Mahen berpegangan pada meja dunianya seakan runtuh mendengar kabar duka bahwa ibunya telah berpulang. Apa yang terjadi? Kenapa semua ini bisa terjadi? Banyak pertanyaan dalam benak Mahen. Bagaimana mungkin ibunya pergi secara mendadak seperti ini. “Tuan, anda baik-baik saja?” tanya Jo. “Apa yang terjadi Jo? Kenapa bisa mama meninggal. Kemarin baru saja kami bertemu dan semua baik-baik saja,” Jo menggelengkan kepala,”Entahlah tuan, semua terjadi di luar kendali saya. Tuan bisa melihatnya sendiri nanti, lebih baik sekarang kita kesana sekarang,” ajak Jo. Mahen masih diam dalam ke terkejutan, namun beberapa detik kemudian pria itu berhambur keluar dari ruangannya. “Batalkan meeting hari ini. Kabari Bas suruh datang kerumah utama secepatnya,” suruh Mahen pada sekertarisnya. “Baik tuan.” Jo yang berlari di belakang Mahen pun berhenti sebentar di meja sekertaris memberitahu kabar duka yang telah menimpa bos mereka. Setelah itu Jo pun langsung pergi menyusul Mahen t
Dengan wajah cemas penuh kekhawatiran mereka memberikan keterangan terkait kegiatan mereka pagi itu, begitu juga dengan kegiatan nyonya mereka sebelum akhirnya ditemukan telah meninggal dunia dalam keadaan yang membuat semua orang terkejut. Dari pagi menjelang siang di rumah itu tidak menerima tamu sama sekali. Bahkan tidak ada satupun dari mereka mendengar suara letusan senjata tajam sekalipun. Mereka yang bekerja di dalam tidak ada naik ke lantai dua pagi itu, karena mereka sedang sibuk berjibaku di dapur. Pelayan yang biasanya membersihkan lantai atas, hari itu izin tidak masuk karena sedang ada acara keluarga, sehingga pelayan itu tidak ada disana. “Betul tuan, pagi tadi nyonya memerintahkan saya untuk memasak makanan kesukaan tuan muda. Nyonya bilang tuan akan datang bersama nona untuk makan malam bersama. Setelah itu nyonya langsung masuk kedalam kamar,” ucapnya dengan suara bergetar sesekali di iringi isakan kecil. Terlihat jelas kesedihan di wajah tuanya. Dia adalah pe
Bas menjatuhkan dirinya di kursi kebesarannya, pria itu baru saja tiba di perusahaan. Berkali-kali Bas mengusap wajahnya kasar, beberapa hari mencari petunjuk tentang pelaku pembunuh Sonya tapi tak kunjung menemukan petunjuk sedikitpun. Walau begitu, Bas dan pihak kepolisian tidak pantang menyerah untuk mengungkapkan kebenaran. Hari ini, akan ada meeting bersama kepala divisi. Mahen yang sudah beberapa hari belum masuk kantor, semua pekerjaan di alihkan pada Bas. Kebayang betapa repotnya Bas. Tapi, pria itu tidak pernah mengeluh sedikit pun. Tok … Tok … Ketukan di pintu ruangannya membuat Bas tersadar dari lamunan. “Masuk,” titahnya. Tidak lamap pintu terbuka, sekretaris Mahen berjalan memasuki ruangan asisten pribadi tuan Presdir. “Tuan, lima belas menit lagi meeting akan dimulai, ini berkas-berkasnya.” Sekretaris itu meletakan map di meja. Bas mengangguk mengerti,”Baiklah, aku akan segera kesana,” sahut Bas. Tangan pria itu meraih map yang diletakkan sekretaris
Beberapa hari setelah hampir ketahuan pelayan itu tidak lagi menunjukan gerak-gerik yang mencurigakan, begitu juga dengan pergerakan Jo biasa saja, terkesan seperti tidak ada pergerakan apapun dari pria itu. Hal itu, membuat seseorang yang jauh di sana merasa menang karena rencana mereka tidak terendus sekalipun itu oleh pihak kepolisian. Apalagi kemarin pihak kepolisian sudah mengumumkan jika pencarian tersangka telah diberhentikan karena mereka sama sekali tidak menemukan titik terang.Tentu saja berita itu kembali viral sejagat raya apalagi media sosial.‘ Sekelas presdir Mahendra saja, tidak sanggup mengungkap siapa pelaku yang membunuh ibunya!’‘Viral! Pelaku tidak kunjung ditemukan. Kasus ditutup!’‘Siapakan dalang di balik kasus yang menghebohkan sejagat raya?!”Masih banyak berita atau artikel yang menuliskan dengan berbagai judul yang mengundang banyak netizen berasumsi berbagai hal. Hal itu sebenarnya cukup membuat Mahendra gerah, namun demi kelancaran rencananya. Malam
