[Lo di mana, sih, Van? Udah siang gini ko belom nongol juga. Gue kesepian tau kalo ngga ada lo. Cengiluk sana celinguk sini udah kaya orang ilang.]
Saat ini, Rena sedang menunggu Vanya di kelas. Sudah lewat dari satu jam pelajaran tapi sahabatnya belum juga datang. Dari pagi ia sudah beberapa kali menghubunginya. Namun ia tidak mendapat jawaban.
[Duh, kesian amat temen gue. Gue izin, Na. Sekarang gue lagi jalan mau jenguk abang gue di rumah sakit.]
[Emang Pak Irsyad kenapa? Sakit?]
[Iya. Kemaren katanya hampir ketabrak mobil. Untung ada yang nolongin. Tapi sayangnya, yang nolongin malah yang ketabrak.]
[Innalilahi. Ya ampun, cepet sembuh ya Van buat Pak Irsyad.]
[Iya, Na. Makasih banyak yah.]
Vanya turun dari mobil di area rumah sakit. Ia mencoba menghindar dari cahaya matahari, dengan cara menutupi wajah menggunakan telapak tangannya. Ketika itu, ia melihat sekilas sosok seseorang yang ia kenal. Ia bersembunyi di balik tembok d
"Kamu ini apa-apaan, sih, Dek? Ya ngga lah. Kemaren abang itu lagi mau ke mini market sebrang jalan. Karena ujan gede, jadi abang ngga fokus dan ngga liat ada mobil yang mendekat," elak Pak Irsyad beralasan.Pandangan matanya mengarah ke arah lain. Ia tidak berani menatap mata adiknya, karena takut ketahuan sudah berbohong."Masa? Tapi Vanya ngga percaya tuh," ujar Vanya meragukan jawaban sang kakak."Terserah kamu aja, sih, mau percaya atau ngga," jawab Pak Irsyad."Tapi ko bisa-bisanya yah, si Prita pacaran sama om-om. Apa dia ngga takut didatengin sama istrinya. Atau jangan-jangan dia itu sugar baby nya om-om itu," kata Vanya membuat Pak Irsyad tersedak. Padahal saat ini ia tidak memakan apapun."Ngga usah bahas masalah Prita. Kamu ngga tau apa-apa tentang dia. Lebih baik diam sebelum kamu menyesal," sahut Pak Irsyad mengingatkan.Ia tahu bagaimana kebenarannya tentang Prita. Sebuah kebenaran yang sangat menyakitkan hatinya. Jadi, ia tida
Indira berjalan mengendap-endap mengikuti Firas dari belakang. Ia penasaran siapa orang yang sedang dirawat. Sesekali ia bersembunyi ketika Firas menoleh ke belakang. Laki-laki itu nampak curiga ada seseorang yang membuntutinya."Ko aku ngerasa kaya ada yang ngikutin yah?" batin Firas curiga.Laki-laki itu menoleh ke belakang, namun tak ada seorang pun di sana. Kemudian, ia memiliki sebuah rencana untuk menangkap basah orang yang mengikutinya dari belakang. Ia masuk ke dalam ruang perawatan yang terbuka. Ia bergegas masuk ke dalam dan menutup pintu. Ia ingin tahu, siapa yang berani membuntutinya."Loh, Mas Firas mana? Ko tiba-tiba ngilang gitu aja, sih. Apa jangan-jangan ruangannya di dekat sini," gumam Indira mengedarkan pandangannya mencari sosok Firas.Wanita itu berjalan ke depan tanpa tahu, bahwa Firas sedang bersembunyi di sebuah ruangan, yang sebentar lagi akan wanita itu lewati. Masih dengan langkah pelan, ia mencari sosok Firas."Kir
"Indira!" teriak Firas melihat Indira turun dari mobil dan berlari ke arah istrinya berada.Laki-laki itu berbalik arah dan bergegas mengejar Indira. Detak jantungnya berdegup kencang karena takut Indira akan berbuat nekat pada istrinya.Sementara Prita, ia hanya duduk santai menyandarkan kepalanya di kursi. Ia tidak tahu-menahu mengenai kedatangan Indira. Ia hanya menunggu sang suami membukakan pintu untuknya. Ketika ia berpikir bahwa suaminya yang membuka pintu. Ia langsung menoleh ke samping dan melihat Indira sedang tersenyum menatap ke arahnya."Halo," sapa Indira melambaikan tangannya."I-iyah," balas Prita terbata.Firas langsung menarik tangan Indira dengan kasar. Ia terlihat seperti menyeret wanita itu ke arah mobilnya. Lantas membuka pintu mobil dan memintanya untuk pergi."Pergi dari sini sekarang juga atau--" Firas mendorong Indira masuk ke dalam mobilnya."Atau apa?" potong Indira."Atau mau aku seret keluar!" bent
