Share

Bab 58

Penulis: Louisa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Indira duduk di depan tenda, memutar musik dengan ponselnya. Sementara itu, Edgar menyalakan sebuah emergency lamp sebagai sumber cahaya.

Ketika malam datang, udara yang berembus semakin terasa dingin. Untungnya Indira dan Edgar sama-sama membawa jaket untuk menghangatkan tubuh.

Indira meletakkan panci di atas kompor portable, kemudian menuangkan air mineral ke dalamnya. Hendak merebus air untuk membuat kopi. Menunggu air mendidih sambil mendengarkan alunan musik.

Edgar mengambil sebuah selimut dari dalam tenda, memasangkannya di bahu Indira.

“Saya udah pakai jaket, Mas,” ujar Indira.

“Biar tambah hangat,” jawab Edgar, kemudian duduk di kursi lipatnya.

Indira hanya tersenyum, tatapannya tertuju pada panci yang penuh berisi air. Saat air telah mendidih, Indira lekas menuangkannya ke dalam cangkir yang telah diberi bubuk kopi dan sedikit gula pasir. Aroma kopi yang harum langsung menyeruak, rasanya seperti sedang berada di sebuah coffee shop.

Indira memegang sendok logam untuk men
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Novita Sari
ayo indira buka hati buat mas edgar
goodnovel comment avatar
lilyedy.
Sabar y mas....Edgar jgn patah semangat
goodnovel comment avatar
Larchorchid
sabaaarrr yaa mas. tapi kamu hebat udah mau mengakui perasaan. ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 59

    Semalaman Edgar tak bisa terlelap. Sudah berusaha untuk memejamkan mata, tapi rasanya sulit sekali untuk terbang ke alam mimpi. Kalimat yang diucapkan oleh sang istri terus terngiang di telinganya. Sesekali Edgar menengok ke samping, menatap Indira yang sudah terlelap. Wajahnya begitu damai, bibir mungilnya terkatup rapat, kedua matanya terpejam. Gadis itu tampaknya sangat menyukai dinginnya camping ground, nyaman sekali berada di dalam sleeping bag sambil mendengarkan suara hewan-hewan malam. Menjelang dini hari, barulah Edgar bisa memejamkan mata. Menyudahi sesi overthinkingnya.Pukul setengah enam pagi, Indira bangun dari tidurnya. Pelan-pelan membuka sleeping bag, kemudian mengerjapkan kedua matanya yang masih sedikit berat. Tatapannya lantas tertuju pada Edgar yang masih tertidur lelap (tak terganggu sedikit pun dengan suara resleting yang baru dibuka). Indira merapatkan jaketnya, lalu pelan-pelan membuka tenda. Udara dingin langsung menyambut, membuat Indira meringis saat ka

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 60

    Saat semester baru resmi dimulai, jadwal Indira semakin padat. Gadis itu harus pintar-pintar membagi waktu antara kuliah dan bekerja, sehingga segala kewajiban tetap bisa dijalankan dengan seimbang. Tersisa beberapa mata kuliah pilihan, sehingga Indira hanya berangkat ke kampus pada hari Selasa dan Rabu dari pukul setengah delapan pagi sampai setengah dua belas siang. Setelah itu, Indira harus berangkat ke kantor. Bukan hal yang mudah, tapi Indira sangat menikmati kesibukannya. Bahkan berencana untuk mengikuti program paid internship di perusahaan lain setelah kotrak tiga bulannya habis. Waktu luangnya jauh lebih bermanfaat jika dihabiskan untuk bekerja, daripada hanya duduk di rumah tanpa melakukan apa-apa. Justru Edgar yang uring-uringan, sebab tak bisa menghabiskan banyak waktu bersama Indira. Saat akhir pekan pun, Indira akan pergi ke perpustakaan kota untuk mengerjakan tugas atau menyusun proposal skripsi. Edgar kini duduk di ruang kerjanya, sedang memeriksa laporan proyek. La

