Mereka pulang ke sebuah rumah kontrakan yang bisa dibilang sederhana, lalu Dewi membuka pintu rumah tersebut. Malam ini mereka menikah secara mendadak, tentu tidak ada persiapan apapun termasuk hiasan rumah, jadi semuanya nampak biasa tanpa ada yang spesial di dalam rumah kontrakannya.“Silahkan masuk mas” ucap Dewi lesu.Pria itu berjalan masuk, pandangannya memutar memperhatikan seluruh ruang tamu, disana dilihatnya ruang tamu yang sederhana namun rapi.“Silahkan duduk mas” Dewi mempersilahkan suaminya untuk duduk, sementara dia mengambilkan segelas air putih.Melihat Dewi datang dengan membawa segelas air putih, pria asing yang kini menjadi suami Dewi itu pun bersuara.“Sini ikut duduk” ucapnya nampak sedikit gugup.Dalam keraguan, Dewi duduk di sebelah suaminya tersebut dan berjarak hanya beberapa sentimeter saja, suami
Mentari pagi belum menampakkan sinarnya dan suara tetesan air hujan membuat Dewi enggan untuk menarik selimutnya, namun dia teringat dengan kejadian semalam hingga dia memutuskan untuk bangkit dari tempat tidurnya.“Pernikahan itu bukan mimpi kan” gumamnya dalam hati, lalu dia melangkahkan kakinya untuk mengintip kamar disebelahnya.“Ternyata bukan mimpi” gumamnya lagi.Dia melihat Zaki masih meringkuk di atas kardus yang dijadikan alas tidurnya, dengan begitu dia yakin dirinya saat ini memang sudah memiliki suami.Dan bukan suami yang biasa, namun suami yang tampan malahan sangat tampan, seperti sebuah bencana bercampur rezeki, Dewi tidak pernah bermimpi akan menikah dengan lelaki yang sangat sempurna seperti Zaki, postur idaman, wajah tampan, sopan dan yang terpenting baik hati, memang baru dikenalnya satu malam. Namun setidaknya itulah yang dirasakannya dalam waktu yang ses
Di sebuah rumah besar,.Mobil berjenis Xpander masuk kepelataran yang sangat luas, Seorang pemuda dengan sigapnya membukakan pintu mobil tuan mudanya.“Selamat pagi tuan muda Ghozali, anda semalaman tidak pulang tidak seperti biasanya” Sapa Joni namun mengandung unsur bertanya juga.“Tidak usah bertanya Jon, aku harus bergegas mengganti pakaianku” ucap pria itu sembari melangkahkan kakinya memasuki rumah dengan diikuti pak Tarno kepala pelayan di rumahnya.Beberapa pelayan yang dilewatinya pun langsung membungkuk, memberi hormat kepada sang Presiden Direktur Zaki Al Ghozali.Pria itu masih fokus menyusuri anak tangga berlapis karpet merah di atasnya. Sembari mendengarkan ocehan Joni perihal jadwal meetingnya hari ini.Sampai di lantai teratas, salah seorang pelayan membukakan dua daun pintu besar tepat sebelum tuan mudanya mendekati.
Hari ini adalah hari pertunangan adikku dengan seorang pria tampan dan kaya raya, semua keluarga dan kerabat begitu memujinya, bagaimana tidak, suaminya itu adalah anak dari orang terkaya di kota Bandung kota di mana kami tinggal selama ini. Wajar saja jika adikku mendapatkan suami seperti itu karena dia cantik, seksi, menarik, pintar dan juga punya karier yang bagus. Nasibnya berbanding terbalik denganku, parasku tidak cukup cantik, kaki tanganku banyak ada bekas penyakit kulit yang aku derita dulu dan tubuhku kurus karena terlalu letih bekerja, hal itu berhasil membuat keberuntunganku menjauh, ditambah lagi aku yang hanya lulusan SMP berbeda dengan adikku yang lulusan sarjana, sehingga sering kali aku mendapat cibiran baik dari keluarga dan juga kerabat keluargaku. Aku juga hanya bekerja di tempat ibu Susi sebagai karyawan laundry jadi gak perlu ijasah. Jangankan melamar, menyapa saja lelaki enggan melakukannya kepadaku, Terang saja sa
