“Berhenti disini saja tuan,” pinta Vina menunjuk sisi jalan.“Yakin?” tanya Bas memastikan.Vina mengangguk,”Iya. Lagi pula rumah saya masuk gang kecil jadi mobil gak bisa masuk,”jelasnya.Bas mengangguk pasrah,”Baiklah.”Bas menepikan mobilnya.“Terima kasih sudah mengantarkan saya tuan,”ucap Vina sebelum turun.“Sama-sama.”“Em..ngomong-ngomong memang rumah kamu dimana?”“Di dalam sana,” Vina menunjuk ke arah gang yang tidak jauh dari mobil saat ini.“Ah. Baiklah,” sahut Bas pasrah.Vina pun keluar, lalu melangkahkan kaki berjalan menuju gang arah rumahnya.Baru berapa langkah Vina kembali berhenti setelah mendengar teriakan Bas.“Ada apa lagi tuan?” tanyanya dengan nada pelan namun penuh penekanan.Bas sedikit berlari menghampiri Vina.“Setelah saya pikir-pikir. Saya akan antar kamu sampai rumah, tidak elok juga kan seorang gadis pulang sendiri mana hari sudah mulai gelap,”jawab Bas.“Itu tidak perlu. Saya sudah biasa sendiri,”tolak Vina. Bukan Bas namanya jika tidak memaksa. Akhi
“Loh! Anda mau kenapa ikut turun?” tanya Vina heran ketika Bas juga ikut turun.“Saya mau sarapan. Bikinin kopi ya,”ucap Bas sambil berjalan mendahului Vina.Vina memutar bola matanya malas, kemudian ikut melangkah masuk ke dalam cafe. Beberapa teman kerja Vina rupanya melihat Vina turun dari mobil dengan seorang pria hingga membuat mereka bertanya-tanya.“Cie-cie yang berangkat dianterin ayang,” goda salah satu teman Vina ketika wanita itu masuk ke dapur.Vina memutar bola matanya malas,”Ais. Apasih.”“Ganteng juga Vin. Nemu dimana?” godanya lagi.“Pasar loak,”sahut Vina asal.“Bang capucinonya satu,” ucap Vina pada bartender.“Cie. Buat ayang nih,” “Apaan sih! Buat pelanggan noh,” ucap Vina sambil menatap ke arah Bas.Setelah beberapa saat menunggu akhirnya Vina datang membawa pesanan Bas. “Selamat menikmati,” ucap Vina dengan ramah.Di cafe ini memang mengharuskan para pegawainya bersikap ramah pada setiap pengunjung pria atau wanita. Dan di jam-jam seperti sekarang ini cafe bia
“Masuk,” sahut Mahen menoleh pada pintu. Tidak lama pintu terbuka, Bas melangkah masuk dengan membawa beberapa berkas. “Selamat pagi tuan, maaf saya sedikit terlambat,” ucapnya sambil menundukan sedikit badan sebagai tanda hormat. “Tidak masalah. Duduklah,” titah Mahen. Bas mengangguk patuh, lalu duduk di kursi yang berhadapan. Bas meletakan berkas di atas meja “Ini ada beberapa berkas yang harus ditandatangani tuan,” ucapnya. Mahen mengambil berkas tersebut lalu membukanya membacanya sebentar kemudian menutupnya kembali. “Apa hari ini ada meeting?” tanya Mahen dengan nada serius. “Tidak ada tuan,” “Setelah makan siang, kita keluar. Aku ingin mencari rumah hadiah untuk istriku. Kau tolong carikan rekomendasi tempat yang cocok untuknya.” titah Mahen. Bas mengangguk mengerti,”Baik tuan, aku akan mencari beberapa rekomendasi nanti.” “Apa ada yang lain lagi tuan?”tanya Bas. “Tidak. Cukup itu saja.” “Kalau begitu aku kembali ke ruangan ku dulu,” pamitnya. “Pergi
“Maaf-maaf saya tidak sengaja. Apa ada yang terluka?” tanya Bas dengan nada cemas. Bagaimana tidak!Entah dia kurang fokus atau apa sehingga menyebabkan hal ini terjadi. Bas menabrak pengendara sepeda motor yang hendak nyebrang. Alhasil pria itu seketika panik begitu juga dengan Mahendra, keduanya langsung turun dan membantu korban untuk bangun.“Tidak. Saya tidak apa-apa. Terima….”“Anda!”“Vina!”Seru mereka berdua bersamaan. Sedangkan Mahen pria itu hanya diam menyaksikan dengan bingung ‘Oh. Mereka saling kenal.’“Ya ampun. Kenapa sih! Kalau ketemu anda selalu sial!” omel Vina dengan nada kesal.“Maaf aku sungguh tidak sengaja. Apa ada yang terluka?” Bas mengulangi pertanyaannya. Kali ini pria itu sambil membolak balik badan Vina membuat si empunya berdecak sebal.“Berhenti. Apa yang anda lakukan tuan! Anda kira saya apa dibolak-balik seenaknya saja!” gerutunya. Lalu Vina menoleh pada motornya yang masih terbaring bersama box berisi berapa pesanan yang harus di antarnya.“Ya am