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 61

    Indira sedang dalam masa adaptasi dengan status barunya sebagai seorang istri. Tapi, setidaknya ia mulai terbiasa tidur seranjang bersama sang suami. Tentu saja dengan tumpukan bantal yang menjadi tembok pembatas di antara mereka. Indira selalu bangun lebih awal, bahkan ketika matahari belum sepenuhnya muncul ke permukaan. Gadis itu akan turun dari ranjang sebelum suaminya bangun, lalu berjalan meninggalkan lama sambil mengendap-endap agar tak menimbulkan suara. Langung pergi ke halaman belakang untuk menengok tanaman tomat dan cabainya yang mulai besar, serta membersihkan debu tipis yang menyelimuti daun-daun tanaman hias. Indira suka melihat dedaunan hijau saat pagi hari, apalagi jika ada tetesan embun yang menyelimuti permukaannya. Setidaknya, Indira tetap bisa menghirup udara segar meskipun tinggal di Ibukota yang sibuk dan penuh polusi. Gadis itu tersenyum kala menjumpai bunga pada tanaman tomatnya. Rupanya sudah mulai berbunga, tak lama lagi ia bisa menikmati tomat segar yan

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 62

    Setelah sarapan, Edgar langsung masuk ke kamar mandi. Pagi ini ada janji bermain golf dengan beberapa kolega bisnis, sehingga tidak bisa menghabiskan waktu bersama sang istri. Bagaimana pun, menjalin relasi adalah hal yang sangat penting bagi seorang pimpinan perusahaan yang bertugas sebagai pengambil keputusan. Selagi Edgar berada di kamar mandi, Indira masuk ke walk-in closet. Membuka lemari, mengambil polo shirt berwarna putih dan celana panjang. Tak lupa, Indira juga menyiapkan jam tangan dan topi yang bisa dipakai oleh suaminya. Gadis itu memang tidak pandai memilih pakaian, tapi ingin tetap menjalankan perannya sebagai seorang istri (menyiapkan makanan dan pakaian untuk suaminya). Seandainya Edgar tak suka dengan baju yang dipilihkan Indira, silakan mengambil baju lain dari dalam lemari. Toh, koleksi atasan dan celananya ada banyak sekali. Usai memilihkan pakaian, Indira berjalan meninggalkan kamar. Mengantisipasi agar tak melihat Edgar yang telanjang dada. Indira menuruni ta

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 63

    Ketika baru saja menginjakkan kaki di rumah, Edgar dikejutkan dengan kehadiran Stella. Edgar membeku di ambang pintu, tak menduga akan kembali bertemu dengan Stella yang menghilang tanpa jejak berbulan-bulan belakangan. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa perempuan itu tiba-tiba datang sambil membawa sebuah koper?Stella berdiri, bergegas menghampiri Edgar dan memeluknya erat-erat. Rasa rindunya menggebu-gebu karena cukup lama Stella tak merasakan hangatnya sentuhan Edgar. Edgar terkejut luar bisa, apalagi detik berikutnya Indira datang sambil membawa mangkuk berisi buah-buahan. Tanpa pikir panjang, Edgar langsung mendorong tubuh Stella agar menjauh darinya. Stella tersentak saat pelukannya ditolak mentah-mentah. “Kenapa tiba-tiba datang ke sini?” tanya Edgar. Stella mengembuskan napas, kemudian berkata, “ada sedikit masalah di rumah, jadi aku mau nginep di sini selama beberapa hari. Boleh, kan?”“Pergi dari sini sekarang juga.”“Kenapa kamu jadi ketus begini, Ed? Kamu nggak kang

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 64

    Stella pergi dengan air mata membasahi pipinya. Terlihat amat kecewa dengan fakta bahwa Edgar diam-diam telah menikah. Segala hal yang telah Stella lakukan bersama Edgar hanya menjadi kenangan-kenangan menyakitkan yang tak mungkin hilang begitu saja dari ingatan. Indira melihat segalanya, bagaimana Stella berteriak frustrasi ketika mendengar pengakuan Edgar soal status pernikahannya. Bahkan, Indira juga melihat tetes demi tetes air mata yang jatuh membasahi pipi kemerahan Stella. Percayalah, semua itu menghantui Indira layaknya bayang-bayang hitam yang merayap di dinding kamar ketika malam datang. Gadis itu hampir terbuai, tinggal selangkah lagi sampai benar-benar jatuh ke dalam pesona suaminya. Harusnya Indira tetap mempertahankan batasan yang jelas, cukup fokus menyusun rencana-rencana masa depannya sendiri. Tak perlu susah payah membuka hati dan melayani suami. Setelah lulus, Indira bisa mengajukan gugatan cerai ke pengadilan, lalu hidup mandiri dengan status baru sebagai seoran

