bang Faisal, tapi perasaan itu sudah lama aku kubur dalam-dalam, karena gak mungkinkah seorang lelaki seperti Bang Faisal akan menyukaiku yang buruk rupa ini.
"Sudah sampai, Wik, aku pamit dulu ya! Sampai ketemu besok."
"Makasih, Bang, udah diantar sampai depan rumah, saya jadi gak enak."
"Santai aja, Wik," Ucap bang Faisal sembari kembali menggeber motornya.
Untung saja di rumah sedang sepi, jadi aku gak malu sama Bang Faisal kalau seandainya tiba-tiba aku dimarahi oleh mama ataupun Lolita.
***
Pagi ini aku sengaja berangkat kerja lebih awal agar gak lama-lama melihat raut muka masam Lolita dan mama, lebih baik cari aman daripada terjadi pertengkaran.
Ternyata laundry belum dibuka karena aku datangnya kepagian, jadi aku memutuskan untuk pergi ke rumah bu Susi untuk mengambil kunci, di sana terlihat motor matic Bang Faisal sudah terparkir, mungkin dia baru datang karena pintu gerbang juga terbuka, melihat pintu gerbang terbuka lalu aku masuk saja langsung.
Ketika di depan pintu rumah, niatku mengucap salam tertahan sebab dari dalam rumah terdengar percakapan.
"Jangan dekat sama Dewi! Gosip bahwa kemarin kamu membonceng Dewi hingga rumahnya sudah tersebar luas, papa gak suka dengan itu!!"
"Cuman bonceng Dewi, Pa, kemarin itu kebetulan aku lewatin rumah Dewi, jadi gak masalah kan jika aku sekalian anter dia pulang?"
"Kamu suka sama Dewi? Papa tahu Dewi itu anak yang baik, tapi kalau kamu jadiin pacar atau istri itu tidak mungkin, dia itu gak cantik, cacat kulit dan hanya lulusan SMP, bisa malu keluarga kita!!"
"Ya ampun, Pa, masak aku pacaran sama Dewi, aku nganter Dewi karena sebenernya pengen ketemu adiknya si Lolita, aku masih normal, Pa! Tahu mana barang bagus dan nggak."
Percakapan Bang Faisal dengan Pak Darso ayahnya yang juga berarti suami Bu Susi benar-benar menusuk hatiku, tusukan itu kembali melebarkan luka yang masih menganga di hati.
Saat ini aku semakin sadar betapa tidak punya harga diri dan tidak berartinya seorang Dewi ini di mata orang-orang, bahkan orang yang sedari dulu kusangka baik ternyata sama saja, bahkan tega ingin menjadikanku batu loncatan untuk mendekati adikku Lolita.
Aku harus berubah! Akan kubuktikan jika aku juga bisa menjadi wanita yang dihormati dan disukai banyak orang.
Sebelum mereka tahu kehadiranku di sini, lebih baik aku bergegas pergi, tapi terlambat sudah karena pintu rumah kini sudah terbuka.
