Home / CEO / Gadis Sejuta Dollar / BAB 4. BOLEH KUBAWA PULANG?

Share

BAB 4. BOLEH KUBAWA PULANG?

Author: Snow Sparkle
last update Last Updated: 2020-10-12 13:33:32

“Mau pesan minum lagi?” Aku bertanya kepada sekumpulan lelaki di depanku. 

“Udahlah cukup, ntar susah,” seorang lelaki berseloroh kepadaku. 

“Susah kenapa?” Kedua alisku mengkerut. Mereka berempat sering kali datang ke Havana Club. Sepertinya mereka berempat anak orang kaya, wajah mereka masih muda, tapi mereka tak pernah absen datang ke sini saat weekend, apalagi saat ada artis datang, mereka sering kali memesan meja VIP. 

Susah, Al, nanti habis duit gak bisa kawinin kamu. Kamu mau mas kawin kamu bill doang?” Noval berseloroh kepadaku. 

“Boleh, kok. Tapiiii, mempelainya wanitanya botol minuman. Mau?” ucapku.

“Yah, mana bisa. Kencing di botol aja aku gak bisa apa lagi ngawinin botol, Al. Yang ada botolnya yang pecah.” Noval tertawa lepas. 

“Kasih liat dia, kasih liat.” Alex mendorong tubuh Noval. 

“Bener, Al? Mau liat?” Noval menatapku dengan tatapan mata yang sulit kuartikan.

“Apaan, sih? Ya enggak ‘lah, mataku masih suci, eh tapi … boleh deh,’ aku tersenyum licik. 

“Beneran?” Novan menyapu bibirnya menggunakan lengan, “jangan salahkan aku, ya, kalau aku khilaf,” Novan sangat bersemangat. 

“Iya, dia pasti suka, kok,” Aku memalingkan wajah, menyembunyikan senyuman.

“Dia? Dia siapa?” Novan mulai curiga. 

“Itu…” tunjukku kepada seorang pengunjung, mereka serentak melihat ke arahnya. 

“Apa?! Banci itu? Gila lo, ya. Ogah gue … amit-amit tujuh turunan. Astagaaaa, kena cipok dia sekali auto kejang-kejang.” Novan bergidik ngeri. Aku tertawa lepas saat mendengar celotehannya. 

Bekerja di tempat ini seringkali memberikanku rasa bahagia, di tempat ini aku tidak terlihat aneh. Aku justru terlihat modis dengan tampilanku. Aku juga tidak perlu merasakan sakit saat kulitku yang super sensitif terkena matahari. Mama dan Bapak-ku tidak tahu aku bekerja di klub malam, “Maafin Albin, ya Ma, Pa. Yang penting Albin gak merepotkan Mama sama Bapak, gak jadi beban,” aku berkata di dalam hati.

Gina menyentuh lenganku, aku memalingkan wajah ke arahnya, “Al, ada yang nyariin Lo.” ucapnya di telingaku.

“Siapa?” tanyaku kepada Gina. 

“Gak tau.” Gina mengangkat kedua pundaknya. 

“Loh, dia kan customer Lo?” aku melihat ke arah meja yang dimaksud Gina.

“Udah, gak papa. Dia maunya sama Lo. Gue udah pesanin minum tadi,” Gina tersenyum manis kepadaku. 

“Eh, bentar, ya. Aku ke sana dulu,” ucapku kepada Noval dan teman-temannya, aku beranjak pergi menuju seseorang yang katanya mencariku. Sementara Gina, dia memilih duduk di depan meja bartender.

“Hai, Halo, saya Albin,” ucapku sambil tersenyum ramah, “Ya, Lord, dia ganteng bangeeet!” aku berteriak di dalama hati. Tentu saja senyumanku menjadi semakin lebar. 

“Hai, Jovan,” dia menyambut uluran tanganku. Eh tunggu, ini kenapa kok tanganku jadi dingin gini, ya?

“Mas, ada yang bisa saya bantu?” Kata teman saya, Mas cari saya,” tanyaku kepadanya. Dia masih terdiam, bahkan masih menggenggam erat tanganku. Dia memperhatikanku sangat dalam. Pipiku terasa panas. Aaaahh aku malu sekaligus senang.