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 65

    Semalaman Edgar tak bisa terlelap. Otaknya berpikir keras, mencoba menemukan solusi dari masalah yang sedang dihadapinya saat ini. Kesalahan yang dilakukan di masa lalu akan tetap melekat, menjadi bagian dari diri Edgar. Tak bisa diubah. Edgar takut seandainya Indira memilih untuk mengajukan gugatan cerai. Berpisah dengan Indira adalah hal yang tak pernah Edgar bayangkan. Ia ingin menjalani kehidupan rumah tangga dengan benar, berusaha memberikan yang terbaik untuk keluarga kecilnya. Tapi, di saat Edgar baru saja akan menyusun pondasi, tiba-tiba muncul gangguan hingga segalanya kembali kacau berantakan. Edgar mengembuskan napas, kemudian mengusap wajahnya dengan kasar. Kamar terasa jauh lebih dingin dan hampa tanpa kehadiran Indira. Pagi hari terasa jauh lebih menyiksa, sebab Edgar harus menghadapi sikap dingin Indira. Edgar lekas berjalan menuju kamar mandi, menyalakan shower untuk mengguyur tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Berharap segala beban yang ada di pundaknya

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 66

    Sepulang kerja, Indira langsung pergi ke rumah Kiran. Belum ingin pulang, apalagi harus terjebak di dalam mobil yang sama dengan Edgar. Yang saat ini Indira butuhkan adalah sebuah ruang, agar ia bisa memikirkan langkah selanjutnya yang akan diambil. Ojek yang dinaiki Indira melaju di jalanan yang sangat padat, hingga akhirnya sampai di tempat tujuan ketika langit mulai menggelap. Gadis itu segera turun dari sepeda motor sambil melepas helm, kemudian menyerahkan sejumlah uang kepada sang driver. “Indira?” gumam Kiran saat baru saja keluar dari rumah untuk membuang sampah. Agak terkejut dengan kehadiran Indira di depan rumah. Indira menyunggingkan seulas senyum di bibirnya, kemudian melepas alas kaki dan naik ke teras. Kiran terkekeh pelan, lalu bergegas membuang sampah ke dalam tong berwarna biru yang ada di depan rumah. “Ayo masuk, Ndi. Kebetulan rumah kosong, orang tuaku hari ini pergi ke Semarang,” kata Kiran sambil membuka pintu lebar-lebar, mempersilakan Indira untuk masuk.

Bab terbaru

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 111

    Setelah duabelas hari lamanya dirawat di NICU, akhirnya hari ini Kavi diperbolehkan untuk pulang. Duabelas hari belakangan Indira selalu overthinking, tak bisa tidur dengan nyenyak saat malam hari karena mengingat putranya yang masih di rumah sakit. Yang bisa Indira lakukan setiap harinya hanyalah berdoa, seraya memulihkan kondisi fisiknya. Rasanya masih seperti mimpi saat akhirnya Indira bisa memeluk Kavi. Bayi laki-laki itu masih sangat kecil dan rapuh, membuat Indira berselimut rasa takut ketika menggendongnya. Tapi, Indira cukup lega karena bisa menjaga dan merawat Kavi dalam jarak dekat. Kebahagiaan yang hadir di dalam hati Indira tak dapat diterjemahkan ke dalam kata-kata, terlebih saat mendengar suara tangisan Kavi. Meskipun lahir lebih cepat dari perkiraan, tapi Kavi cukup kuat dan mampu bertahan.“Mau pulang sekarang?” tanya Edgar. Indira menganggukkan kepala, “ayo pulang, Mas.” Mereka sama-sama tersenyum, kemudian berjalan meninggalkan NICU. Saling bersisian, sesekali b

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 110

    Saat pertama kali melihat Kavi di NICU, Indira meneteskan air mata. Sebab bayinya begitu kecil, lemah, bahkan suara tangisannya juga tak terlalu keras. Lahir sebelum waktunya membuat berat badan Kavi hanya satu koma enam kilogram, perlu dirawat di inkubator dan mendapat pemantauan khusus dari dokter. Indira merasa bersalah, apalagi produksi ASI-nya tidak lancar. Hanya bisa memompa sebanyak sepuluh mililiter setiap harinya. Entah karena efek stress atau karena faktor lainnya. Setelah empat hari lamanya dirawat di rumah sakit, akhirnya Indira diperbolehkan untuk pulang. Agar fokus menjalani pemulihan di rumah. Sayangnya, Kavi belum bisa pulang karena masih memerlukan perawatan di NICU. Indira sedih bukan main, seperti ada bagian dari hatinya yang dicabik-cabik. Ia telah melahirkan dan resmi menjadi seorang ibu, tapi belum bisa memeluk dan menjaga putranya selama duapuluh empat jam. Hal-hal negatif mulai bermunculan di dalam kepala Indira, seketika menghadirkan rasa cemas yang sulit d

