“Loh kenapa kamu yang meminta maaf? Memangnya kamu siapanya si jalang itu!” “Saya,” ucapannya terpotong.“Saya? Saya apa?” tanya Diana.“Saya ibu kandungnya Olivia,” jawabnya dengan lirih.“Oh jadi kamu ibu kandungnya si Jalang itu! Heh denger ya bu kasih tau sama anak ibu itu kalau mau punya cowok lihat-lihat dong. Masa suami orang dijadikan simpanannya,” ucap Diana.“Satu hal lagi yang perlu kalian tau Wisnu ini bukan orang kaya! Dia bisa bergaya seperti itu karena, fasilitas dari keluargaku!” Teriak Diana.“Cukup Diana! Plak,” Wisnu menampar pipi kanan Diana.“Kamu berani nampar aku hah! Kamu belain Jalang itu sampai kamu menamparku!” Teriaknya pada Wisnu.“Maafkan aku Diana. Aku nggak sengaja melakukannya,” ucapnya yang meminta maaf pada istrinya.“Nggak! Aku akan bawa semua ini pada jalur hukum! Aku pastikan kalian berdua dengan jalang itu masuk dalam jeruji besi,” ucapnya dengan tegas.Olivia merasa ketakutan jika dirinya harus masuk dalam penjara. Begitu juga dengan bu Susi
Hari ini genap baby twins berumur 1 tahun. Mereka mengadakan pesta kecil untuk anaknya tersebut. Banyak teman dan keluarga yang datang menghadiri ulang tahun si kembar. Tidak lupa juga Kinan dan Arsen mengundang anak-anak panti asuhan.“Selamat ulang tahun kembar. Semoga panjang umur sehat selalu,” Bella mendoakan yang terbaik untuk kedua cucunya.“Terima kasih Oma,” jawab Kinan.Setelah acara ulang tahun mereka makan bersama. Berbagai macam makanan tersedia di meja prasmanan. Mereka menikmati makanan yang tersedia di atas meja.“Alhamdulillah ya yang di antara kedua keluarga kita bisa bersatu kembali,” ujar Arsen pada istrinya.“Iya bang, kamu benar sekarang antara kedua keluarga kita bisa bersatu kembali,” ucap Kinan.“Selamat ulang tahun ponakan aunty yang ganteng. Semoga kalian panjang umur, sehat selalu dan menjadi anak kebanggan orang tua,” ujar Indriani pada kedua keponakannya.“Terima kasih Aunty Indri,” jawab Kinan.“Dek, Adriana dimana? Kok abang nggak lihat kakakmu itu?” Ta
Setelah ruangan IGD dibuka dan terlihat Indriana dengan seorang Suster. Keluarga semuanya berdiri dan ingin tau apa yang terjadi dengan Kinan. Terutama Arsen yang langsung bertanya pada adiknya.“Bagaimana kabar kakakmu dek? Dia sakit apa?” Tanya Arsen pada adiknya.“Kakak nggak kenapa-napa kok bang. Kakak saat ini sedang mengandung dan sudah jalan 2 minggu,” Indriani memberitahu abangnya.“Alhamdulillah, Pi,Mi, Ma. Kinan hamil!” Arsen berucap dengan gembiranya.“Selamat ya nak. Jaga istrimu dengan baik ya, jangan terlalu capek,” ujar Bella menasehati anaknya.“Iya Mi.”Semua anggota keluarga senang dan gembira. Karena, mereka akan memiliki anggota keluarga baru. Terlihat raut wajah gembira semua anggota keluarga.“Apa boleh nak, kita lihat kakakmu?” Tanya Ryan pada Indriani.“Boleh dong Papi. Tapi kakak kita pindahkan dulu ya ke ruang perawatan. Biar beberapa hari kakak dirawat dulu, karena terlihat sangat pucat sekali,” ujar Indriani pada Papinya.Kinan pun dipindahkan ke ruang pera