“Mas, saya gak punya telinga runcing, jadi tenang aja saya bukan peri dari negeri dongeng, and i don’t have any magic at all,” ucapku sambil tertawa. Dia tertawa mendengar perkataanku. Saat dia tertawa kedua matanya hilang. 

“Duduk, Albin,” dia tersenyum lebar kepadaku. Aku mengangguk pelan sambil memperhatikannya dalam keremangan cahaya. Dia memiliki kontur wajah yang tegas, seakan menyiratkan dia seorang pekerja keras. Rambut style terbaru, dengan potongan klimis di bagian bawahnya, mengesplor tengkuk dan lehernya dengan sempurna. 

Hidung mancung dan lancip di ujungnya membuat ketampanannya semakin terlihat sempurna. Alisnya cukup tebal dan melengkung, dia juga memiliki bibir yang indah, terlihat hangat dan bersahabat saat dia tersenyum.

Pandanganku turun dari leher ke bagian dadanya, kemeja biru pucat yang dia kenakan terlihat ketat dilapisi jas rompi slim fit berwarna abu-abu membentuk dada bidangnya dengan indah, celana dengan warna senada, sangat pas dan terlihat bagus di tubuhnya.

Aroma woody bercampur citrus menguar lembut dari tubuhnya menyapa indra penciumanku. Menggodaku untuk menghirup napas panjang lagi dan lagi, membuatku merasakan sesuatu yang tidak biasa. Dadaku berdebar cepat tak beraturan. 

“Ada yang aneh?” dia mengangkat kedua alis saat mendapatiku memperhatikannya terlalu dalam sambil menyesap minuman yang tersedia di meja. 

“Oh … gak kok,” aku tersenyum malu, “saya lupa, siapa tadi nama Mas?” aku bertanya ulang. 

“Jovan,” jawabnya pendek. 

“Ok, Mas Jovan, ada apa Mas manggil saya?” tanyaku sopan. 

“Santai aja, gak usah terlalu kaku, gak usah panggil Mas juga, Jovan aja.” 

“Ok Mas Jo.” 

“Gak usah pakai Mas,” ucapnya, dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

“Ok, Jo. Ada yang bisa kubantu?” 

“Albin, apa minuman terenak di sini?” Jovan memandangku dengan lekat, “kamu sukanya apa?” 

“Banyak, bartender kami menciptakan banyak menu cocktail terbaru.” Aku bicara sambil tersenyum manis lalu menarik napas panjang, siap-siap menyebutkan rentetan menu minuman yang tersedia 

“Apa yang kamu suka?” Aku yakin kamu sudah mencoba banyak minuman ‘kan, tolong pesankan untukku juga.” 

Aku terkejut, “Well, aku suka minuman triple sec,” sahutku. 

“Kamu suka yang manis dan ada rasa rasa jeruknya, ya?” tanya Jovan. 

“Ya.” Aku mengangguk. 

Jovan menaikkan tangannya tinggi-tinggi  menyalakan pemantik. Beberapa saat kemudian seorang waiter datang. Aku memesan minumanku. Jovan juga memesan minumannya, tapi dia lebih memilih whiskey.

Tidak lama kemudian minuman kami datang, aku meminumnya perlahan sambil berbincang bersamanya. Saat habis, dia kembali memesannya lagi dan lagi. Aku lupa sudah berapa banyak yang kuminum. Tiap gelas minuman yang dibeli Jovan adalah penghasilan tambahan buatku, sepuluh persen dari harga minuman adalah milikku, jadi … kenapa tidak?

Jovan terus menawariku minum meski aku berkata sudah tidak sanggup lagi. Dia hanya tersenyum sambil menuangkan minuman ke dalam gelas, hingga dia berbuat sesuatu yang kembali menarik minatku.

Jovan POV.

Albin terlihat memperhatikanku sangat dalam, “Ada yang aneh?” tanyaku. Aku tau dia mengagumiku, setidaknya dia terlihat begitu. Aku menyesap minumanku.

“Gak kok, Mas,” ucapnya tersipu malu.

Aku melihatnya tersipu. Aku tidak bisa menahan senyumanku. Dia  manis. Albin kembali menanyakan namaku. Wajar saja dia lupa, setiap hari dia bertemu banyak orang baru. Berbeda denganku, aku bisa membaca namanya kapan saja, apalagi dia punya nama yang unik, gampang diingat.