Sebelum mereka tahu kehadiranku di sini, lebih baik aku bergegas pergi, tapi terlambat sudah karena pintu rumah kini sudah terbuka."Dewi, kamu?""Hhmm, saya mau ambil kunci toko, Bang."Meski sekuat tenaga kusembunyikan, tapi getaran suaraku tetap terdengar, aku memang berusaha menyembunyikan kemarahan dan juga sedih yang mencabik-cabik perasaanku saat ini."Wik, tadi kamu?""Lolita sudah bertunangan dengan Erwin, Bang, dan akad pernikahannya bulan depan, Bang Faisal tunggu saja surat undangannya."Wajah, Bang Faisal memerah, lalu dia saling pandang dengan papanya, karena takut lepas kendali lebih baik aku segera pergi dari rumah itu, aku melupakan soal kunci toko karena saat ini yang terpenting adalah pergi dan mencari tempat untuk menenangkan diri."Dewi, tunggu, Abang bisa jelasin soal pembicaraan tadi, Ab
Selesai berkemas aku memilih mengurung diri di kamar, di luar masih terdengar suara Erwin dan juga suara mama dan adikku yang nyaring menyerukan pengusiranku, sayup-sayup terdengar suara ayah yang mencoba menenangkan situasi. Untuk memudarkan suara-suara itu, aku mengambil ponsel dan headset lalu memutar lagu kesukaanku, aku juga melihat-lihat iklan penyewaan kos atau kontrakan di sosial media berharap menemukan yang sesuai, karena keputusanku sudah bulat untuk pergi dari rumah. Di sela-sela pencarian, mataku tertuju pada sebuah iklan produk perawatan kulit dan juga terbuka lowongan untuk menjadi reseller dengan modal awal satu juta rupiah, kubaca nama produknya Beauty Skincare, aku terus menelusuri iklan tersebut, dan setelah paham sepenuhnya aku memutuskan untuk mengirim pesan kepada cs nya untuk mendaftar sebagai reseller. Dalam benakku, ini mungkin kesemp
Hari sudah beranjak sore, aku sudah selesai membuat rekening bank dan sekalian menabung semua uangku, toh nanti kalau perlu tinggal tarik di ATM, di rumah kontrakan Nek Surti kami juga sudah selesai membuat adonan kue, nanti malam baru akan dikukus oleh Nek Surti. Malamnya aku menghubungi kembali CS dari Beauty Skincare, aku meminta arahan soal pembayaran dan karena belum ada kontrakan pasti, aku memberikan alamat kontrakan Nek Surti untuk pengiriman barangnya, akhirnya semua sudah beres untuk hari ini, jadi aku memutuskan untuk tidur karena Nek Surti menyuruhku tidur saja dan tidak diizinkan membantu lagi. *** Pagi sudah menjelang aku berangkat untuk bekerja, aku berusaha bersikap biasa dengan harapan fitnah yang menimpaku belum tersebar luas, aku tidak ingin orang lain tahu kepedihan hati ini, biarlah aku sendiri yang merasakannya. Awalnya semua berjalan baik-baik saja, tapi suasana berubah saat jam makan siang, seperti biasa a
"Faisal percaya dengan Dewi, Ma, Pa, kita bisa lihat kan bagaimana Dewi dalam kesehariannya, kita bisa menilai dari sana kebenaran yang sesungguhnya."Mendengar pembelaan Bang Faisal, rasa kesalku padanya berangsur pudar, ternyata sisi baiknya memang murni, dia mampu menyimpulkan dengan jernih sebuah permasalahan."Saya juga percaya sama kamu Dewi. Tapi, ini soal sorotan masyarakat terhadap gosip yang beredar, kejam sekali fitnah yang kamu Terima dan juga menyeret nama kami."Bu Susi menghela napasnya lalu kembali melanjutkan."Dengan berat hati saya minta kamu istirahat dulu ya, Dewi, nanti kalau masalahnya sudah mereda, kamu bisa kembali lagi bekerja. Dan ini gaji kamu bulan ini saya bayar penuh, lalu ini pesangon untuk kamu, saya benar-benar minta maaf ya, Dewi, sebenarnya ini keputusan yang berat buat saya."Aku menatap 2 amplop putih yang bar
Beberapa hari sudah berlalu, aku masih fokus mempromosikan produk yang aku jual di sosial media, tapi belum juga ada yang membeli, meskipun produk yang aku jual khasiatnya ternyata sangat bagus, buktinya dalam 3 hari saja aku memakainya terlihat sudah lumayan ada perubahan, dari sejak awal pemakaian aku selalu memposting gambar diriku sendiri di sosial media dan tentunya tanpa edit, perubahannya sungguh signifikan hingga membuatku yakin jika suatu saat nanti aku akan menjadi wanita yang cantik.Di tengah kesibukanku promosi, akhirnya aku memutuskan untuk membuka warung di ruko yang telah dikontrak ayahku.Di sana aku menjual berbagai jenis jus, es, kopi, mie instan, dan camilan lainnya, kebetulan lokasinya sangat strategis, di pinggir jalan raya dan ada proyek pembangunan hotel hanya sekitar 200 meter dari sana, jadi aku berharap nantinya para buruh akan berbelanja di warungku, dan hari ini adalah hari pertamaku berju