Belum sempat pintu kamar dibuka, aku melepaskan cengkeraman tangan mama. "Dewi mau ganti baju dulu, Ma, kalian duluan saja ke ruang tamu, nanti aku segera nyusul," ucapku pada mama sembari menundukkan kepalaku. "Gak usah ganti baju, Wik, lagian lu itu burik mau ganti baju pun juga bakal terlihat sama," hina Lolita kemudian dengan bibir mencibir. Ucapan Lolita sungguh melampaui batas, ingin rasanya aku menjambak rambutnya hingga rontok dan menghantamkan vas bunga yang ada di atas meja, tapi sebisa mungkin aku tahan keinginan itu, bagaimanapun dia itu adikku bukan musuhku. "Ya sudah kalau begitu, mama keluar duluan tapi kamu jangan kelamaan dan ingat kamu terima lamaran itu ya, mama pengen kamu punya suami mumpung ada yang mau, mama gak pengen malu punya anak jadi perawan tua, apa kata tetangga dan kerabat keluarga nanti!" "Yuk sayang kita kelu
Aku dimusuhi sama mama dan Lolita karena kejadian kemarin, jangankan berbicara untuk sekadar menjawab sapaanku saja mereka tidak mau. Bukan cuma hanya itu, sarapan di atas meja juga tidak ada. Karena tidak bisa protes jadi aku menerima saja perlakuan dan keadaan ini, tak apalah nanti juga kalau mereka ada perlu pasti akan berbicara denganku, bukankah selama ini mereka itu hobinya menyuruhku ini dan itu, jadi mana mungkin mereka akan berlama-lama tidak memanfaatkanku. Jadilah hari ini aku berangkat kerja tanpa sarapan, gampanglah nanti beli kue basah aja di dalam perjalanan karena kebetulan dari rumah menuju tempat kerja melewati pasar tradisional. Syukurlah masih ada sisa roti gabin dan dadar gulung di lapak dagangan Nenek Surti, tak apalah ini juga sudah cukup untuk mengganjal perut sampai siang. Kue basah di lapak dagangan Nenek Surti memang sangat laris, kue-kue buatannya memang sangat enak, harganya juga merakyat ditamb
Sebelum mereka tahu kehadiranku di sini, lebih baik aku bergegas pergi, tapi terlambat sudah karena pintu rumah kini sudah terbuka."Dewi, kamu?""Hhmm, saya mau ambil kunci toko, Bang."Meski sekuat tenaga kusembunyikan, tapi getaran suaraku tetap terdengar, aku memang berusaha menyembunyikan kemarahan dan juga sedih yang mencabik-cabik perasaanku saat ini."Wik, tadi kamu?""Lolita sudah bertunangan dengan Erwin, Bang, dan akad pernikahannya bulan depan, Bang Faisal tunggu saja surat undangannya."Wajah, Bang Faisal memerah, lalu dia saling pandang dengan papanya, karena takut lepas kendali lebih baik aku segera pergi dari rumah itu, aku melupakan soal kunci toko karena saat ini yang terpenting adalah pergi dan mencari tempat untuk menenangkan diri."Dewi, tunggu, Abang bisa jelasin soal pembicaraan tadi, Ab
Selesai berkemas aku memilih mengurung diri di kamar, di luar masih terdengar suara Erwin dan juga suara mama dan adikku yang nyaring menyerukan pengusiranku, sayup-sayup terdengar suara ayah yang mencoba menenangkan situasi. Untuk memudarkan suara-suara itu, aku mengambil ponsel dan headset lalu memutar lagu kesukaanku, aku juga melihat-lihat iklan penyewaan kos atau kontrakan di sosial media berharap menemukan yang sesuai, karena keputusanku sudah bulat untuk pergi dari rumah. Di sela-sela pencarian, mataku tertuju pada sebuah iklan produk perawatan kulit dan juga terbuka lowongan untuk menjadi reseller dengan modal awal satu juta rupiah, kubaca nama produknya Beauty Skincare, aku terus menelusuri iklan tersebut, dan setelah paham sepenuhnya aku memutuskan untuk mengirim pesan kepada cs nya untuk mendaftar sebagai reseller. Dalam benakku, ini mungkin kesemp
Di sebuah rumah besar,.Mobil berjenis Xpander masuk kepelataran yang sangat luas, Seorang pemuda dengan sigapnya membukakan pintu mobil tuan mudanya.“Selamat pagi tuan muda Ghozali, anda semalaman tidak pulang tidak seperti biasanya” Sapa Joni namun mengandung unsur bertanya juga.“Tidak usah bertanya Jon, aku harus bergegas mengganti pakaianku” ucap pria itu sembari melangkahkan kakinya memasuki rumah dengan diikuti pak Tarno kepala pelayan di rumahnya.Beberapa pelayan yang dilewatinya pun langsung membungkuk, memberi hormat kepada sang Presiden Direktur Zaki Al Ghozali.Pria itu masih fokus menyusuri anak tangga berlapis karpet merah di atasnya. Sembari mendengarkan ocehan Joni perihal jadwal meetingnya hari ini.Sampai di lantai teratas, salah seorang pelayan membukakan dua daun pintu besar tepat sebelum tuan mudanya mendekati.