Aku melihat ke sekeliling, teman-temannya duduk di meja lain minum bersama pelanggan lain. “Ok, berarti aku bisa mengajaknya minum bersamaku.”

Aku menanyakan minuman kesukaannya. Kami minum dengan ceria, gelas kami berdenting beberapa kali.

“Albin, sudah berapa lama kamu kerja di sini?” tanyaku di telinganya. 

“Sudah setahun.” Ucapnya. Dia merogoh saku lalu menyalakan rokok kemudian menyesapnya dalam-dalam. Aku menyentuh ujung rambutnya yang berwarna putih. Tentu saja dia tidak melihatnya. Aku yakin warna rambutnya asli saat aku melihat kulitnya seputih salju. 

“Albin, kamu boleh dibawa pulang?” tanyaku kepadanya.

Aku memperhatikan matanya yang berwarna biru mengerjap beberapa kali saat mendengar pertanyaanku. “Gilaaaa dia cantik banget!”

Aku menikmati tiap inci wajahnya. Siapa pun yang melihat Albin pasti mengakui betapa cantiknya dia, tapi selain itu ada sesuatu yang menarik dari dalam dirinya. 

“Aku bukan boneka,” sahut Albin tertawa gelak, “aku gak boleh dibawa pulang.” ucapnya dengan nada ceria. Saat melihat Albin, sejenak aku lupa dengan semua masalahku. Keceriaannya menular. Aku tau dia sudah mulai mabuk, dia jadi lebih sering tertawa gelak. Aku suka sekali melihatnya tertawa. 

“Albin, mari main,” aku kembali menyalakan pemantik memanggil waiter.

“Main apa?” tanya Albin sambil tersenyum. Aku kembali menyentuh rambutnya yang putih dan ikal. Dia unik dan lucu. 

“Jankenpon.”

“Apa itu?” 

“Gunting, batu kertas,” ucapku. Seorang waiter datang, aku meminta minuman lagi satu botol beserta kentang goreng dan keripik kentang.

“Yang kalah minum, gimana?” 

“OK.” Albin mengangguk dengan cepat. 

Permainan itu pun dimulai, dia kalah beberapa kali, tapi Albin meminumnya dengan senang hati sambil tertawa. Setelah beberapa lama, dia meletakkan kepalanya di bahuku. Sepertinya dia mulai mabuk berat, tapi minuman kami masih tersisa. Aku tidak bisa menghabiskannya karena aku harus menyetir. 

“Albin,” panggilku sambil melepaskan tanganku dari lingkaran tangannya.

 Albin mengangangkat wajah, dia melihat ke arahku. Aku menuangkan minuman ke dalam gelas.

“Ayo minum lagi, sedikit lagi.”

“Gak bisa, aku sudah gak sanggup lagi,” Albin menggelengkan kepala. 

“Albin, lihat ini.” Aku mengambil uang 100 $ US lalu meletakkan di atas bibir gelas, “Kalau kamu minum, kamu boleh ambil uang ini.” Mata Albin terbuka lebar saat melihatnya, aku tersenyum. 

“OK,” sahut Albin cepat. Dia menarik napas panjang lalu mereguk isinya hingga habis.

Sayang uang 100 $? Jika dihitung tentu saja uang itu lebih banyak nilainya daripada minuman sisa kami, tapi tidak masalah, aku ingin membawa Albin pulang. 

Aku melakukannya lagi dan lagi hingga 500 $ berada di dalam genggaman Albin, dan saat  gelas yang terakhir dia habiskan isinya, Albin tersedak, beberapa detik setelahnya, dia hampir terjatuh ke belakang, aku menahannya, menariknya ke dalam pelukanku. 

Related chapters

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 5. MANAGER HAVANA CLUB

    Albin tersedak, beberapa detik setelah menghabiskan minuman yang terakhir. Dia hampir terjatuh ke belakang, aku menahannya, menariknya ke dalam pelukanku.Uang yang kuberikan tadi, dia kumpulkan di atas meja. Jatuh berhamburan ke lantai saat gelas yang dipakainya untuk menahan uang itu terjatuh terkena tangannya.Aku memeluk Albin dengan erat, dagunya tepat betopang di pundakku. Kuhirup aroma harum dari rambutnya, sesuatu yang hangat lembut dan kenyal menempel tepat di dadaku.Kesadaranku seakan lenyap beberapa saat, aku terdiam karena merasakan sesuatu yang tidak pernah aku rasakan lagi sejak hampir 16 tahun yang lalu.Aku menikmatinya. Menikmati wangi rambut dan tubuh Albin. Menikmati rasa hangat yang menyentuh dadaku bahkan sepertinya tubuhku menuntut lebih.Kesadaranku kembali saat melihat orang berlalu lalang di depan meja kami dan melangkahi uang yang kuberikan untuk