Duk duk duk!“Siapa ya!” Teriak bu Susi dari dalam. “Cepat buka pintunya!” Teriak seseorang dari luar rumah.“Iya sebentar,” jawab Bu Susi.Bu Susi membuka pintu dan ternyata yang punya kontrakan datang dan berdiri di depan pintu. Dia menatap Bu Susi dengan garangnya. Dia juga masuk dan melihat sekeliling kamar.“Bu Susi sekarang juga ibu tinggalkan kontrakan saya!” Ucap Bu Mila pemilik kontrakan.“Kenapa bu? Kok saya disuruh pindah? Bukannya saya sudah bayar kontrakan minggu lalu?” Tanya Bu Susi pada Bu Mila.“Saya nggak mau ya gara-gara kelakuan anak kamu itu kontrakan saya jadi sepi nggak ada yang mau ngontrak! Sekarang juga ibu bereskan semua barang-barang ibu dan tinggalkan kontrakan saya hari ini juga!” Ucapnya dengan nada suara tinggi.“Bu tolong kasih waktu untuk saya biar bisa cari kontrakan baru,” ucap Bu Susi yang memohon pada Bu Mila.“Tidak bisa! Hari ini juga ibu tinggalkan kontrakan saya! Terserah ibu mau kemana saya nggak peduli! Yang terpenting sekarang ibu pergi da
Bu susi saat ini berada di rumah Ustadzah Lina. Sehari-hari dia membantu ustadzah masak catering dan beres-beres rumah. Bi Susi pun tinggal bersama di rumah Ustadzah.“Semoga ibu betah ya tinggal disini,” ucapnya pada Bu Susi.“Terima kasih ustadzah sudah mau menampung saya di rumah ustadzah,” ujarnya pada Ustadzah.“Bu Susi nggak boleh berbicara seperti itu. Ibu juga disini bantu-bantu aku kerja kok,” ucap Ustadzah Lina pada Bu Susi.“Ustadzah orang yang sangat baik hati. Saya sangat beruntung bisa bertemu dan kenal sama ustadzah,” ujar Bu Susi.“Iya bu, sudah jangan dipikirin ya yang penting ibu disini bareng sama saya,” katanya pada Bu Susi.“Iya ustadzah.”Bu Susi mulai membantu masak untuk pesanan catering sore nanti. Dia membantu mengiris bumbu dan sayuran yang akan dimasak hari ini. Selain itu dia juga membantu ustadzah membuat kue dan membersihkan rumah. Dengan hati riang gembira dia melakukannya. Sedangkan di Bandung saat ini Olivia sedang mencari pekerjaan untuk dirinya be
“Ada apa ya mas kok buntuti saya sampai disini?” Tanya Olivia pada laki-laki tersebut.“Maaf kalau saya lancang sama mbak. Saya hanya mau menawarkan pekerjaan aja sama mbak,” ucapnya pada Oliv.“Kan sudah bilang kalau saya nggak minat kerja sama mas. Saya tau kerjaan apa yang mas maksud,” ujar Oliv pada Rizal.“Mbak jangan salah paham dulu, saya menawarkan pekerjaan sama mbak itu pekerjaan halal kok,” ucapnya pada Oliv.“Pekerjaan apa yang kamu maksud?” Tanya Oliv pada Rizal.“Apakah mbak mau bekerja di rumah saya?” Tanya Rizal.“Bekerja di rumahmu? Sebagai pembantu gitu?” Tanya Olivia.“Bukan sebagai pembantu mbak. Saya sedang cari orang untuk merawat nenek saya yang saat ini terkena stroke,” jelasnya pada Olivia.“Oh jadi pengasuh nenek kamu?” Tanya Olivia.“Iya mbak jadi pengasuh nenek saya,” jawabnya.Olivia terdiam dan dia berpikir terima apa jangan tawaran dari Rizal. Namun, jika dia menolak maka, dia tidak dapat pekerjaan lagi. Sedangkan, dia harus bekerja untuk menghidupi diri
Setelah mengobrol Ustadzah pun, pamit untuk tidur terlebih dahulu. Begitu juga dengan bu Susi dia mengecek pintu dan jendela apakah sudah terkunci atau belum.“Ternyata sudah terkunci semua, sebaiknya aku langsung tidur saja,” ucapnya yang berbicara sendiri.Namun, tiba-tiba ponsel bu Susi berdering. Dia melihat siapa yang menelpon dirinya. Ternyata Olivia yang menelponnya.[Halo, assalamualaikum][Waalaikumsalam bu, apa kabar?][Alhamdulillah kabar ibu baik. Bagaimana kabar kamu disana nak?][Kabar aku juga baik bu. Nanti kalau Oliv sudah kerja, ibu datang kesini aja ya. Biar tinggal bareng sama aku disini.][Kamu nggak usah khawatirkan ibu. Disini ibu baik-baik saja, dan sudah 2 hari ibu tinggal di rumah ustadzah. Ibu bantu-bantu di rumah ustadzah][Jadi ibu udah nggak ngontrak lagi di tempat yang lama?][Iya ibu di usir sama yang punya kontrakan.][Diusir karena apa bu? Jangan- jangan karena, masalah aku ibu jadi di usir dari kontrakan?][Sudah nggak usah di pikirkan. Saat ini ibu
