"Sebenarnya darimana kau mendapatkan benda ini sayang?" Tanya Bryan yang penasaran."Ini di buat oleh temanku, dia ahli dalam membuat barang-barang seperti ini. Dia juga adalah orang yang merancang dan membuat markas di hutan yang kita tempati sebelumnya, tapi sayangnya.. dia sudah menghilang, dan aku tidak tau dimana dia berada sekarang." Jawab Belle dengan wajah yang terlihat sendu."Maksutnya? Temanmu itu hilang tanpa jejak?" Tanya Kevin."Ya, aku tidak menemukan petunjuk apapun tentang keberadaanya. Dia menghilang beberapa hari setelah menyelesaikan benda ini, aku sangat berharap bisa bertemu denganya lagi." Jelas Belle sambil berjalan menuju ruang kemudi.Mereka bertiga melihat-lihat ruang kemudi itu, mengagumi semua alat-alat canggih yang terpasang disana. Paus ini terlihat sangat sempurna, apalagi jika dia dalam mode penyamaran, tak akan ada perbedaan dengab paus pada umumnya. Dan itulah nilai plus tersendiri dari kapal selam unik ini.Sedangkan para elite memilih untuk beristi
Malam yang panjang pun akhirnya bisa mereka lewati, dan berganti dengan pagi hari yang cerah yang di tandai dengan senyum hangat sang mentari yang mulai keliar dari peraduanya untuk menyinari bumi."Nona Belle? Apa kita langsung pergi menuju pulau kembar itu?" Tanya One sambil membantu Three menyiapkan makanan untuk sarapan semua orang pagi ini."Tidak, kita butuh banyak persiapan sebelum berangkat menuju pulau kembar. Dan kita akan menyiapkan semua itu disini, selain tempat ini aman kita juga bisa sesekali memantau keadaan medan." Jawab Belle dengan santai."Ya nona, apa yang anda katakan benar. Kita memang butuh banyak sekali persiapan, apalagi dengan kemampuan musuh yang sudah nona Belle jelaskan pada kami. Kurasa, menyiapkan segala sesuatu terlebih dulu adalah yang terbaik." One mengangkat daging yang akan di masak oleh Three ke dapur yang ada di dalam Zeus."Tentu saja, sedia payung sebelum hujan adalah sesuatu yang harus kita lakukan." Belle duduk di kursi meja makan sambil mema
Mereka bertiga pun berlari lebih dulu ke dalam hutan, sedangkan Kevin memilih unuk mengajak Belle pergi bersama. Kevin pun masuk ke dalam Zeus dan mencari keberadaan Belle."Belle, ayo ikut aku." Kevin menarik tangan Belle yang tengah asik makan buah itu dengan tiba-tiba, membuat Belle kaget."Astaga kak, ada apa? Aku kan sedang makan." Gerutu Belle dengan mulut yang masih mengunyah buah."Ikut saja dulu, aku ceritakan sambil jalan. Nanti mereka keburu jauh, ayo!" Dia pun kembali menarik tangan Belle dan menyusul Bryan, Seven, serta Nine ke dalam hutan."Sebenarnya ada apa sih kak?" Tanya Belle sambil mengikuti langkah Kevin."Aku juga belum tau ada apa, tapi tadi Seven dan Nine bilang pada Bryan, mereka menemukan hal aneh di dalam hutan. Jadi aku penasaran, makanya aku mengajakmu menyusul mereka." Jawab Kevin."Hal aneh?" Gumam Belle pelan.Mereka pun akhirnya berhasil menyusul Bryan, mereka bertiga sedang berdiri sambil menatap ke arah sebuah batu besar di hadapan mereka."Ada apa?"
