Sementara di dalam kamar Melya, ia masih merajuk. Wisnu merasa kesal dan hanya bisa melampiaskannya dengan main game di ponselnya.
“Mas, kamu kok ngk perduli sih? Saya mual lho dan kaki ini capek sekali,” seru Melya dengan sebal.
“Haizzz, bukankah Mas ngk bekerja sudah hampir dua bulan menemani mu disini? Kalau kaki mau dipijit, kan bisa menyuruh tukang pijit. Tinggal telepon saja. Untuk apa merepotiku, itu menyebalkan tahu?” jawab Wisnu dengan mata tetap memandang ke layar handphonenya.
Melya yang semakin kesal hanya bisa merengut kemudian membantingkan pantatnya dengan kesal ke ranjang. Kemudian berusaha tidur.
Wisnu melirik sebentar,”Sudah tertidur, merepet saja setiap hari..”
Wisnu membuka gallery photo di handphonenya. Terpampang foto Rini, kakak Luca dengan si kecil Michael.
“Bagaimana kabar kalian sekarang ya? Aku rindu…,” gumam Wisnu sambil mengelus handphonenya dengan lembut.
Dalam dua hari Sarah sudah menunjukkan keadaan badan yang segar, sementara keadaan Luca sungguh berbanding terbalik.Luca yang kurang tidur dan bekerja terus – terusan untuk mencari Deon mulai kehilangan tenaga dan kesehatannya.Luca juga bersikeras selalu merangkul Sarah dalam tidurnya sehingga ia sendiri juga tidak dapat tidur dengan nyenyak melainkan tangan yang kebas di setiap pagi. Sehingga Luca hanya mampu tidur selama 2 jam setiap harinya.Di suatu pagi yang cerah, tiba – tiba Luca merasa mual dan ingin muntah.Dengan berlari kecil, Luca menuju ke kamar mandi kemudian memuntahkan semua isi perutnya. Perasaannya begitu kacau selama dua hari belakangan ini.Akhirnya ia memutuskan untuk mencari dokter supaya bisa memberikan pengobatan kepadanya karena ia harus kuat. Tugas dan tanggungjawabnya sungguh tidak bisa diwalikan kepada orang lain.“Apakah aku salah makan?” tanya Luca kepada dirinya sendiri di cermin.
Hampir sama seperti mimpi Sarah, nan jauh disana Deon sedang berhadapan dengan beberapa pria dewasa.Deon yang seusai pulang sekolah hendak menikmati suasana berjalan sendirian melewati lorong kecil dengan tujuan untuk mengenali lingkungan sekitar perjalanan ke mansionnya.Deon menghindar dari supir dan pengawal yang sudah menunggunya di depan pintu gerbang.“Bosan sekali selalu diantar jemput, saya tahu kok jalan pulang sendiri. Saya akan singgah di taman bermain sebentar dan membeli es krim,” gumamnya sendiri kemudian memanjat pagar di belakang sekolahnya.Sekitar 15 menit Deon berjalan kaki, ada sebuah taman bermain, Deon duduk di atas ayunan dan bermain sebentar. Ia berusaha mengingat sebuah kenangan tentang mamanya yang seolah pernah berdiri di belakangnya sambil membantu ia mengayun.Suara tawa mamanya masih terdengar lembut dan menyenangkan.Tapi kenangan tu terhapus karena sudah mulai rintik hujan. Deon berlari kecil meng
Giliran Lily melihat ke arah Deon, kemudian berucap,” Ya, binatang memang sudah seharusnya diberi pelajaran.”Mereka pun saling tersenyum, mobil masuk ke dalam halaman rumah. Deon merasa bangga karena kekuatan dan seni bela diri yang ditunjukkan Lily dalam melawan sekelompok pemuda tadi membuat dia terkejut sekaligus kagum. Ternyata tante Lily tidak selemah yang dia anggap lambat dan selalu berlari mengikutinya dari belakang dengan nafas ngos –ngosan.“Mandilah dengan air hangat, Tante sudah menyuruh orang menyiapkannya. Dokter akan datang sebentar lagi untuk mengecek kondisimu, katakan kepada Tante apa yang ingin kamu makan?”Deon berpikir sesaat,” Saya ingin makan bubur hangat yang dimasak tante,” ucapnya sambil berlalu menaiki tangga.Lily tersenyum lalu beranjak ke arah dapur. “Anak ini sebenarnya penuh cinta kasih walau sikapnya dingin sekali,” gumamnya dalam hati.Drttt....,drttt…..