Pria itu melangkahkan kakinya ke arah toilet untuk mengganti baju, sedangkan Dewi mulai menata dagangan dan kursi karena hujan sudah mulai reda, tinggal menunggu pria itu keluar dan pulang, dia juga akan pulang. Namun tiba-tiba kilatan petir menerangi langit malam itu, lalu disertai suara gemuruh guntur yang membuat Dewi sangat terkejut memegangi dadanya, belum hilang rasa kagetnya tiba-tiba lampu juga seketika padam. "Aduh kok mati lampu segala sih" Dewi panik karena mendadak gelap lalu meraba-raba mencari korek api yang selalu disimpan di atas meja kasirnya. Ckleekkk,.. Braakkk,.. Terdengar suara pintu toilet yang dibuka paksa dan terdengar panggilan panik pria yang sedang di toilet. "Mbaakkk,..." "Sebentar mas, lampunya padam saya cari korek api dulu untuk hidupin lilin" Jawab Dewi yang masih meraba-raba mencari korek apinya. Pria itu berjalan keluar dari toilet sembari meraba-raba. Ia pun menabrak galon air yang membuat Dewi te
Mereka pulang ke sebuah rumah kontrakan yang bisa dibilang sederhana, lalu Dewi membuka pintu rumah tersebut. Malam ini mereka menikah secara mendadak, tentu tidak ada persiapan apapun termasuk hiasan rumah, jadi semuanya nampak biasa tanpa ada yang spesial di dalam rumah kontrakannya.“Silahkan masuk mas” ucap Dewi lesu.Pria itu berjalan masuk, pandangannya memutar memperhatikan seluruh ruang tamu, disana dilihatnya ruang tamu yang sederhana namun rapi.“Silahkan duduk mas” Dewi mempersilahkan suaminya untuk duduk, sementara dia mengambilkan segelas air putih.Melihat Dewi datang dengan membawa segelas air putih, pria asing yang kini menjadi suami Dewi itu pun bersuara.“Sini ikut duduk” ucapnya nampak sedikit gugup.Dalam keraguan, Dewi duduk di sebelah suaminya tersebut dan berjarak hanya beberapa sentimeter saja, suami
Mentari pagi belum menampakkan sinarnya dan suara tetesan air hujan membuat Dewi enggan untuk menarik selimutnya, namun dia teringat dengan kejadian semalam hingga dia memutuskan untuk bangkit dari tempat tidurnya.“Pernikahan itu bukan mimpi kan” gumamnya dalam hati, lalu dia melangkahkan kakinya untuk mengintip kamar disebelahnya.“Ternyata bukan mimpi” gumamnya lagi.Dia melihat Zaki masih meringkuk di atas kardus yang dijadikan alas tidurnya, dengan begitu dia yakin dirinya saat ini memang sudah memiliki suami.Dan bukan suami yang biasa, namun suami yang tampan malahan sangat tampan, seperti sebuah bencana bercampur rezeki, Dewi tidak pernah bermimpi akan menikah dengan lelaki yang sangat sempurna seperti Zaki, postur idaman, wajah tampan, sopan dan yang terpenting baik hati, memang baru dikenalnya satu malam. Namun setidaknya itulah yang dirasakannya dalam waktu yang ses
Di sebuah rumah besar,.Mobil berjenis Xpander masuk kepelataran yang sangat luas, Seorang pemuda dengan sigapnya membukakan pintu mobil tuan mudanya.“Selamat pagi tuan muda Ghozali, anda semalaman tidak pulang tidak seperti biasanya” Sapa Joni namun mengandung unsur bertanya juga.“Tidak usah bertanya Jon, aku harus bergegas mengganti pakaianku” ucap pria itu sembari melangkahkan kakinya memasuki rumah dengan diikuti pak Tarno kepala pelayan di rumahnya.Beberapa pelayan yang dilewatinya pun langsung membungkuk, memberi hormat kepada sang Presiden Direktur Zaki Al Ghozali.Pria itu masih fokus menyusuri anak tangga berlapis karpet merah di atasnya. Sembari mendengarkan ocehan Joni perihal jadwal meetingnya hari ini.Sampai di lantai teratas, salah seorang pelayan membukakan dua daun pintu besar tepat sebelum tuan mudanya mendekati.
