Acara Fashion show dilaksanakan dengan begitu mewah. Pengunjung yang diundang untuk menghadirinya adalah para bangsawan yang memang sudah berada di dunia fashion. Tepuk tangan riuh mengiringi acara dari awal sampai akhir.
Hasil karya Sarah memang pantas mendapat acungan jempol. Luca juga dengan bangga menyertai istrinya untuk berfoto ria. Tanpa sengaja, mereka berdua menjadi bintang di malam itu. Banyak repoter yang meliputnya dan berbagai media social online juga meliputnya.
Nan jauh di Indonesia, Castello menatap dengan bingung layar monitor yang ada di depannya. Kedua bola matanya membulat dan tidak bergerak dari layar berukuran besar di depannya.
“Apa–apaan ini, bagaimana Luca bisa berada di sana sementara tadi baru makan malam bersamaku?” Castello berkata kepada dirinya sendiri.
Luca yang berfoto ria bersama Sarah membuat Castello seperti ditampar oleh mereka. Kebersamaan mereka berdua dan… “ Luca yang ada di sini itu a
Castello yang sudah tua terkejut bukan main. Ia bahkan hampir menjatuhkan ponsel yang di pegangnya.“Hoii halooow, apakah Kakek masih hidup disana?” seru Deon.“Masih... masih. Anak kurang ajar, beginikah harapanmu agar Kakek cepat mati?”“Potong semua pembicaraan yang tidak perlu, Deon cuma ingin tahu, apakah Kakek mengenal Luca dan Sarah?”Castello diam sejenak memikirkan jawaban yang harus diberikan kepada cucunya yang jenius ini.“Tidak , mereka hanya selebritis biasa yang sedang naik daun namanya,” ucap Castello terbata–bata.“Baiklah. Padahal wajahnya tidak asing bagiku, sepertinya Deon harus keluar pulau bila ingin mengetahui lebih banyak,” jawab Deon dengan ketus kemudian menutup telepon tanpa memberikan jeda waktu bagi Castello untuk menjawab.Castello berjalan kesana kemari dengan kepala yang sungguh cukup berat.“Panggil Luca kemari, sekarang jug
Bram sudah mendarat di Jerman. Saat itu sudah jam 1 dini hari. Tapi dengan terburu – buru Bram menuju ke hotel tempat Luca menginap.Luca baru saja tertidur karena kelelahan sepanjang acara hari ini mau tak mau harus bangun untuk membuka pintu. Dengan langkah malas, pria itu bergerak menuju pintu kamar hotel.“Siapa yang berani mengangguku tengah malam begini?” teriak Luca dengan marah sambil membuka pintu.Saat melihat Bram berdiri di depannya dengan Bunga yang menggendong Andrew, Luca membiarkan mereka langsung masuk.“Apa yang terjadi?” sapa Sarah dari belakang karena gusar melihat wajah Bram yang sudah penuh lembam dan kebiruan.“Castello menghukumku, kalian menampilkan kemesraan yang disorot dunia dalam acara fashion show semalam,” ujar Bram sambil menghentakkan pantatnya di sofa tamu.Luca menatap mereka dengan tatapan datar. Tidak ada rasa terkejut ataupun panik. Sesaat kemudian, Luca memundur
Bram bangun dengan wajah lesu.“Makanlah,” sapa Luca. Sejumlah sarapan sudah tertata dengan rapi di meja makan.Tanpa banyak bicara Bram melahap makanannya. Bunga dan Andrew juga menikmati porsinya masing – masing.“Bagaimana bila selesai makan kita berjalan – jalan ke mall?” tanya Sarah kepada Bunga.Bunga melihat ke arah Bram untuk meminta persetujuannya. Bram hanya mengangguk pelan.“Amankah berjalan disini?” tanya Bram sesaat kemudian.“Pengawalku akan melindungi mereka, tidak usah khawatir,” jawab Luca.“Pergilah,” ujar Bram kemudian.Sesudah sarapan selesai, Sarah dan Bunga bersiap – siap berangkat ke mall dengan membawa Andrew. Mereka diikuti 2 mobil berisi pengawal Luca. Luca tidak mau ada kesalahan yang dapat mencelakakan Sarah lagi. Jadi tindakan pelindungannya sungguh berlebihan.Sementara di Indonesia, hasil test DNA diserahkan di m