Drtt.. drtt.. ponsel Bram berbunyi, dari bawahannya yang ditugaskan menyelidiki keberadaan Deon di Indonesia.“Maaf Tuan, kami sudah menyelidiki semua jalur di Indonesia, memang ada cukup banyak anak seusia Deon yang menjadi korban penculikan, akan tetapi tidak ada yang mempunyai data sama persis. Wajah juga tidak ada yang sama seperti data foto, kami sudah memperbesar wilayah pencarian sampai ke pulau Sulawesi dan Kalimantan. Semua anggota kami juga sudah mulai kelelahan dan buntu.”“Baiklah, kalian istirahatlah dulu. Dalam 1 minggu kembali mencari,” ucap Bram dengan kesal kemudian menutup ponselnya.“Deon masih belum dapat ditemukan?” tanya Bunga setelah Bram kembali menutup matanya.“Hmm,” Bram menggelengkan kepalanya pelan.“Kasihan sekali anak itu, entah bagaimana nasibnya, sebagai seorang wanita, saya bersimpati dengan perasaan ibunya,” ucap Bunga dengan suara kecil.Bram terd
Tapi saat Luca ingin mencium apa yang terpampang di depannya, ia tiba – tiba merasa mual dengan aroma pada tubuh Desi.Tak dapat dicegah lagi, Luca memuntahkan semua isi perutnya ke bagian depan dada Desi. Semburan muntahan bukan hanya terkena ke bagian depan Desi yang terbuka jelas, tetapi juga ke wajah dan rambut Desi.Desi berteriak dengan jijik.“Arrghhhh…, Tuan, ini- jijik sekali,” serunya dengan suara tinggi.Tepat pada saat itu, Sarah membuka pintu kamar dan pelayan senior berdiri di belakangnya.Desi berusaha menyimpan bagian depannya yang polos dan jorok dengan menggunakan tangannya, karena bajunya sudah terkoyak tak berbentuk.“Tuan…., tuan mabuk dan ia hendak ….,” ujar Desi dengan ketakutan dan berlinang airmata.Sementara Luca tertidur dalam muntahannya di lantai.Sarah menelan ludah dan menutup matanya. Ia berusaha menekan amarahnya.“Pergi sana bersih
Tubuh Sarah dengan perutnya yang sedikit buncit berbuih sabun cukup banyak sehingga Luca sangat bergairah untuk bermain dengan istrinya sekali lagi, melupakan Desi yang hampir membuatnya khilaf.“Mas, nanti Sarah terlambat lho..,” ucap Sarah sambil berusaha melepaskan rangkulan Luca yang mulai mengerayangi tubuhnya dengan kedua tangannya.Luca menuntaskan hasratnya sekali lagi. Butuh satu jam untuk menyelesaikan penyatuan mereka. Setelah itu mereka mandi dan menyiapkan diri untuk berangkat ke bandara bersama - sama.Fashion show berikutnya akan dilaksanakan di Jerman. Luca sudah menyiapkan pesawat pribadinya sehingga mereka tidak akan terlambat.Dalam perjalanan ke bandara Sarah memulai pembicaraan dengan menanyakan mengenai kasus semalam.“Mas, bagaimana keadaanmu setelah mabuk semalam?” tanya Sarah berpura – pura.“Sarah ingin nanya apa? langsung saja, tidak apa – apa,” jawab Luca sambil ters
Acara Fashion show dilaksanakan dengan begitu mewah. Pengunjung yang diundang untuk menghadirinya adalah para bangsawan yang memang sudah berada di dunia fashion. Tepuk tangan riuh mengiringi acara dari awal sampai akhir.Hasil karya Sarah memang pantas mendapat acungan jempol. Luca juga dengan bangga menyertai istrinya untuk berfoto ria. Tanpa sengaja, mereka berdua menjadi bintang di malam itu. Banyak repoter yang meliputnya dan berbagai media social online juga meliputnya.Nan jauh di Indonesia, Castello menatap dengan bingung layar monitor yang ada di depannya. Kedua bola matanya membulat dan tidak bergerak dari layar berukuran besar di depannya.“Apa–apaan ini, bagaimana Luca bisa berada di sana sementara tadi baru makan malam bersamaku?” Castello berkata kepada dirinya sendiri.Luca yang berfoto ria bersama Sarah membuat Castello seperti ditampar oleh mereka. Kebersamaan mereka berdua dan… “ Luca yang ada di sini itu a
Castello yang sudah tua terkejut bukan main. Ia bahkan hampir menjatuhkan ponsel yang di pegangnya.“Hoii halooow, apakah Kakek masih hidup disana?” seru Deon.“Masih... masih. Anak kurang ajar, beginikah harapanmu agar Kakek cepat mati?”“Potong semua pembicaraan yang tidak perlu, Deon cuma ingin tahu, apakah Kakek mengenal Luca dan Sarah?”Castello diam sejenak memikirkan jawaban yang harus diberikan kepada cucunya yang jenius ini.“Tidak , mereka hanya selebritis biasa yang sedang naik daun namanya,” ucap Castello terbata–bata.“Baiklah. Padahal wajahnya tidak asing bagiku, sepertinya Deon harus keluar pulau bila ingin mengetahui lebih banyak,” jawab Deon dengan ketus kemudian menutup telepon tanpa memberikan jeda waktu bagi Castello untuk menjawab.Castello berjalan kesana kemari dengan kepala yang sungguh cukup berat.“Panggil Luca kemari, sekarang jug