Olivia bekerja di rumah Rizal. Dia menjadi perawat lansia sang nenek. Datang pagi pulang di sore hari. Seperti hari ini dia datang ke rumah Rizal. “Selamat pagi Pak Rizal,” ucapnya pada Rizal. “Kok kamu baru datang? Kan saya sudah bilang hari ini saya bertemu sama klien! Jadi saya harus berangkat pagi! Dari tadi saya nunggu kamu datang. Ya dah sana masuk nenek udah nunggu kamu tuh,” ucapnya yang mengusir Oliv untuk segera menemui nenek. “Iya Pak,” ucap Oliv yang lirih. Dia langsung masuk ke dalam dan menemui nenek yang masih berada di ruang makan. Dalam hati Oliv kesal pada Rizal yang berbicara asal saja. “Selamat pagi nek,” sapa Oliv pada nenek. “Selamat pagi, eh kamu sudah datang rupanya, tadi kamu bertemu sama Rizal?” Tanya nenek pada Oliv. “Iya nek, tadi Pak Rizal ada di depan. Sepertinya dia sedang buru-buru mau ke kantor nek,” ucap Oliv pada nenek. “Oliv jika Rizal berbicara ketus padamu jangan diambil hati ya. Dia memang seperti itu. Sebenarnya dia itu anak yang
Pagi ini mereka sudah selesai sarapan. Mereka berniat akan ziarah ke makam sang papa. Batu nisan dengan tulisan Marbun tertera di atas makam tersebut. Mereka menabur bunga diatas makam Papa dan membacakan doa untuk Papa tercinta.“Papa, anak kita Gina sudah kembali. Saat ini dia sudah menikah dan memiliki dua orang anak kembar. Lihat lah anak pertama kita juga sudah menikah dan memiliki seorang istri yang cantik. Aku, anak- anak dan menantu datang kesini ingin ziarah sama kamu Pa. Maafkan Mama yang sudah lama tidak datang kesini, tapi mulai hari ini kita akan sering bertemu Pa. Karena, Mama sudah memutuskan untuk tinggal di kampung. Mama ingin selalu dekat dengan Papa,” ujar Mama Ratih yang menjelaskan pada suaminya yang sudah tiada.Kinan dan yang lainnya merasa sangat sedih mendengar curahan hati Mama pada suaminya yang telah tiada. Kinan mengelus sang Mama dengan penuh kasih sayang.“Mama jangan nangis lagi ya, aku dan Bang Andre akan selalu menjaga dan melindungi Mama,” ucap Kina
Pagi ini Arsen, Kinan, Andre dan Ira sudah siap. Mereka akan mengantar mama Ratih ke kampung halaman. Mengendarai mobil masing-masing. Sepanjang perjalanan mereka asyik mengobrol dan si kembar asyik bernyanyi.“Lihat bang, anak-anak terlihat sangat senang diajak ke kampung halaman,” ujar Kinan yang memperhatikan anak-anaknya.“Iya mereka begitu senang diajak ke kampung.”“Sayang kalian senang ya diajak pulang ke rumah Oma?” tanya Kinan pada kedua anaknya.“Iya Mommy, aku dan adik senang di ajak ke rumah Oma,” ucap Frederick pada sang Mommy.“Kalau adik Nicholas gimana, apakah senang juga kita ke rumah Oma?” tanya Kinan pada Nicholas.“Aku juga senang Mommy, dan sampai disana aku bisa bermain,” katanya yang sudah ingin cepat- cepat sampai di kampung.Kinan tersenyum mendengar celoteh kedua anak kembarnya. Dia merasa bersyukur memiliki kedua anak yang pintar dan Soleh. Selain itu, dia juga memiliki suami yang sangat perhatian padanya dan pada anak-anak juga.“Sebentar lagi anggota kelua