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 109

    Indira menatap punggung tangannya yang ditancapi jarum infus. Ia sudah dipindahkan ke kamar rawat, efek anastesi telah hilang sehingga nyeri di luka jahitan mulai terasa. Tubuhnya lemas, tak ada energi yang tersisa untuk sekadar bergerak. Indira tak menyangka kalau melahirkan ternyata sesakit itu. Yang lebih parah, hati Indira masih berselimut cemas lantaran bayinya harus dirawat di NICU. Saat ini waktu menunjukkan pukul setengah enam pagi. Matahari belum sepenuhnya naik, kamar rawat terasa cukup dingin karena AC yang dinyalakan. Kamar berselimut keheningan, hanya terdengar suara jarum jam yang cukup lantang. Indira mengerjapkan mata, menatap ke arah Edgar yang sedang tidur di atas sofa. Laki-laki itu tampaknya kelelahan karena tadi malam begadang, menemani Indira yang overthinking dan kesakitan. Operasi memang sudah selesai, tak ada pendarahan atau komplikasi. Tapi, tetap saja Indira belum bisa bernapas lega karena belum melihat seperti apa kondisi putranya. Indira menghela napa

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 108

    Indira mulai merasakan celana dalamnya basah ketika berada di dalam mobil, hingga akhirnya ada cairan yang mengalir di pahanya. Jantung Indira berdegup kencang, rasa gugup dan panik memenuhi rongga dadanya. Kandungannya baru memasuki usia tigapuluh dua minggu, HPL-nya masih dua bulan lagi. Edgar juga sama paniknya dengan Indira, terus menambah kecepatan mobilnya agar segera tiba di rumah sakit. Edgar mencoba untuk tetap tenang, menepis semua hal-hal negatif yang mulai bermunculan di dalam kepala. “Tahan, ya. Sebentar lagi kita sampai rumah sakit,” ucap Edgar. Indira meringis sambil menyentuh perutnya sendiri. Saking kalutnya, perempuan itu sampai tak dapat mengucapkan sepatah kata. Setibanya di rumah sakit, Edgar langsung menggendong Indira menuju IGD. Perawat lekas memanggil residen obgyn untuk melakukan pemeriksaan awal, agar selanjutnya bisa diskusi dengan konsulen mengenai tindakan yang harus diambil. Dan, dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 107

    Indira menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya secara perlahan. Momen yang ditunggu-tunggu akhirnya datang, tapi entah bagaimana Indira malah gugup luar biasa. “Jangan nervous, Ndi. Pasti lancar, kok,” ucap Kiran sambil menyerahkan sebotol air mineral. Indira duduk di atas kursi, menerima sebotol air yang disodorkan oleh Kiran. Saat ini mereka berada di depan ruang sidang, menunggu dosen pembimbing dan penguji datang. Jadwal sidangnya pukul setengah sembilan, tapi Indira sengaja berangkat ke kampus sejak pukul tujuh untuk membaca ulang catatan-catatan penting yang telah dibuat. Perempuan itu mengenakan baju hitam-putih, seperti kandidat karyawan yang akan melakukan tahapan interview. Perutnya tak bisa lagi ditutupi dengan blazer, sehingga siapa pun yang melihat pasti langsung tahu kalau Indira Kalani sedang berbadan dua. Kandungannya sudah berusia tujuh bulan, gerakan si bayi semakin aktif. Bahkan ketika Indira sedang gugup, si bayi menendang-nendang dengan cukup kuat. Se