"Gimana kalo kita nyoba season dua di sini?" sambung Firas meminta melanjutkan aktivitas yang baru saja mereka lakukan."Gimana mau ngga?" sambung Firas."Ih, Om Firas apaan, sih," keluh Prita menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya."Hehehe... becanda," balas Firas menarik tangan Prita dan mengecupnya.Sebenarnya, jika Prita mengiyakan ajakannya. Ia akan dengan senang hati melanjutkan season ke dua. Meskipun rencananya hanya akan melakukannya di satu season. Tapi dalam sekejap ia kembali menegang ketika sibuk membersihkan tubuh istrinya.Setelah selesai, ia memakaikan handuk mandi untuk dirinya sendiri dan juga untuk istrinya. Kemudian, ia mengambil bath towel atau handuk persegi panjang di rak yang ada di rak dekat wastafel. Ia mencoba mengeringkan rambut istrinya. Lantas setelah selesai, ia mengangkat istrinya keluar kamar mandi dan mendudukkannya di depan meja rias.Tidak hanya berhenti di situ saja. Kini Firas mencoba untu
"Seandainya Zafran ada di sini, mungkin dia akan dengan sigap memberiku solusi. Apa boleh aku meminta bantuan darinya? Ah... tapi dia masih dirawat dan butuh istirahat," gumam Firas masih membentur-benturkan kepalanya di setir mobil."Tidak ada pilihan lain. Aku harus menyelesaikan semuanya sendiri," gumam Firas lagi.Laki-laki itu memutarbalikkan mobilnya dan kembali ke sekolah istrinya. Beruntung ia belum jauh dan baru sekitar satu kilometer saja. Ia membunyikan klakson sambil menjulurkan kepalanya."Bapak masih ingat saya?" tanya Firas pada penjaga keamanan sekolah."Pak Firas, yah? Iya, saya masih ingat," jawab Bambang."Boleh bukain gerbangnya ngga Pak? Saya ada urusan penting dengan kepala sekolah," kata Firas meminta agar Bambang membuka pintu gerbang."Iya Pak, tentu saja," jawab Bambang bangkit dan bergegas membukanya."Terima kasih banyak. Tapi saya boleh minta tolong lagi ngga Pak?""Boleh. Pak Firas mau minta tolong
"Kenapa? Kenapa Om Firas tega ngelakuin ini?" tanya Prita dengan suara paraunya. Air mata masih mengalir deras di pipinya."Maaf. Aku terpaksa ngelakuin ini demi kamu dan anak kita," balas Firas menggenggam erat tangan istrinya."Aku ngga mau sampe temen-temen sekolah menilai buruk tentang kamu. Aku takut terjadi sesuatu dengan anak kita," sambung Firas. Jantungnya serasa lolos seketika tepat di saat Prita melepaskan genggamannya."Aku bisa mengatasi semuanya sendiri. Bukankah sebelumnya aku udah bilang sama Om Firas. Kalo aku udah ngga kuat, aku bakal minta tolong sama Om Firas. Tapi apa sekarang?" sahut Prita menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya."Anggi, tolong bantu aku jelasin semuanya sama Prita," pinta Firas dengan mimik memohon.Prita menoleh dan melihat raut bingung di wajah sahabatnya. Ia mengerutkan keningnya penasaran. Kenapa Firas meminta agar Anggimembantunya menjelaskan."Mending lo dengerin penjelasan Om
"Tapi gimana caranya Vanya minta maaf sama Prita, Bang?" tanya Vanya menatap sang kakak. Ia tidak tahu bagaimana caranya meminta maaf."Kamu minta maaf aja langsung ke orangnya," sahut Pak Irsyad malas. Ia berjalan dan duduk di sofa di depan sang adik. Ia menghempaskan tubuhnya dengan nafas berat."Tapi Vanya malu, Bang," ujar Vanya menunduk."Kalo tau bakal malu kenapa ngga mau dengerin peringatan abang kemaren?" sahut Pak Irsyad kesal."Maaf!" lirih Vanya."Ya udah. Ntar abang anterin kamu ke rumah Prita. Ngga mungkin 'kan kalo kamu minta maaf di depan banyak orang?"Merasa kasihan pada sang adik, akhirnya Pak Irsyad memutuskan untuk mengantar Vanya ke rumah Prita, sepulang sekolah nanti. Beruntung waktu itu ia sempat mengantar Prita pulang waktu hujan turun. Jadi, ia tidak perlu bertanya pada siapapun."Ngga lah Bang. Vanya malu kalo harus minta maaf di depan banyak orang. Orang bakal ngomong apa nanti," sahut Vanya."