Mentari pagi belum menampakkan sinarnya dan suara tetesan air hujan membuat Dewi enggan untuk menarik selimutnya, namun dia teringat dengan kejadian semalam hingga dia memutuskan untuk bangkit dari tempat tidurnya.“Pernikahan itu bukan mimpi kan” gumamnya dalam hati, lalu dia melangkahkan kakinya untuk mengintip kamar disebelahnya.“Ternyata bukan mimpi” gumamnya lagi.Dia melihat Zaki masih meringkuk di atas kardus yang dijadikan alas tidurnya, dengan begitu dia yakin dirinya saat ini memang sudah memiliki suami.Dan bukan suami yang biasa, namun suami yang tampan malahan sangat tampan, seperti sebuah bencana bercampur rezeki, Dewi tidak pernah bermimpi akan menikah dengan lelaki yang sangat sempurna seperti Zaki, postur idaman, wajah tampan, sopan dan yang terpenting baik hati, memang baru dikenalnya satu malam. Namun setidaknya itulah yang dirasakannya dalam waktu yang ses
Mereka pulang ke sebuah rumah kontrakan yang bisa dibilang sederhana, lalu Dewi membuka pintu rumah tersebut. Malam ini mereka menikah secara mendadak, tentu tidak ada persiapan apapun termasuk hiasan rumah, jadi semuanya nampak biasa tanpa ada yang spesial di dalam rumah kontrakannya.“Silahkan masuk mas” ucap Dewi lesu.Pria itu berjalan masuk, pandangannya memutar memperhatikan seluruh ruang tamu, disana dilihatnya ruang tamu yang sederhana namun rapi.“Silahkan duduk mas” Dewi mempersilahkan suaminya untuk duduk, sementara dia mengambilkan segelas air putih.Melihat Dewi datang dengan membawa segelas air putih, pria asing yang kini menjadi suami Dewi itu pun bersuara.“Sini ikut duduk” ucapnya nampak sedikit gugup.Dalam keraguan, Dewi duduk di sebelah suaminya tersebut dan berjarak hanya beberapa sentimeter saja, suami
Pria itu melangkahkan kakinya ke arah toilet untuk mengganti baju, sedangkan Dewi mulai menata dagangan dan kursi karena hujan sudah mulai reda, tinggal menunggu pria itu keluar dan pulang, dia juga akan pulang. Namun tiba-tiba kilatan petir menerangi langit malam itu, lalu disertai suara gemuruh guntur yang membuat Dewi sangat terkejut memegangi dadanya, belum hilang rasa kagetnya tiba-tiba lampu juga seketika padam. "Aduh kok mati lampu segala sih" Dewi panik karena mendadak gelap lalu meraba-raba mencari korek api yang selalu disimpan di atas meja kasirnya. Ckleekkk,.. Braakkk,.. Terdengar suara pintu toilet yang dibuka paksa dan terdengar panggilan panik pria yang sedang di toilet. "Mbaakkk,..." "Sebentar mas, lampunya padam saya cari korek api dulu untuk hidupin lilin" Jawab Dewi yang masih meraba-raba mencari korek apinya. Pria itu berjalan keluar dari toilet sembari meraba-raba. Ia pun menabrak galon air yang membuat Dewi te
Beberapa hari sudah berlalu, aku masih fokus mempromosikan produk yang aku jual di sosial media, tapi belum juga ada yang membeli, meskipun produk yang aku jual khasiatnya ternyata sangat bagus, buktinya dalam 3 hari saja aku memakainya terlihat sudah lumayan ada perubahan, dari sejak awal pemakaian aku selalu memposting gambar diriku sendiri di sosial media dan tentunya tanpa edit, perubahannya sungguh signifikan hingga membuatku yakin jika suatu saat nanti aku akan menjadi wanita yang cantik.Di tengah kesibukanku promosi, akhirnya aku memutuskan untuk membuka warung di ruko yang telah dikontrak ayahku.Di sana aku menjual berbagai jenis jus, es, kopi, mie instan, dan camilan lainnya, kebetulan lokasinya sangat strategis, di pinggir jalan raya dan ada proyek pembangunan hotel hanya sekitar 200 meter dari sana, jadi aku berharap nantinya para buruh akan berbelanja di warungku, dan hari ini adalah hari pertamaku berju