Beberapa puluh helikopter pun mulai mengudara dari pulau kembar, benar-benar seperti pasukan perang dunia yang sudah siap tempur."Joseph, apa mata-mata kita yang ada di markas Leon sudah melakukan tugas mereka?" Tanya tuan neraka pada Joseph yang duduk di sebelahnya."Sudah tuan, mereka sudah memasang bom di seluruh penjuru pulau ular itu. Tidak ada satupun orang yang bisa melarikan diri dari tempat itu setelah kita datang." Jelas Joseph dengan raut wajah yang berseri-seri."Akhirnya pembalasan yang kita rencanakan sekian lama akan segera terwujud Joseph, kita akan membalaskan kematian orang tua kita pada IBLIS LEON itu." Ujar tuan neraka sambil tersenyum smirk."Iya tuan, aku juga sangat senang. Akhirnya sebentar lagi dendam ayahku dan wanita yang sudah ku anggap sebagai ibuki akan segera terbalaskan, ini semua berkatmu tuan. Aku tidak tahu sampai kapan akan memendam dendam yang tak sanggup ku balaskan jika tidak bertemu denganmu." Ucap Joseph."Tidak, aku membantumu karena aku memb
"Sialan!! Siapa itu, berani-beraninya mengganggu kesenanganku!?" Serunya dengan geram."Ups! Maaf tuan Leon yang terhormat, sepertinya kami bertamu ke tempatmu tidak tepat pada waktunya." Ucap Bryan sambil duduk di sofa kamar itu dan tersenyum sinis menatap Leon."Siapa kau?! Lancang sekali, masuk ke kamarku tanpa permisi?!" Tanya Leon pada Gabriel.yang dengan santainya duduk dan bahkan sambil menyalakan cerutunya di kamarnya, setelah mengganggu kesenanganya dengan wanitanya yang meringkuk di atas kasur dan bersembunyi di balik selimut tebal."Owh maaf, aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Gabriel tuan Leon, dan mereka adalah teman-temanku." Jawab Garlbriel dengan santainya sambil menunjuk ke arah Joseph dan para bawahanya yang bersiaga dengan senjata mereka."Mau apa kau datang kemari? Jika itu bukan hal penting lebih baik kau pergi, sebelum aku memanggil para penjaga dan menangkapmu." Ucapmya dengan berlagak."Oh tapi maaf tuan Leon yang terhormat, penjaga anda sepertinya tidak akan
"Astaga! Apa anak buahku menyambutmu dengan tidak ramah tuan Leon? Kenapa mereka tidak memberimu makanan dan minuman?!" Ejek Gabriel melihat Leon yang sedang dalam keadaan mengenaskan itu."Cih!! Jangan sombong kau bajingan cilik, aku belum kalah. Asal kau tahu, meskipun aku mati, dunia ini juga akan ikut di hancurkan. Ha.. ha.. ha.." Tawa Leon pun menggelegar bak orang gila, padahal nyawanya sudah berada di ujung tanduk saat ini."Apa yang kau maksut itu ini, Tuan Leon?!" Gabriel menunjukkan sebuah video dari layar ponselnya pada Leon, seketika raut wajah Leon pun berubah drastis. Dia yang tadinya masih bisa tertawa seperti orang yang tidak waras, saat ini justru terbengong karena saking syoknya."Kau tidak perlu bingung begitu tuan Leon, aku sudah menyiapkan kejutan besar ini untukmu dan iblis itu cukup lama. Bertahun-tahun aku menyiapkan kado istimewa ini untumu, bukankah seharusnya kau berterimakasih padaku? Aku sibuk beberapa tahun ini hanya untuk memberikanmu kejutan yang tak te
"Park, lihat ini!" seru Rian memanggil Park, temanya yang sedang sibuk dengan pekerjaanya menciptakan robot-robot canggih."Ada apa Rian? Kenapa heboh sekali, kau tidak lihat aku sedang sibuk?" Tanya Park tanpa ada niatan menanggapi panggilan temanya itu dan masih tetap fokus pada pekerjaam di depan matanya."Cih!! Kau ini, makanya kesini dulu lihat ini dan kau akan mengerti." Gerutu Rian dengan kesal menatap Park yang tak juga datang ke tempatnya duduk saat ini."Astaga..." Park pun akhirnya mengalah, dia meninggalkan pekerjaanya dan mendekat pada Rian yang tengah asik mengotak atik tablet pintarnya."Ada apa?" tanyanya saat dia sudah duduk di sebelah Park."Lihat, bukankah ini titik koordinat dimana kita meletakkan Alpa?" Rian pun memperlihatkan apa yang membuatnya memanggil Park mendekat tadi."Kau kan sudah tahu!? Lalu apa yang membuatmu seheboh itu, hah?" tanya Park yang belum memahami maksud dari Rian."Aigoo!! Apa kau tidak ingin dimana titik kita meletakkan Alpa terakhir kali?
"Bisa saja bukan? Mungkin belum saat ini, tapi bisa saja ada calon keponakanmu di dalam perut adik kecilmu itu kan Rian?" Park pun malah semakin memanas-manasi Rian sambil tertawa geli."Tidak.. tidak.. tidak.. kurasa aku belum siap untuk punya keponakan, sedangkan aku saja belum punya istri." Rian tersenyum kecut menatap Park yang megejeknya."Isrti? Bahkan kau saja tak pernah dekat dengan wanita, apa kau berharap memperistriku? Hiii..." gurau Park yang bergidik ngeri menatap Rian, bagaiman tidak... selama ini Rian hanya dekat dengan Park, dan beberapa teman prianya. Tak pernah sekalipun park melihat Rian dekat dengan seorang wanita, meskipun teman-teman wanita Park yang pernah berjumpa dengan Rian banyak sekali yang naksir padanya, tapi Rian seolah mengabaikanya."Dasar sontoloyo! Kau fikir aku ini belok hah? Aku masih suka wanita dan masih butuh lubang, bukan mau main pedang-pedangan bersamamu! Najis mugholadhoh kalo sampai aku suka padamu." jawab Rian sambil menendang kaki Park de