Mentari pagi belum menampakkan sinarnya dan suara tetesan air hujan membuat Dewi enggan untuk menarik selimutnya, namun dia teringat dengan kejadian semalam hingga dia memutuskan untuk bangkit dari tempat tidurnya.“Pernikahan itu bukan mimpi kan” gumamnya dalam hati, lalu dia melangkahkan kakinya untuk mengintip kamar disebelahnya.“Ternyata bukan mimpi” gumamnya lagi.Dia melihat Zaki masih meringkuk di atas kardus yang dijadikan alas tidurnya, dengan begitu dia yakin dirinya saat ini memang sudah memiliki suami.Dan bukan suami yang biasa, namun suami yang tampan malahan sangat tampan, seperti sebuah bencana bercampur rezeki, Dewi tidak pernah bermimpi akan menikah dengan lelaki yang sangat sempurna seperti Zaki, postur idaman, wajah tampan, sopan dan yang terpenting baik hati, memang baru dikenalnya satu malam. Namun setidaknya itulah yang dirasakannya dalam waktu yang ses
Mereka pulang ke sebuah rumah kontrakan yang bisa dibilang sederhana, lalu Dewi membuka pintu rumah tersebut. Malam ini mereka menikah secara mendadak, tentu tidak ada persiapan apapun termasuk hiasan rumah, jadi semuanya nampak biasa tanpa ada yang spesial di dalam rumah kontrakannya.“Silahkan masuk mas” ucap Dewi lesu.Pria itu berjalan masuk, pandangannya memutar memperhatikan seluruh ruang tamu, disana dilihatnya ruang tamu yang sederhana namun rapi.“Silahkan duduk mas” Dewi mempersilahkan suaminya untuk duduk, sementara dia mengambilkan segelas air putih.Melihat Dewi datang dengan membawa segelas air putih, pria asing yang kini menjadi suami Dewi itu pun bersuara.“Sini ikut duduk” ucapnya nampak sedikit gugup.Dalam keraguan, Dewi duduk di sebelah suaminya tersebut dan berjarak hanya beberapa sentimeter saja, suami
Pria itu melangkahkan kakinya ke arah toilet untuk mengganti baju, sedangkan Dewi mulai menata dagangan dan kursi karena hujan sudah mulai reda, tinggal menunggu pria itu keluar dan pulang, dia juga akan pulang. Namun tiba-tiba kilatan petir menerangi langit malam itu, lalu disertai suara gemuruh guntur yang membuat Dewi sangat terkejut memegangi dadanya, belum hilang rasa kagetnya tiba-tiba lampu juga seketika padam. "Aduh kok mati lampu segala sih" Dewi panik karena mendadak gelap lalu meraba-raba mencari korek api yang selalu disimpan di atas meja kasirnya. Ckleekkk,.. Braakkk,.. Terdengar suara pintu toilet yang dibuka paksa dan terdengar panggilan panik pria yang sedang di toilet. "Mbaakkk,..." "Sebentar mas, lampunya padam saya cari korek api dulu untuk hidupin lilin" Jawab Dewi yang masih meraba-raba mencari korek apinya. Pria itu berjalan keluar dari toilet sembari meraba-raba. Ia pun menabrak galon air yang membuat Dewi te
Beberapa hari sudah berlalu, aku masih fokus mempromosikan produk yang aku jual di sosial media, tapi belum juga ada yang membeli, meskipun produk yang aku jual khasiatnya ternyata sangat bagus, buktinya dalam 3 hari saja aku memakainya terlihat sudah lumayan ada perubahan, dari sejak awal pemakaian aku selalu memposting gambar diriku sendiri di sosial media dan tentunya tanpa edit, perubahannya sungguh signifikan hingga membuatku yakin jika suatu saat nanti aku akan menjadi wanita yang cantik.Di tengah kesibukanku promosi, akhirnya aku memutuskan untuk membuka warung di ruko yang telah dikontrak ayahku.Di sana aku menjual berbagai jenis jus, es, kopi, mie instan, dan camilan lainnya, kebetulan lokasinya sangat strategis, di pinggir jalan raya dan ada proyek pembangunan hotel hanya sekitar 200 meter dari sana, jadi aku berharap nantinya para buruh akan berbelanja di warungku, dan hari ini adalah hari pertamaku berju