Firas bergegas merangkul istri kecilnya kala melihat ekspresi terkejut di wajahnya. Sementara Prita, ia menoleh dan melihat suaminya berusaha untuk menguatkannya."Sebenernya salah gue sama lo apa, sih, Van? Kenapa dari dulu ngga ada abisnya lo musuhin gue mulu?"tanya Prita dengan nada mengeluh dan kecewa."Maaf," sahut Vanya menunduk.Benar. Prita tidak salah apa-apa. Hanya saja Vanya ingin melampiaskan kekesalannya karena Prita selalu berada di atasnya. Prita lebih cantik darinya, lebih terkenal darinya, lebih disukai banyak orang, dan yang lebih penting lebih disukai oleh Hegar. Vanya merasa iri akan semua itu. Jadi, ia berusaha menjatuhkan Prita bagaimanapun caranya.Apalagi setelah melihat Prita dengan Firas di departemen store waktu itu. Untuk pertama kalinya Vanya merasa bahwa ia bisa menyingkirkan Prita dengan mudah. Namun sayangnya, gosip itu cepat menghilang karena Prita selalu mengabaikannya. Dan kini, Vanya kembali membuat ulah guna meny
"Lepasin, lepasin aku, lepasin aku... " teriak Prita sambil memukul-mukul punggung Firas.Firas keluar kelas dalam posisi membopong tubuh Prita di bahunya. Sepanjang jalan keluar, Prita terus saja berteriak dan berontak. Tanpa menghiraukan semua tatapan orang-orang. Firas pun tetap fokus berjalan menuju halte di mana Zafran berada. Sementara Zafran, ia melihat sang bos keluar dari gerbang sekolah, langsung keluar dan membukakan pintu mobil. Firas bergegas membaringkan tubuh Prita di kursi penumpang. Kemudian, ia langsung ikut masuk dan menutup pintu mobil."Kunci, Za!" perintah Firas."Buka pintu, buka pintunya!" teriak Prita memukul-mukul jendela mobil."Bukaaa... bukaaaaa... " sambung Prita berteriak menatap tajam ke arah Firas."Ntar aku buka kalo udah sampe rumah," balas Firas santai."Rumah? Rumah siapa?" tanya Prita melirik tajam."Rumah kitalah, rumah siapa lagi. Udah, mendingan kamu duduk diem," balas Firas.Prita mengg
Hari demi hari, Firas jalani dengan penuh kesabaran. Demi kesembuhannya dan yang paling penting, demi menjemput kembali ingatan istrinya. Firas tidak pernah menanyakan apapun perihal Prita pada kedua orang tuanya. Ia tahu alasan mereka tidak memberitahukan pada dirinya karena mereka khawatir. Jadi, ia memilih diam dan fokus pada kesembuhannya.Sementara Firas fokus pada kesembuhannya. Prita juga melakukan beberapa tes dan diizinkan pulang setelah dokter memastikan, bahwa ia benar-benar baik-baik saja. Satu Minggu berrlalu, Firas pulih. Begitu pula dengan Prita, yang kembali masuk sekolah. Gadis itu memiliki banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.Kenapa tiba-tiba ia berubah menjadi kelas tiga? Kenapa sebentar lagi ia sudah harus menjalani ujian sekolah? Padahal ia baru saja naik kelas dua SMA. Ia terus saja bertanya pada Anggi. Karena selalu diberondong pertanyaan, akhirnya ia mencoba untuk mengingatkan Prita. Namun sayangnya, sahabatnya itu tidak mempercayain