Mereka tiba di rumah Mama Ratih. Kinan, Baby twins dan juga Suster langsung disambut Mama Ratih dan Ira.“Selamat datang cucu Oma tersayang! Sudah lama sekali kita tidak bertemu ya,” kata Mama Ratih pada anak dan kedua cucunya.“Oma! Aku mau makan kue,” rengek Baby Nicolas.“Ayo kita masuk! Oma sudah buat kue untuk cucu-cucu nenek yang ganteng ini,” ucap Mama Ratih yang langsung menemani si kembar masuk.“Bagaimana kabar kak Ira? Apakah semuanya sehat?” tanya Kinan pada kakak iparnya.“Alhamdulillah kabar saya baik, bagaimana kabarmu Bu?” Tanya Ira.“Jangan panggil Ibu dong! Masa Kakak Ipar manggil aku ibu sih! Panggil adik atau panggil nama saja.” Kinan meminta Ira untuk memanggil dirinya dengan sebutan nama saja.“Baiklah aku akan memanggilmu dengan sebutan nama saja,” ujar Ira pada Kinan.“Nah gitu dong, kalau panggil pakai nama kan terlihat lebih akrab,” kata Kinan pada Ira.“Ya sudah kita masuk yuk, aku sudah lapar,” ucap Kinan yang sedikit pelan.“Kebetulan tadi Mama sudah masak
Setelah kematian Pak Rudi, Kinan sering merasa bersalah pada dirinya sendiri. Dia merasa belum bisa jadi anak yang membahagiakan orang tuanya.“Sayang, kamu menangis?” Tanya Arsen pada Kinan.“Aku hanya ingat sama Ayah dan Bunda, aku kangen sama mereka,” ucap Kinan yang meneteskan air mata.“Sebaiknya kamu kirim doa untuk Ayah dan Bunda.” Arsen memberikan saran pada Kinan.“Iya bang, setiap sujudku selalu ku panjatkan doa untuk Ayah dan Bunda,” jelas Kinan pada Arsen.“Iya sayang, apapun yang kamu lakukan, aku akan selalu mendukungmu,” ujar Arsen pada Kinan.“Sudah jangan menangis lagi sayang,” ucapnya pada Kinan.“Iya bang.”Arsen memeluk sang Istri, Kinan yang di peluk pun merasakan kehangatan dari pelukan sang Suami. Kinan bersyukur di saat dirinya terpuruk masih ada sang suami yang memperhatikan dirinya.“Sayang, Abang mau ke kantor dulu ya. Kamu di rumah, jaga kesehatan dan jangan terlalu banyak melamun ya sayang,” pesan Arsen pada sang Istri.“Iya bang, hati-hati di jalan ya. A
“Nggak mungkin Ayah meninggalkan aku! Ini semua bohong kan Bang! Jawab aku bang, jangan diam saja!” Teriak Kinan dengan histeris.“Sayang kamu tenang ya, kasihan baby yang ada di dalam sini kalau kamu nggak tenang sayang,” jelas Arsen pada Kinan.“Ayah,bang, dia sekarang sudah pergi meninggalkan aku, hiks hiks hiks,” ucap Kinan dengan deraian air mata.“Ikhlaskan ya sayang, ini semua sudah takdir dari yang Maha Kuasa, kita harus mengikhlaskan semua yang sudah terjadi,” Arsen menenangkan sang istri.“Ayo kita masuk sayang,” ajak Arsen pada sang istri.Mereka berdua masuk ke ruang operasi yang dimana masih tergeletak jasad Pak Rudi di atas bed pasien. Terlihat senyum di wajah Pak Rudi. Kinan baru saja akan menemui jasad Ayahnya. Namun, Dokter dan Suster meminta Kinan dan Arsen keluar dari ruang operasi.“Pak, Bu, maaf jenazah pasien akan kami pindahkan ke ruang jenazah,” ucap seorang Suster yang akan mendorong bed pasien keluar dari ruang operasi.“Baik Suster, silahkan, “ ujar Arsen ya
Setelah acara pernikahan Olivia, semua keluarga sudah pulang ke rumah masing-masing. Begitu juga dengan Kinan dan keluarga kecilnya telah pulang ke rumah. “Capek banget Bang,” keluh Kinan pada sang suami. “Kalau kamu capek biar Abang gendong ya,” jawab Arsen yang langsung membopong Kinan, dalam pangkuannya. “Terima kasih ya bang, kamu selalu ada di saat aku membutuhkanmu,” ucap Kinan pada sang suami. “Iya sayang, apa pun akan abang lakukan asalkan, kamu dan anak-anak bahagia,” ujarnya pada Kinan. Kinan mengalungkan tangan di leher Arsen. Dia merasa bahagia karena, Arsen memanjakan dan menyayangi dirinya dengan baik. Arsen membawa Kinan masuk ke dalam kamar dan membaringkan sang istri di atas King size yang selama ini mereka pakai memadu kasih. “Sebaiknya kamu istirahat ya, sepertinya baby kita kecapean dan Mommy nya harus beristirahat,” Arsen meminta sang istri untuk beristirahat. “Iya bang, terima kasih ya sudah mau memanjakanku,” ucapnya pada Arsen. “Iya sayang,” jaw