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 106

    Saat kandungannya semakin membesar, Indira makin sulit menutupi baby bumpnya. Hari ini ia harus berangkat ke kampus untuk bimbingan, tapi agak ragu kalau harus muncul di kampus dengan perut besarnya. Bagaimana kalau ia kembali menjadi pusat perhatian? Bagaimana kalau ada rumor aneh yang berkembang di antara teman-teman satu angkatan? Indira sudah mencoba untuk menutupi perutnya dengan sweater dan jaket. Tapi, usahanya terbuang sia-sia karena baby bumpnya tetap terlihat dengan jelas. Awalnya Indira berniat untuk membatalkan jadwal bimbingan. Tapi, sedetik kemudian perempuan itu mengingat bahwa menyelesaikan skripsi sebelum melahirkan adalah prioritas yang harus diutamakan. Maka, akhirnya Indira berangkat ke kampus bersama Pak Rahmat. Tiba di pelataran parkir pada pukul sembilan pagi, masih ada sisa waktu satu jam sampai bimbingan dimulai. Yeah, Indira datang lebih awal karena khawatir terjebak macet, tapi ternyata jalanan cukup senggang pagi ini. Indira turun dari mobil dengan tote

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 105

    Indira berhasil melewati trimester pertama kehamilan yang terasa sangat berat. Saat mulai masuk trimester kedua, morning sicknessnya mulai berkurang. Indira bisa menelan lebih banyak makanan, bahkan bisa mengonsumsi telur dan ayam yang tadinya dapat memancing rasa mual. Sebuah hal yang patut disyukuri, meskipun tubuhnya jadi mudah lelah karena perutnya yang kian membesar. Perkuliahan semester genap telah berakhir. Indira bisa sedikit bersantai karena semester depan tak ada jadwal kelas yang tersisa, hanya perlu fokus mengerjakan skripsinya. Sesekali datang ke kampus untuk bimbingan. Setidaknya, Indira tidak perlu terus berkeliaran di kampus dengan perut besarnya (yang pastinya akan menjadi pusat perhatian). Minggu lalu, Indira sudah melakukan USG. Menurut penjelasan dokter, bayi yang ada di dalam kandungan Indira diprediksi berjenis kelamin laki-laki. Tentu saja Edgar sangat bahagia, sebab sebentar lagi akan ada versi kecil dari dirinya. Hari ini Edgar mengajak Indira ke baby shop

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 104

    Indira bahagia menyambut kepulangan Papa Danu dan Ezra. Rumah tak lagi terasa sepi dan kosong. Saat siang hari, Indira bisa mengobrol dengan Papa Danu atau Ezra, sehingga tak perlu termenung seorang diri di dalam kamar dan merebahkan tubuh di atas ranjang. Saat ini Indira sedang berada di attic room, menemani Ezra yang sedang melukis. Edgar pasti mengomel panjang lebar kalau mengetahuinya, tapi Indira tak peduli. Lebih baik mengobrol dengan Ezra daripada hanya merebahkan tubuh di atas ranjang seperti orang yang sedang sakit parah. “Jujur, aku kaget waktu tahu kamu positif hamil. I mean, dulu kamu pernah bilang soal rencana nunda momongan,” ucap Ezra sambil menggerakkan kuasnya di atas palet. Indira tersenyum tipis, kemudian berkata, “kehamilan yang nggak direncanakan, Mas. Saya juga kaget banget waktu lihat dua garis di atas testpack, sampai nangis. Karena saya merasa belum siap punya anak, masih mau menikmati masa muda dan ngejar impian.” “I see. Pasti berat banget, ya?”“Iya, a

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 103

    Sebelum positif hamil, Indira sempat berencana untuk mengikuti program paid internship lagi. Untuk mengisi libur semester, sekaligus mencari pengalaman dan ilmu. Tapi, akhirnya rencana itu dibatalkan. Indira memutuskan untuk fokus memanfaatkan waktu luangnya untuk mengerjakan skripsi, plus memperdalam pengetahuannya tentang parenting. Indira berusaha menyingkirkan ambisinya. Toh, liburan semester kemarin ia sudah sempat menjadi intern selama tiga bulan. Meskipun ilmu yang didapatkan belum seberapa, setidaknya Indira sudah paham bagaimana sebuah perusahaan bekerja. Indira berdiri di depan standing mirror sambil mengusap perutnya sendiri. Baby bumpnya semakin terlihat. Apabila jalan-jalan di tempat umum, orang-orang pasti langsung tahu kalau Indira sedang berbadan dua. Perempuan itu mengembuskan napas, kemudian mengusap perutnya dengan lembut. Seolah sedang berkomunikasi dengan janin kecil yang ada di dalam sana. Beberapa saat kemudian, Edgar keluar dari kamar mandi. Langsung membuk

DMCA.com Protection Status