"Faisal percaya dengan Dewi, Ma, Pa, kita bisa lihat kan bagaimana Dewi dalam kesehariannya, kita bisa menilai dari sana kebenaran yang sesungguhnya."Mendengar pembelaan Bang Faisal, rasa kesalku padanya berangsur pudar, ternyata sisi baiknya memang murni, dia mampu menyimpulkan dengan jernih sebuah permasalahan."Saya juga percaya sama kamu Dewi. Tapi, ini soal sorotan masyarakat terhadap gosip yang beredar, kejam sekali fitnah yang kamu Terima dan juga menyeret nama kami."Bu Susi menghela napasnya lalu kembali melanjutkan."Dengan berat hati saya minta kamu istirahat dulu ya, Dewi, nanti kalau masalahnya sudah mereda, kamu bisa kembali lagi bekerja. Dan ini gaji kamu bulan ini saya bayar penuh, lalu ini pesangon untuk kamu, saya benar-benar minta maaf ya, Dewi, sebenarnya ini keputusan yang berat buat saya."Aku menatap 2 amplop putih yang bar
Hari sudah beranjak sore, aku sudah selesai membuat rekening bank dan sekalian menabung semua uangku, toh nanti kalau perlu tinggal tarik di ATM, di rumah kontrakan Nek Surti kami juga sudah selesai membuat adonan kue, nanti malam baru akan dikukus oleh Nek Surti. Malamnya aku menghubungi kembali CS dari Beauty Skincare, aku meminta arahan soal pembayaran dan karena belum ada kontrakan pasti, aku memberikan alamat kontrakan Nek Surti untuk pengiriman barangnya, akhirnya semua sudah beres untuk hari ini, jadi aku memutuskan untuk tidur karena Nek Surti menyuruhku tidur saja dan tidak diizinkan membantu lagi. *** Pagi sudah menjelang aku berangkat untuk bekerja, aku berusaha bersikap biasa dengan harapan fitnah yang menimpaku belum tersebar luas, aku tidak ingin orang lain tahu kepedihan hati ini, biarlah aku sendiri yang merasakannya. Awalnya semua berjalan baik-baik saja, tapi suasana berubah saat jam makan siang, seperti biasa a
Selesai berkemas aku memilih mengurung diri di kamar, di luar masih terdengar suara Erwin dan juga suara mama dan adikku yang nyaring menyerukan pengusiranku, sayup-sayup terdengar suara ayah yang mencoba menenangkan situasi. Untuk memudarkan suara-suara itu, aku mengambil ponsel dan headset lalu memutar lagu kesukaanku, aku juga melihat-lihat iklan penyewaan kos atau kontrakan di sosial media berharap menemukan yang sesuai, karena keputusanku sudah bulat untuk pergi dari rumah. Di sela-sela pencarian, mataku tertuju pada sebuah iklan produk perawatan kulit dan juga terbuka lowongan untuk menjadi reseller dengan modal awal satu juta rupiah, kubaca nama produknya Beauty Skincare, aku terus menelusuri iklan tersebut, dan setelah paham sepenuhnya aku memutuskan untuk mengirim pesan kepada cs nya untuk mendaftar sebagai reseller. Dalam benakku, ini mungkin kesemp
Sebelum mereka tahu kehadiranku di sini, lebih baik aku bergegas pergi, tapi terlambat sudah karena pintu rumah kini sudah terbuka."Dewi, kamu?""Hhmm, saya mau ambil kunci toko, Bang."Meski sekuat tenaga kusembunyikan, tapi getaran suaraku tetap terdengar, aku memang berusaha menyembunyikan kemarahan dan juga sedih yang mencabik-cabik perasaanku saat ini."Wik, tadi kamu?""Lolita sudah bertunangan dengan Erwin, Bang, dan akad pernikahannya bulan depan, Bang Faisal tunggu saja surat undangannya."Wajah, Bang Faisal memerah, lalu dia saling pandang dengan papanya, karena takut lepas kendali lebih baik aku segera pergi dari rumah itu, aku melupakan soal kunci toko karena saat ini yang terpenting adalah pergi dan mencari tempat untuk menenangkan diri."Dewi, tunggu, Abang bisa jelasin soal pembicaraan tadi, Ab