"Faisal percaya dengan Dewi, Ma, Pa, kita bisa lihat kan bagaimana Dewi dalam kesehariannya, kita bisa menilai dari sana kebenaran yang sesungguhnya."Mendengar pembelaan Bang Faisal, rasa kesalku padanya berangsur pudar, ternyata sisi baiknya memang murni, dia mampu menyimpulkan dengan jernih sebuah permasalahan."Saya juga percaya sama kamu Dewi. Tapi, ini soal sorotan masyarakat terhadap gosip yang beredar, kejam sekali fitnah yang kamu Terima dan juga menyeret nama kami."Bu Susi menghela napasnya lalu kembali melanjutkan."Dengan berat hati saya minta kamu istirahat dulu ya, Dewi, nanti kalau masalahnya sudah mereda, kamu bisa kembali lagi bekerja. Dan ini gaji kamu bulan ini saya bayar penuh, lalu ini pesangon untuk kamu, saya benar-benar minta maaf ya, Dewi, sebenarnya ini keputusan yang berat buat saya."Aku menatap 2 amplop putih yang bar
Hari sudah beranjak sore, aku sudah selesai membuat rekening bank dan sekalian menabung semua uangku, toh nanti kalau perlu tinggal tarik di ATM, di rumah kontrakan Nek Surti kami juga sudah selesai membuat adonan kue, nanti malam baru akan dikukus oleh Nek Surti. Malamnya aku menghubungi kembali CS dari Beauty Skincare, aku meminta arahan soal pembayaran dan karena belum ada kontrakan pasti, aku memberikan alamat kontrakan Nek Surti untuk pengiriman barangnya, akhirnya semua sudah beres untuk hari ini, jadi aku memutuskan untuk tidur karena Nek Surti menyuruhku tidur saja dan tidak diizinkan membantu lagi. *** Pagi sudah menjelang aku berangkat untuk bekerja, aku berusaha bersikap biasa dengan harapan fitnah yang menimpaku belum tersebar luas, aku tidak ingin orang lain tahu kepedihan hati ini, biarlah aku sendiri yang merasakannya. Awalnya semua berjalan baik-baik saja, tapi suasana berubah saat jam makan siang, seperti biasa a
Selesai berkemas aku memilih mengurung diri di kamar, di luar masih terdengar suara Erwin dan juga suara mama dan adikku yang nyaring menyerukan pengusiranku, sayup-sayup terdengar suara ayah yang mencoba menenangkan situasi. Untuk memudarkan suara-suara itu, aku mengambil ponsel dan headset lalu memutar lagu kesukaanku, aku juga melihat-lihat iklan penyewaan kos atau kontrakan di sosial media berharap menemukan yang sesuai, karena keputusanku sudah bulat untuk pergi dari rumah. Di sela-sela pencarian, mataku tertuju pada sebuah iklan produk perawatan kulit dan juga terbuka lowongan untuk menjadi reseller dengan modal awal satu juta rupiah, kubaca nama produknya Beauty Skincare, aku terus menelusuri iklan tersebut, dan setelah paham sepenuhnya aku memutuskan untuk mengirim pesan kepada cs nya untuk mendaftar sebagai reseller. Dalam benakku, ini mungkin kesemp
Sebelum mereka tahu kehadiranku di sini, lebih baik aku bergegas pergi, tapi terlambat sudah karena pintu rumah kini sudah terbuka."Dewi, kamu?""Hhmm, saya mau ambil kunci toko, Bang."Meski sekuat tenaga kusembunyikan, tapi getaran suaraku tetap terdengar, aku memang berusaha menyembunyikan kemarahan dan juga sedih yang mencabik-cabik perasaanku saat ini."Wik, tadi kamu?""Lolita sudah bertunangan dengan Erwin, Bang, dan akad pernikahannya bulan depan, Bang Faisal tunggu saja surat undangannya."Wajah, Bang Faisal memerah, lalu dia saling pandang dengan papanya, karena takut lepas kendali lebih baik aku segera pergi dari rumah itu, aku melupakan soal kunci toko karena saat ini yang terpenting adalah pergi dan mencari tempat untuk menenangkan diri."Dewi, tunggu, Abang bisa jelasin soal pembicaraan tadi, Ab