    Last Updated : 2020-10-12
  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 6. SI PENIPU TAMPAN

    Aku melepaskan sabuk pengaman yang sudah terpasang di tubuhku lalu mencondongkan tubuhku mendekati Albin, mendekatkan wajahku ke wajahnya.Aku menyentuh bibirnya dengan ujung jemariku. Desiran darahku terasa semakin naik sampai ke ubun-ubun. Albin masih tertidur pulas. Aku mengepalkan tanganku kuat-kuat berusaha menyingkirkan pikiran liar di dalam kepalaku, aku menelan air liur, hela napas Albin terasa hangat menyentuh wajahku.Aku menyusupkan tangan ke belakang punggung Albin untuk mengambil tasnya yang tadi diletakkan Gina di belakangnya. Aku mengambil ponsel milik Albin, aku ingin mengirimkan pesan dari

    Last Updated : 2020-10-12
  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 7. TASYA

    Jovan memperhatikan presentasi dari direktur keuangan perusahaan. Mereka semua menatap ke LED screen besar di ruang meeting. Perusahaan kayu lapisnya semakin terancam karena kayu semakin sulit didapat. Bahkan mereka memiliki rencana mengurangi pegawai demi menyesuaikan keuangan perusahaan yang semakin sulit.Adi Jaya Sakti-ayahnya Jovan dan beberapa investor mendengarkan rapat dengan saksama. Tidak lama setelah itu Jovan memberikan presentasi untuk mengambil proyek pembukaan lahan yang akan dilakukan perusahan sawit, mereka bisa memberikan separuh harga untuk membuka lahan itu, tapi semua kayu yang ditebang menjadi milik PT. Adi Jaya Sakti. Para pemegang saham setuju dengan solusi itu. Rapat berlangsung lancar meski terja

    Last Updated : 2020-10-12
  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 8. AKHIRNYA INGAT

    ~Jovan POV~Aku menyodorkan ponsel kepadaTasya, memintanya menggantikan ponselku besok. Tasya, dia seseorang yang sangat kupercaya. Dia bekerja bersama kami selama dua belas tahun. Bersamaku enam tahun dan bersama papa enam tahun.Ya, Tasya sebelumnya asisten papa kemudian papa menyerahkan kepadaku saat dia tidak aktif lagi bekerja.Tasya adalah seseorang yang jika diminta semua pekerjaan beres. Kadang dia sudah mengerjakannya sebelum kuminta. Seringkali saat aku mengatakan meminta sesuatu, ternyata sudah beres. Dia seperti bisa membaca pikiranku di masa depan.Dia adalah salah satu dari tiga asisten Papa. Salah satunya Papa Jadikan istri. Entah kenapa saat itu Papa mencari asisten muda, ada satu lagi asisten senior yang membimbing mereka sehingga mereka jadi sangat terampil.Tasya selalu berpenampilan sopan, bahkan bisa dibilang

    Last Updated : 2020-10-12
  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 9 MAS JO YANG BAIK HATI

    Jovan menuruni tangga rumahnya sambil menenteng sebuah tas kerja di tangan. Dia mau menikmati sarapan pagi sebelum berangkat ke kantor pagi ini. Tubuhnya sebenarnya masih lelah karena baru kemarin sore tiba dari luar pulau meninjau lokasi lahan yang digarap perusahaannya.Namun, karena banyak hal yang harus dikerjakan dia tetap ke kantor hari ini.Ia bersenandung ringan sambil menapaki anak tangga. saat dia melihat lurus ke depan, di ruang makan sudah duduk lelaki tua yang sangat dikenalnya."Papa, sejak kapan datang?" Jovan menarik napas panjang melihat sang ayah sudah menunggunya."Baru aja, paling lima belas menitan," ucap Adi sambil tersenyum melihat putranya mendekat.Jovan menarik

    Last Updated : 2020-10-12
  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 10. PELANGGAN ROYAL?