Beberapa minggu yang lalu,Saat Mila ditugaskan oleh kepala pelayan untuk berbelanja ke pasar. Dimana hari itu menjadi hari sialnya.Brak!Motor yang dikendarai Mila menabrak mobil mewah, terlihat mobil itu berhenti. Tidak lama seorang wanita muda berpenampilan wow turun dengan raut wajah yang memerah marah.“Dasar bodoh Apa kau tidak punya mata!” serunya menatap Mila nyalang.“Ma…maaf nona, saya tidak sengaja,” ucapnya dengan memohon.“Maaf katamu! Lihat!” wanita itu menunjuk bagian mobilnya yang lecet akibat insiden tadi.Mila menelan lidahnya kasar, wanita itu hanya menundukan wajahnya takut.“Cepat ganti rugi!” serunya lagi. Membuat Mila mendongak.“Ga..ganti rugi?” “Ya iyalah. Ganti rugi, apa kau tidak punya mata! Mobilku rusak gara-gara kau!” hardiknya.Uang darimana? Sedangkan gajinya tiap bulan sudah dikirimkan ke kampung untuk biaya sekolah adik-adiknya dan untuk berobat ibunya. Bisa saja dia pinjam pada majikannya. Tapi…Hutangnya sudah banyak!“Tapi, saya tidak punya ua
Matahari pagi mulai menampakkan dirinya menyinari dunia yang penuh sandiwara.Dua pria berjalan keluar dari ruang bawah tanah dengan senyum kemenangan. Tidak sia-sia mereka begadang semalaman demi mendapatkan sebuah informasi, dan terbayar sudah semua lelah mereka.“Aku harap, tuan tidak akan syok jika mengetahui ini nanti,” ucap Bas pada Jo ketika mereka sudah berada di mobil dalam perjalanan pulang ke rumah utama.Jo menganggukkan kepala tanda setuju dengan ucapan Bas.“Ya, kau benar. Dan, kita harus bergerak cepat untuk menangkapnya. Sebelum musuh mengendus rencana kita,” sahut Jo, yang mendapat anggukan pula oleh Bas.Setelah itu keduanya diam selama perjalanan, hanyut dalam pemikiran mereka masing-masing. Mereka masih syok dengan apa yang mereka ketahui fakta beberapa jam lalu.“Tuan, ampun!” teriak Mila. Kala tubuh wanita itu di bentang di sebuah tiang dengan kaki dan tangan yang direntangkan. Yang lebih mengerikannya lagi, wanita itu di telanjangi, sebuah dildo dengan ukuran
“Wah. Ini goreng pisang kamu ya sayang? Em..wanginya enak banget,” ucap Mahen mengalihkan pembicaraan. “Kamu mau? Biar aku ambilkan,” tanya Arleta yang di angguki langsung oleh Mahen.Arleta pun mengambil satu potong pisang goreng dari atas piring, lalu menyuapi suaminya. Huft..Bas dapat bernafas lega, akhirnya Arleta melupakan pertanyaan konyol itu. Lagipula salah dia sendiri sudah tahu tidak suka main game, malah pake alasan itu pula. Hadeh!Akhirnya mereka menikmati kopi bersama, Arleta sudah menawari mereka untuk sarapan tapi Bas dan Jo menolak dengan Alasan belum lapar. Jam sudah menunjukan pukul sembilan pagi, Bas dan Jo berpamitan. Mata mereka sudah semakin berat minta untuk di istirahatkan.“Tuan, nona. Kami pamit ada urusan sebentar,” pamit Bas.“Hati-hati di jalan kalian.” Mahen yang menyahuti, sebelum istrinya kembali melontarkan pertanyaan. Kasian dua pria dihadapannya ini.Keduanya mengangguk, Lalu melangkah meninggalkan Mahen dan Arleta di halaman belakang. Hari ini
Satu bulan berlalu,Mahen di bantu Bas dan juga Jo telah banyak mengumpulkan bukti-bukti, dari semua bukti tersebut mengarah pada satu nama yaitu Melani.Melani adalah sahabat dekat Sonya, mereka telah menjalin hubungan persahabatan sejak di bangku sekolah menengah atas. Sampai, mereka menikah dan memiliki anak, hubungan persahabatan itu masih terjalin dengan baik.Fakta baru ini membuat Mahen cukup terkejut. Bukan karena Mahen tidak tahu. Tapi, yang Mahen tahu mereka berteman karena ada dalam satu grup arisan ibu-ibu sosialita. Namun, ada yang lebih mengejutkan lagi dari pada itu. Yang ternyata, Melani adalah mantan kekasih dari mendiang papanya Mahen. Hari ini, Mahen di temani Bas menuju kantor polisi untuk menyerahkan semua bukti yang didapatkannya. Setelah itu, Mahen menyerahkan semua pada pihak kepolisian. “Segera saya akan melakukan penangkapan, anda tinggal menunggu kabar saja Tuan Mahen,” ucap komandan polisi yang menangani kasus Sonya. Kasus ini sebetulnya tidaklah ditut