“Ada apa tuan?”Bas berjalan menghampiri gadis yang baru saja dia panggil. “Apa Vina masih ada didalam?” tanya Bas pada gadis itu.Dia menggeleng,” Tidak. Vina sudah pulang sedari tadi,” sahutnya.Shit!“Ah. Baiklah, terima kasih.” Bas melenggang keluar dengan perasaan yang kecewa. Padahal dia sudah membuang waktunya demi bisa bertemu dengan Vina tapi ternyata gadis itu telah lebih dulu pulang.Ah. Sial!Dengan lesu Bas masuk kedalam mobil lalu menyalakannya kemudian mobil Bas bergerak menjauhi parkiran cafe tersebut. Di belahan kota yang lain,Mahendra baru saja keluar kamar mandi disambut oleh senyum manis sang istri.Pria itu berjalan menghampiri Arleta,” Kau cantik sekali sayang memakai baju ini,” ucap Mahendra matanya tidak lepas dari menatap tubuh indah sang istri di tambah saat ini Arleta memakai lingerie merah dimana semua lekuk tubuhnya terlihat.“Jadi aku gak cantik ya, kalau tidak pakai ini,” sahut Arleta sambil mengerucutkan bibir.“Tidak. Kamu selalu cantik sayang.”Wa
Mahen berpegangan pada meja dunianya seakan runtuh mendengar kabar duka bahwa ibunya telah berpulang. Apa yang terjadi? Kenapa semua ini bisa terjadi? Banyak pertanyaan dalam benak Mahen. Bagaimana mungkin ibunya pergi secara mendadak seperti ini. “Tuan, anda baik-baik saja?” tanya Jo. “Apa yang terjadi Jo? Kenapa bisa mama meninggal. Kemarin baru saja kami bertemu dan semua baik-baik saja,” Jo menggelengkan kepala,”Entahlah tuan, semua terjadi di luar kendali saya. Tuan bisa melihatnya sendiri nanti, lebih baik sekarang kita kesana sekarang,” ajak Jo. Mahen masih diam dalam ke terkejutan, namun beberapa detik kemudian pria itu berhambur keluar dari ruangannya. “Batalkan meeting hari ini. Kabari Bas suruh datang kerumah utama secepatnya,” suruh Mahen pada sekertarisnya. “Baik tuan.” Jo yang berlari di belakang Mahen pun berhenti sebentar di meja sekertaris memberitahu kabar duka yang telah menimpa bos mereka. Setelah itu Jo pun langsung pergi menyusul Mahen t
Dengan wajah cemas penuh kekhawatiran mereka memberikan keterangan terkait kegiatan mereka pagi itu, begitu juga dengan kegiatan nyonya mereka sebelum akhirnya ditemukan telah meninggal dunia dalam keadaan yang membuat semua orang terkejut. Dari pagi menjelang siang di rumah itu tidak menerima tamu sama sekali. Bahkan tidak ada satupun dari mereka mendengar suara letusan senjata tajam sekalipun. Mereka yang bekerja di dalam tidak ada naik ke lantai dua pagi itu, karena mereka sedang sibuk berjibaku di dapur. Pelayan yang biasanya membersihkan lantai atas, hari itu izin tidak masuk karena sedang ada acara keluarga, sehingga pelayan itu tidak ada disana. “Betul tuan, pagi tadi nyonya memerintahkan saya untuk memasak makanan kesukaan tuan muda. Nyonya bilang tuan akan datang bersama nona untuk makan malam bersama. Setelah itu nyonya langsung masuk kedalam kamar,” ucapnya dengan suara bergetar sesekali di iringi isakan kecil. Terlihat jelas kesedihan di wajah tuanya. Dia adalah pe
Bas menjatuhkan dirinya di kursi kebesarannya, pria itu baru saja tiba di perusahaan. Berkali-kali Bas mengusap wajahnya kasar, beberapa hari mencari petunjuk tentang pelaku pembunuh Sonya tapi tak kunjung menemukan petunjuk sedikitpun. Walau begitu, Bas dan pihak kepolisian tidak pantang menyerah untuk mengungkapkan kebenaran. Hari ini, akan ada meeting bersama kepala divisi. Mahen yang sudah beberapa hari belum masuk kantor, semua pekerjaan di alihkan pada Bas. Kebayang betapa repotnya Bas. Tapi, pria itu tidak pernah mengeluh sedikit pun. Tok … Tok … Ketukan di pintu ruangannya membuat Bas tersadar dari lamunan. “Masuk,” titahnya. Tidak lamap pintu terbuka, sekretaris Mahen berjalan memasuki ruangan asisten pribadi tuan Presdir. “Tuan, lima belas menit lagi meeting akan dimulai, ini berkas-berkasnya.” Sekretaris itu meletakan map di meja. Bas mengangguk mengerti,”Baiklah, aku akan segera kesana,” sahut Bas. Tangan pria itu meraih map yang diletakkan sekretaris