    Sekate-kate ini orang, “Ok Jo yang baik hati, kenapa Lo nipu gue?!”“Enak aja. Aku gak nipu kamu.”“Dasar tukang tipu! Gak ngaku lagi.”“Albin!” Jovan terhenyak. Harga dirinya terluka, “Gue bukan tukang tipu, ya! Lo gak sopan banget sih? Gue pelanggan di sini. Gue bisa adukan Lo bad attitude. Lo bisa dipecat!” Ia memalingkan wajahnya dengan kesal.Albin memajukan langkahnya hingga Jovan terpojok ke dinding “Gue gak butuh pelanggan tukang tipu kaya Lo!”“Club ini butuh pelanggan royal kaya gue!”“Royal apa-an? Sejak kapan orang royal ambil balik uangnya?” Albin mendengus kesal.&ldquo

    Last Updated : 2020-10-12
  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 11. TRAKTIR MAKAN

    Albin berjalan pelan bersama temannya keluar dari Havana klub. Mereka saling tertawa. Sesekali saling menggoda dan bercanda. Tawa mereka mengisi lorong parkiran sepeda motor khusus karyawan.Jovan bersandar pada pilar lorong parkiran. Dia tersenyum manis saat mendengar Albin dan teman-temannya menggosipkan para pelanggan mereka. Dari yang menyebalkan sampai yang baik hati.

    Last Updated : 2020-10-12
  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 12. BORJU

    Jovan menyusuri jalanan kota menuju rumah Albin. Dia sengaja pulang kerja lebih cepat dari biasanya hari ini. Butuh waktu 90 menit dari kantornya menuju rumah Albin. Jovan tersenyum sambil bersenandung riang mengikuti lagu yang diputarnya melalui music player.Ia mengingat kembali senyuman Albin, kemudian berganti saat wajah gadis itu merengut. Dia sendiri tidak mengerti kenapa suka menjahilinya. Mungkin hidupnya terlalu serius. Jovan juga tidak punya saudara sehingga keinginan bercanda dan menjahilinya tidak pernah tersalurkan. Sepertinya karena itulah dia menjahili Albin.Menjahili pekerjanya di kantor? Tentu saja tidak mungkin, hal itu akan merusak image-nya sebagai pemimpin.Dia tertawa saat mengingat mata Albin berkaca-kaca memakan makanan begitu banyak di atas meja malam tadi. Jovan merasa nyaman saat bersama Albin. Dia merasa senang saat mempermainkann

    Last Updated : 2021-03-23

Latest chapter

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 54. I DO IT ALL FOR LOVE (THE END)

    *Komentar tiap paragraf, ya. Kalau komentar dan riview kalian yahud ... nanti ada ektra part. Hahaha. Jangan lupa kasih riview ... jika yang kasih riview mencukupi 20 orang, aku kasih ektra part hari sabtu minggu nanti. Kenapa sabtu atau Minggu? Pas hari itu aku libur kerja. Jadi maafkan author yang nulis di sela kesibukan inih* BAB INI MENGANDUNG UNSUR PERCINTAN YANG EKPLISIT DAN MENDETIL. SILAHKAN SKIP KALAU KELIAN MERASA TIDAK NYAMAN* *** Jovan pergi ke toilet mencuci tangan dan membasuh celananya yang basah karena masih terdapat sisa-sisa cairan dirinya di sana. Menari di dalam benaknya apa yang baru saja terjadi di ruangan Gloria tadi. Semua benar-benar tampak nyata. Albin mengenakan lingerie cokelat keemasan, panjangnya menutup hingga sedikit di bawah bokong. Renda transparan di bagian dada, memperlihatkan separuh gunungan indah mempesona. Tatapan mata Albin yang sayu menggoda dirinya untuk

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 53. LITTLE JOJO

    Jovan memandangi gedung-gedung tinggi di sisi jalanan sambil menyandarkan kepala di sandaran kursi mobil dengan tatapan hampa. Beberapa kali desah napas berat terdengar keluar dari mulutnya. Pikirannya melayang jauh memikirkan Albin. Akhir-akhir ini Ia merasa kebingungan. Menurutnya, kemungkinan dirinya sudah sembuh, tapi dia merasa takut untuk membuktikannya. Seringkali pikiran untuk membuktikan dirinya sudah sembuh atau belum, muncul di kepalanya. Namun, untuk mencoba kembali menonton video seperti saat itu, dia takut. Ia tidak yakin kalau dirinya akan baik-baik saja. Seringkali ia membayangkan hal-hal romantis dan indah bersama Albin, hal yang sebelumnya tidak pernah berani ia lakukan bahkan hanya dengan sekedar memikirkannya saja. Menurut pemikiran Jovan, mungkin itu indikasi bahwa dirinya sudah siap. Namun, ia sangat ragu. Bukankah saat itu mereka hampir saja bisa melakukannya, tapi gagal?