Melya memeluk Wisnu dengan mesra, “Sudah lama kita tidak berkumpul bersama, “ ucap Melya yang dijawab anggukan kepala oleh Pelayan.“Ayo kita berangkat,” seru Wisnu membuka pintu supaya kedua ratunya masuk ke dalam mobil.Mereka memutuskan akan makan malam hotpot di salah satu restoran ternama di Jakarta.Castello sudah membooking satu restoran sehingga hanya ada mereka yang menikmati suasana makan malam dengan damai dan rasa kekeluargaan yang membahagiakan hati Castello, Wisnu dan juga Melya.Mereka saling bersenda gurau dengan bahagia.“Inilah keluargaku,” gumam Castello dalam hati sambil tetap menyimak cerita yang disampaikan Wisnu.***Luca menghela nafas dengan berat, “Akhirnya menemukan Deon, cukup berguna juga Wisnu itu,” gumamnya.“Sarah, ayo berkemas, kita ke Jepang,” seru Luca membangunkan Cind.“Hah?” Sarah yang masih mengantuk tidak
“Kan baru 4 hari Mas,” jawab Bunga sambil mengkerucutkan bibirnya yang langsung disambut Bram dengan ciuman hangat.“Hmmm, kalau urusan Mas sudah selesai kita akan jalan – jalan kembali ke sini dan ke Negara manapun yang Bunga mau, ok?”“Janji ya Mas?”“Iya, sudah sana…, siapkan kopermu dan bangunkan Andrew. Kita berangkat 1 jam lagi,” ucap Bram mendorong Bunga sambil menepuk ringan pantatnya.Sebenarnya ada juga keinginan Bram untuk menikahi Bunga, namun komitment yang harus dipegangnya di masa depan membuat ia merasa sedikit gentar. Dan tentu saja ia masih harus menghadapi Melya yang tidak jelas mencintai siapa.Satu jam kemudian mereka pun terbang dengan pesawat pribadi menuju Indonesia.Bawahan yang disuruh Luca menyelidiki keberadaan Deon di Kyoto melaporkan bahwa Deon memang berada di sebuah pulau yang disebutkan Wisnu di kota Kyoto Jepang. Pulau itu tidak bisa diakses oleh p
“Hmm, cukup menarik,” jawab Castello dengan suara kecil kemudian melanjutkan, “Papa heran, Melya memang rewel tapi dia begitu baik dan patuh kepadamu, mengapa kamu hanya menginginkan Sarah dari dulu?” tanya Castello.“Karena Sarah ada di dalam sini, sama seperti Bunda yang pernah ada dan selalu ada dalam hati papa,” ucap Luca meunjuk dadanya, lalu berdiri.“Aku tidak suka terlalu banyak berbasa – basi, pikirkanlah….”Luca menuju ke arah pintu, namun tiba – tiba Castello berkata,“Baiklah, panggilah Sarah. Papa akan berbicara dengan wanita itu sebelum memasuki rumah.”“Rumah ? tidak, Sarah tidak akan berada di mansion Papa. Luca akan memberikan kepadanya lokasi lain. Melya dan Sarah tidak mungkin disatukan.”“Kamu harus menyakinkanku untuk membagi waktu bagi Melya? Dia sedang hamil anakmu.”Luca menggelengkan kepalanya, “T
"Mas, mas bicara dengan siapa?" seru Sarah dari luar kamar mandi."Ah, tidak.., hanya sedang memikirkan pekerjaan, sebentar lagi selesai," teriak Luca."Baiklah, jangan lama - lama ya, nanti dingin lauknya jadi tidak enak lho," seru Sarah kembali."Iya sayang, sudah mau selesai."Luca menyelesaikan mandinya dan setelah selesai berpakaian, mereka bergerak ke dapur untuk makan malam.Tapi belum memulai makan malamnya Bram sudah ada di depan pintu. Luca merasa kesal, tapi demi kesopanan penghuni rumah, Sarah membuka
"Iya, tapi Castello tua jelek itu memberikan tugas yang cukup berat bagiku," geram Luca."Oh, tugas itu bisa Sarah bantu?" tanya Sarah dengan polos."Tidak, aku tidak akan melibatkanmu. Sarah diam di rumah saja. Aku akan berusaha secepat mungkin menyelesaikan tugas dan kembali untuk melihatmu melahirkan anak kita," ucap Luca sambil mengelus perut buncit Sarah."Kapan kita usg untuk cek jenis kelaminnya?" tanya Luca kemudian."Minggu ini, boleh milih hari katanya tergantung waktu yang kamu punya," jawba Sarah sambil memegang kedua pipi Luca."Bagaimana bila besok sore? sungguh tidak sabar untuk mengetahuinya.""Baiklah, nanti kuhubungi dokter untuk membuat janji.""Panggil aku dengan panggilan sayang dong," ucap Luca dengan manja."Geli akh, panggil biasa aja...," jawab Sarah sambil berdiri kemudian bergerak ke arah pintu keluar. Sarah mau menyiapkan pekerjaan besok. Jangan lama - lama tidur ya."Luca memberi kode Ok deng