"Mu-mungkin cuman perasaan kamu aja kali. Aku ngga pernah ketemu sama kamu ko," elak Zafran."Iya kali, ya," ujar Prita mengangguk-anggukkan kepalanya."Kalian ngomongin apa, sih, ko kayanya serius gitu?"Anggi keluar dari kamar mandi dan bertanya dengan raut penasaran, melihat suasana ruangan yang terlihat sangat menegangkan bagi Zafran."Pasti kalian ngomongin gue, yah?" selidik Anggi dengan nada bertanya."Ko lo tau, sih. Jadi gini, gue itu nyoba mempromosikan lo sama Aa Za. Barangkali aja kalian cocok," balas Prita blak-blakan."Gila lo yah. Aa Za ngga usah dengerin dia. Prita ini emang orangnya nyablak, bar-bar gitu," ujar Anggi tidak percaya dengan apa yang sahabatnya katakan. Kemudian ia mencoba menjelaskan pada Zafran agar tidak mempercayai ucapan Prita."Sama, lo juga bar-bar. Gue 'kan cuman mau bantu lo aja, Nggi. Biar lo ngga jomblo terus-menerus," sungut Prita memajukan bibirnya."Emang lo kira lo ngga jomblo,
"Keadaan Prita gimana, Mah. Calon anakku baik-baik aja 'kan?" tanya Firas khawatir."Prita sama janin yang ada dalam kandungannya baik-baik aja ko. Udah mendingan kamu istirahat aja, ngga usah mikirin yang lain dulu," sahut Aisyah meminta agar putranya fokus pada kesembuhannya."Firas kangen pengen ketemu Prita, Mah," ujar Firas berusaha bangkit."Awww... " Firas memekik kesakitan sambil menyentuh lukanya."Mamah bilang istirahat dulu ya istirahat dulu. Ngga usah nyesel deh. Kamu itu udah gede bukan anak kecil lagi. Kalo sampe jahitan kamu kebuka lagi gimana?" sergah Aisyah membantu Firas membaringkan tubuhnya."Tapi, Mah... Firas kangen pengen ketemu Prita. Firas mohon!" lirih Firas memohon. Entah mengapa setelah sadar, perasaannya tidak enak. Ia merasa ada yang salah, namun ia tidak tahu itu apa."Pokoknya kalo belom sembuh total, kamu ngga boleh ketemu sama Prita!" sahut Aisyah memutuskan.Sebenarnya, ia tidak bermaksud melarang pu
"Kondisi ini biasanya memerlukan psikoterapi yang berdasarkan analitik psikodinamik dan hanya bisa dilakukan oleh psikiater yang berpengalaman. Psikiater yang mampu melakukan hipnosis juga biasanya bisa membantu pasien dengan kondisi amnesia disosiatif. Jadi, nanti saya akan memberikan rujukan pada psikiater di rumah sakit ini," jawab Dokter Rudi."Baik Dok, terima kasih banyak. Kalo begitu saya permisi mau kembali menemani putri saya," pamit Susilo sambil mengulurkan tangannya yang kemudian disambut uluran tangan Dokter Rudi.Susilo kembali ke ruang perawatan putrinya. Namun sebelum masuk, ia mengatur nafas, mengusap wajahnya, dan mengatur senyum di wajahnya agar tidak terlihat kaku."Kata dokter apa, Pak?" tanya Prita melihat sang ayah kembali."Ngga papa ko, kamu sehat," sahut Susilo menyembunyikan kenyataan yang ada."Bapak keluar dulu yah, bapak pengen nyari udara segar," sambung Susilo ingin menemui kedua besannya karena tadi sudah berjanji u
"Lo serius itu yang lo inget?" tanya Anggi memastikan."Iya. Emang kenapa? Apa ada yang terlewat yang ngga gue inget?" balas Prita mengangguk. Kemudian ia balik bertanya pada Anggi.Anggi tersenyum kikuk tidak tahu harus menjawab apa. Gadis itu dan Wati saling tatap. Mereka jelas-jelas tahu bagaimana kejadiannya. Karena memang Anggi menceritakan segalanya ketika ia menghubungi orang tua Prita. Tapi kenapa? Ada apa dengan Prita?Klek!Susilo dan dokter masuk ke dalam. Kemudian dokter itu langsung melangkah mendekat dan mulai memeriksa mata menggunakan senter, denyut nadi, detak jantung, dan yang terakhir memeriksa kondisi janin. Meski dalam kondisi syok berat, namun kondisi janin di perut Prita dalam kondisi baik-baik saja. Entah apa yang membuat janin itu bertahan dengan begitu kuatnya. Padahal sebelumnya terlihat sangat lemah."Bagaimana kondisi Ibu Prita? Apa ada yang sakit atau dikeluhkan?" tanya dokter."Maaf Dok, saya masih muda baru ke