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 52. JATAH BULANAN

    Jovan terdiam beberapa saat. Sungguh ia sangat ingin bertemu Albin, tetapi ia merasa belum siap. Ia takut jika mendengar Albin kembali bicara meminta kepastian agar dia bisa melakukan apa saja. Tentu saja Jovan paham apa maksud dari kalimat "apa saja" yang dikatakan Albin. Ia sanggup melepaskan Albin meski ia tak ingin, tapi jika memang Albin menginginkannya ia tidak bisa memaksa 'kan? Jovan benar-benar melepaskannya saat Albin terakhir kali mengirimkan pesan yang membuat dirinya merasa tidak berguna, tidak berharga dan tidak layak untuk hidup. Ia yakin, jika dia mendengar kata-kata itu lagi ia tidak akan pernah bisa bangkit lagi. Kata-kata itu sangat menyakiti dirinya. Seakan dikatakan dengan jelas, kalau kamu tidak mampu, aku cari lelaki lain. Belum lagi Jovan sangat takut diselingkuhi, takut ditinggakan lalu terpuruk dalam kesendirian. Karena itu ia melepaskan Albin, tapi Albin menolak untuk berpisah dan m

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 51. YOU'RE MY MEDICINE

    Jovan tersenyum memandangi pantulan bayangan dirinya di cermin. Ia merasa bahagia. Sudah sebulan terakhir dia sudah tidak lagi meminum obat. Ia dengan rutin mendatangi Felicia sekali dalam seminggu dan saat ini sudah berjalan selama tiga bulan. Perlu waktu bagi Jovan untuk benar-benar pulih. Felicia dan Adi terus membantu dirinya bangkit dan terus berusaha membangun kepercayaan dirinya kembali. Perlahan obat yang biasanya diminum dua kali sehari diturunkan sekali sehari. Beberapa waktu kemudian, terkadang Jovan lupa, kadang dia malas, dan dia baik-baik saja. Tidak lagi merasa cemas berlebihan walaupun tidak meminum obatnya. Setelah itu dia jadi tahu bahwa dirinya baik-baik saja tanpa obat. Ia tahu bahwa dirinya sudah bisa lepas obat. Wajah tampannya kini bersinar seperti sedia kala. Sinar matanya tidak lagi redup penuh kesedihan. Saat ini ia hanya meminum vitamin untuk otaknya karena setelah

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 50. SISI TERGELAP

    "10. Aku akan menghadapi apa pun resikonya," ucap Jovan dengan nada bicara penuh percaya diri. Ia mengangkat wajah melihat dalam ke arah Felicia. "Yakin? Barusan kamu bilang hanya mau mencoba? Mencoba untuk tau lalu mundur? Kenapa? Apa pentingnya kamu sembuh tanpa obat?" Felicia menyandarkan punggung di sandaran kursi sambil meneliti Jovan lebih dalam. "Aku mau bersama Albin," kata Jovan lirih. Ia menurunkan pandangan ke meja. Ia mencoba menyembunyikan kesedihan. Senyuman Albin tiba-tiba membayang di kedua matanya. "Lalu mau apa kalau bersama Albin? 'Kan sekarang sudah bersama? Memangnya apa yang kamu anggap penting saat bersama Albin?" "Menjadi lelaki seutuhnya." Mata Jovan berkaca-kaca, "dia terus membicarakan mau mencari lelaki lain. Aku tau maksudnya, dia menyindirku karena tidak juga menyentuhnya." Air muka Jovan terlihat sangat sedih. "Apa p

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 49. KETAKUTAN TERBESAR. 