Setelah mempersiapkan semuanya, Rizal dan Olivia pun melaksanakan pernikahannya. Keluarga Rizal datang ke acara pernikahan Rizal. Begitu juga dengan Pak Rudi, Kinanti “Apakah kedua mempelai sudah siap mengikrarkan ijab qabul?” Tanya Pak Penghulu.“Saya sudah siap Pak,” jawab Rizal.“Baik, kalau begitu kita mulai ya,” ucap Pak Penghulu.“Silahkan yang menjadi wali maju dan duduk di samping saya,” ujar Pak Penghulu.Seorang laki-laki paruh baya yang menuju ke depan. Dengan menggunakan kemeja batik dan celana panjang hitam. Dialah Ayah kandung dari Olivia, yang bernama Pak Sunandar.“Apakah Bapak, Ayah kandung dari calon mempelai perempuan?” Tanya Pak Penghulu.“Iya Pak, saya Ayah kandung Olivia.”Semua tamu yang ada disana melihat laki-laki yang akan menjadi wali untuk pengantin wanita. Begitu juga dengan Bu Susi, dia hanya bisa melihat mantan suaminya tersebut.“Mari silahkan duduk disini Pak,” ucap Pak Penghulu pada Pak Sunandar.“Silahkan di mulai Pak,” ucap Pak penghulu.Pak Sunand
Saat ini Indriana sudah berangkat ke luar negri. Dia menempuh pendidikan di Amsterdam. Tanpa ada yang tau jika Indriana pergi karena, ingin memulihkan hatinya yang sempat patah hati.“Semoga Indriana betah disana ya Bang,” ungkap Kinan pada Arsen.“Iya dek, semoga saja dia betah disana,” jawab Arsen pada Kinan.“Bagaimana keadaan Panti asuhan sekarang ini?” Tanya Arsen pada Kinan.“Semuanya baik Bang, tumben kok abang tanya soal panti?” Tanya Kinan.“Jadi begini dek, Abang punya teman dia seorang kontruksi bangunan. Dia menawarkan jasa pada abang untuk pembangunan, nah abang ingat kalau kamu kan kelola Panti Asuhan, apakah rumah Panti perlu di renovasi atau tidak,” jelas Arsen pada sang istri.“Oh gitu, ya memang perlu sih di renovasi bang, namanya juga rumah Panti kan rumah sudah tua peninggalan dari almarhumah Bunda. Jadi menurut aku sih perlu di renovasi panti asuhannya bang,” ujar Kinan yang menjelaskan pada Arsen.“Baiklah kalau begitu, besok abang suruh teman untuk merenovasi ru
Saat ini Indriana sudah mempersiapkan semuanya. Keluarga hari ini sedang berkumpul di ruang keluarga Caniago. Begitu juga dengan Arsen dan Kinan datang ke rumah sang Papi dan Mami. “Kenapa kamu nggak lanjut kuliah di Jakarta aja sih dek?” tanya Arsen yang masih keberatan jika Adiknya kuliah di Belanda.“Bang, aku tuh udah lama banget mau lanjutin study di Amsterdam,” ujar Indriana pada Arsen.“Kalau menurut Papi dan Mami, gimana? Apa Papi dan Mami setuju jika Indriana melanjutkan kuliah di Amsterdam?” Tanya Arsen pada kedua orang tuanya.“Kalau Papi kurang setuju, tapi mau gimana lagi adikmu yang mau untuk kuliah disana,” ucap Papi dengan pasrah.“Ya sudah kalau memang kamu sudah tekad bulat ingin sekolah di Amsterdam ya sudah tidak apa-apa yang penting kamu disana bisa jaga diri dengan baik,” Arsen berpesan pada sang adik.“Baik bang,” jawab Indriana.“Sini nak, baby Frederick dan baby Nicolas biar bermain dengan Papi dan Mami. Kalian bisa beristirahat di kamar,” ucap sang Mami pad