"Nona bisa keluar sekarang," ujar Pak Polisi mengetuk kaca mobil."Nona? Mau keluar sendiri atau mau kami paksa?" ujar polisi lain.Indira terlihat ragu-ragu. Ia menggigit bibirnya sambil meremas jemarinya. Meskipun demikian, ia tetap membuka pintu mobil dan keluar. Namun sebelum keluar, ia membuka laci mobil sebelah kiri. Ia mengambil benda runcing berukuran kecil dan menyembunyikannya di balik gaun dengan rok mengembang."Mari ikut kami," ajak Pak Polisi agar Indira masuk ke dalam mobilnya.Ketika dua polisi berbalik, wanita itu bergegas berlari ke arah Prita dan Firas berada."Kalo aku ngga bisa milikin kamu, maka dia juga ngga boleh," teriak Indira berlari ke arah Firas dan menusuk perutnya.Firas menoleh bersamaan juga dengan Prita. Mereka berdua tidak tahu apa yang akan Indira lakukan. Setelah mendekat barulah Firas mengetahuinya. Karena kini perutnya sudah berlumuran cairan merah.Srekkk!"Aaa... " teriak Firas terkejut
Semenjak pertama kali mengetahui Firas sudah menikah dengan Prita. Indira mulai menyelidiki asal-usul gadis itu. Ia mencari tahu informasi sedetail-detailnya. Sampai ia menemukan informasi di mana Prita bersekolah. Setelah itu, ia mulai mengawasi Prita melalui detektif swasta. Sampai pada hari ini, ia mendapat kabar bahwa Prita tidak dijemput oleh Firas melainkan oleh Zafran, sekretarisnya. Wanita itu langsung kabur dari lokasi syuting menuju sekolah Prita. Sampai di sana, ia tidak mendapati orang yang ia cari. Kemudian, ia menghubungi detektif swasta sewaannya. Untuk mencari tahu di mana lokasi Prita saat ini. Dan yah, di sinilah Indira saat ini. Memaksa Prita untuk keluar dari mobil dengan alasan ada yang ingin ia bicarakan. Karena Prita tak kunjung keluar, membuat wanita itu nekat. Ia hampir memecahkan jendela mobil jika Zafran tidak memundurkan mobilnya. Tepat ketika Zafran memundurkan mobilnya, Indira jatuh tersungkur karena pijakan kakinya yang tidak seim
"Lo tau ngga kalo Mas Zafran mulai sekarang yang bakal jemput gue?" tanya Prita."Ngga. Emang kenapa?" balas Anggi balik bertanya."Gue denger dari Om Firas, kalo dia ngelakuin itu demi lo. Demi bisa jemput lo pulang sekolah tiap hari."Deg!Ternyata ucapan Zafran kemarin bukan hanya buallan saja. Pria itu benar-benar melakukan semua sesuai ucapannya."Emang ada apa, sih, antara lo dengan Mas Zafran? Apa jangan-jangan lo sama Mas Zafran udah jadian? Tapi lo sengaja nyembunyiin itu dari gue?""Ya Elah lo Nggi, bisa-bisanya lo ngga kasih tau gue. Apa jangan-jangan lo sengaja mau balas dendam sama gue?" sambung Prita menebak.Prita berpikir bahwa Anggi sengaja ingin membalaskan perbuatannya dulu. Ketika ia menikah namun tidak memberitahu Anggi. Padahal kenyataan yang sebenarnya tidak seperti itu. Kenyataannya Zafran hanya ingin membantu Anggi menyembuhkan traumanya. Itu saja dan tidak lebih."Ngga gitu, Ta. Gue sama Aa Za ngga ada