    Dada Albin bergemuruh hebat saat wajah tampan Kei mendekat dengan cepat ke arah wajahnya. Tubuhnya gemetar. Ia melihat semua seakan dalam gerakan lambat. Perlahan tapi pasti bibir Kei semakin dekat dengan wajahnya. Albin memalingkan wajah menghindari bibir Kei mendarat tepat di bibirnya. Kei terdiam melihat penolakan Albin. Ia menelan kembali hasratnya untuk mengecup bibir Albin yang terlihat sangat menggoda untuk dinikmati. "KEI!" tatap Albin nyalang penuh kemarahan kepada teman suaminya itu, "aku punya suami. Gak nyangka kamu tega begin!" seru Albin dengan kata-kata bergetar. Kei tersenyum tipis mendengar penuturan Albin, "Tapi Jovan sudah lepaskan kamu 'kan?" Albin melihat senyuman itu. Senyuman rumit yang seolah-olah merefleksikan perasaan dan pemikiran Kei. Sulit ditebak entah apa yang ada di benak Kei. Meski begitu, senyuman itu membuat Kei justru terlihat s

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 48. INGIN SENDIRI

    Adi bergegas menyusuri koridor dengan kaki tuanya. Suara tongkat beradu dengan lantai hampir serupa dengan suara heels seorang wanita saat menapaki lantai keramik. Seorang wanita muda seumuran Jovan berjalan di sisinya. Dia Ririn, pekerja Adi yang kemudian menjadi istrinya. Seseorang yang mampu menyembuhkan lukanya akibat dari perbuatan Jocelyn. "Aku tunggu di luar aja ya," kata Ririn dengan perasaan tak enak hati. Bukan ia tidak mau menjenguk Jovan, tapi dirinya dan Jovan tidak pernah satu kali pun bertegur sapa meskipun Jovan tidak pernah menyakitinya. Adi mengangguk paham. Mata tuanya mengekori sang istri duduk di kursi penunggu di depan pintu masuk ruang IGD. Ia juga melihat ada Roni dan Herman duduk di kursi itu. "Pak," sapa Roni berdiri, "mari saya antar ke dalam." Adi mengangguk, "Ada apa sebenarnya?" tanya Adi dengan napas berat.

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 47. BERLOMBA DENGAN WAKTU

    Waktu berlalu. Perlahan tapi pasti detak jantung Jovan yang semula berpacu cepat karena dia merasa cemas kini mulai normal. Perasaan gelisah itu perlahan mulai memudar. Layar LED besar yang tertempel di dinding kamarnya menampilkan sepasang manusia yang saling berkecup mesra penuh cinta dan kemesraan. Jovan memperhatikan dengan saksama. Seulas senyuman manis tersemat di bibirnya. Ia ingat betapa manisnya rasanya saat dia melakukan hal itu dengan Albin. Pakaian sepasang manusia di layar itu terlepas satu persatu. Mereka terlihat begitu bergairah dan saling mencintai. Sayangnya di saat yang sama bayangan Jocelyn dan lelaki yang bersamanya muncul begitu saja. Terpicu adegan sepasang manusia yang tidak mengenakan pakaian. Jovan tetap menatap layar dengan tatapan hampa. Kesedihan kembali memagutnya sangat erat. Desahan nikmat terdengar dari film itu. D

  • Gadis Sejuta Dollar   BAB 46. PINDAH RUMAH

    Albin mem-packing barang-barang dengan lelehan air mata. Satu demi satu pakaiannya dimasukkan ke dalam koper dan tas besar. Sebenarnya dia sudah tahu perpisahan dengan Jovan pasti akan terjadi karena perjanjian mereka, tapi dia tidak menyangka akan secepat ini. Ia tidak tahu perpisahan akan sesakit ini. Andai ia tahu, tidak akan terucap kata-kata perpisahan dari bibirnya. Terlintas di pikirannya, Jovan memutuskan bercerai karena selama ini dia terus merongrong ingin berpisah saat mereka bertengkar. Semua barang-barangnya sudah tersimpan rapi. Ia meninggalkan gambar sketsa hasil karyanya menggambar Jovan. Dia membingkainya dengan frame kemudian ditempel di dinding. Albin berharap, saat melihat sketsa itu Jovan akan merindukan dirinya. Ia sudah siap untuk pergi. Tidak ada lagi yang tersisa, kecuali sisa kenangan dirinya dan juga Jovan di kamar itu. Kenangan itu melintas dan membayang dengan jelas secara nyat

DMCA.com Protection Status