Setelah drama per braan selesai, akhirnya Mahen dan Bas memutuskan untuk pulang. Mereka keluar dari toko dengan menenteng beberapa paper bag.Sampai di parkiran Bas, memasukan semua belanjaan ke dalam mobil. Lalu setelah itu kembali ke depan.“Tuan, anda mau bareng atau..”“Aku bawa motor, langsung saja antar ke apartemen.” ucap Mahen, memberi perintah.Bas mengangguk, setelah itu masuk kedalam mobil dan langsung melesat menuju apartemen Mahen. Sama halnya dengan Bas, Mahenjuga langsung naik ke motor lalu melajukan kendaraan roda duanya.Tidak butuh lama, Mahen dan Bas sudah sampai di parkiran apartemen.Pria itu berjalan terlebih dahulu, sedangkan Bas mengambil barang di bagasi setelah itu baru menyusul Mahen.Sesuai dengan perintah, Arleta hanya berdiam diri. Wanita memilih merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya, kecuali wajah.Arleta menenggelamkan wajahnya di bawah selimut ketika, mendengar pintu apartemen di buka seseorang.‘Siapa ya,
Malam telah tiba.Arleta segera pergi ke kamar mandi membersihkan tubuhnya disana.Entah kenapa, dia seperti bersemangat menyambut malam ini.Arleta menaruh sabun dengan aroma lavender ke dalam bath up, yang sebelumnya di isi penuh dengan air.Wangi lavender langsung menyeruak di dalam kamar mandi. Bagi Arleta menghirup aroma lavender membuatnya menjadi rilex.Setelah membuka semua pakaiannya, Arleta masuk ke dalam bath up, merendam diri disana.Sejuknya air langsung menyentuh kulit Arleta, memberikan sensasi segar. Arleta memejamkan mata, menikmati semua ini.Arleta pantas bersyukur, dirinya yang bukan apa-apa, sekarang bisa merasakan gaya hidup mewah seperti orang kaya. Yang biasanya Arleta hanya membayangkan saja saat ini dia bisa merasakannya.“Apa masih ada meeting?” tanya Mahen, pada Bas ketika mereka baru saja selesai meeting di salah satu cafe.“Tidak ada tuan. Ini yang terakhir.” sahut Bas.Mahendra mengangguk, kemudian melangkah masuk ke dalam mobil.Berkali-kali Mahen
Merasa jengah dengan drama sang mama, Mahendra memutar tubuhnya lalu berjalan cepat, diikuti oleh Bas. Teriakan dan panggilan sang mama tidak lagi Mahen dihiraukan. Dalam pikirannya saat ini hanya satu. Mencari Arleta! Percuma berada di rumah ini! Mamanya tidak akan memberi tahu dimana keberadaan gadis itu. Bas berjalan cepat, agar tiba di mobil lebih dulu. Bas dengan sigap membukakan pintu untuk Mahen. Mahen masuk tanpa sepatah kata pun,setelah menutup kembali pintu mobil, Bas berlari kecil mengitari mobil, lalu masuk dan duduk di depan kemudi. Bas menoleh kebelakang.’’Tuan kita kemana?’’ Mahen menggelengkan kepala, lalu mengusap wajahnya dengan kasar. ‘’Aku tidak tahu harus mencari Arleta kemana, apa kau ada ide?’’ bukannya menjawab Mahen malah balik bertanya. Bas menggelengkan kepala.’’ Aku belum ada ide tuan, aku terlalu terkejut sampai susah berpikir!’’ keluh Bas. ‘’Jalanlah saja dulu, kita pikirkan nanti.’’ titah Mahen. Bas mengangguk, kemudian berbalik
Di dalam kamar mandi Arleta berusaha untuk mencari sesuatu agar dirinya bisa keluar dari tempat ini tempat di mana dia diculik.Sepertinya kamar mandi ini terletak di belakang dan kamar mandi itu juga memiliki ventilasi yang lumayan besar. Arleta naik ke atas bak mandi yang terbuat dari coran untuk melihat keadaan di luar.“Sepertinya aku bisa kalau lewat sini! tapi bagaimana caranya untuk membuka kayu ini? ucap Arleta bermonolog sendiri.Di balik ventilasi Arleta dapat melihat suasana di luar, sepertinya tempat dia dikurung berada di tengah hutan. Terbukti banyak pohon-pohon besar di luar sana.Brak!Brak!Suara pintu digedor dari luar! “Hei kau sudah selesai belum? kenapa sangat lama!” teriak si pria yang botak yang menunggui Arleta di depan pintu kamar mandi.“Astaga! Kenapa aku bisa lupa, kalau si botak ada di luar!” Arleta menepuk keningnya sendiri. Bagaimana bisa dia melupakan hal sepenting ini. “Aduh! perutku sangat sakit! Pergilah dulu aku tidak akan kabur!” teriak Arle
Arleta dapat bernafas lega ketika mobil para penjahat sudah berlalu, tanpa menyadari keberadaannya.“Huh! Syukurlah mereka tidak mengetahui keberadaanku.” Setelah memastikan keadaan aman, Alana kembali melanjutkan pelariannya.Mahendra,Pria itu sedang merasa gelisah tiada tara sampai tidak dapat berkonsentrasi bekerja.Bas yang baru masuk, melangkahkan kaki mendekat kemudian duduk di kursi yang berhadapan dengan tuannya itu.Mahen mendongak melihat kedatangan Bas. “Bagaimana? Apa sudah ada kabar tentang Arleta?” tanya Mahen dengan nada gelisah.Bas menggeleng lemah.”Belum ada tuan, padahal orang suruhanku sudah mengarahkan semua anak buahnya, untuk mencari keberadaan nona Arleta.Tapi mereka belum juga menemukannya.” jelas Bas.“Apa tuan tahu? Barangkali Nyonya besar punya tempat rahasia atau apa?” tanya Bas.Pencarian selama sehari semalam yang tidak membuahkan hasil membuat Bas frustasi. Entah kemana Nyonya besarnya itu menyembunyikan Arleta.Mahen terdiam, nampak berpikir sebe
Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, Serly datang ke hotel yang sudah diberitahu Mahen sebelumnya. Setelah bertanya dari resepsionis wanita itu langsung disuruh menuju kamar atas pesan dari si pemesan kamar yaitu Mahendra. Setelah akses masuk kamar sudah berada di tangan, Serly melangkah dengan percaya diri.Tiba di depan kamar 501 Serly menempelkan kartu akses masuk, begitu pintu terbuka Serly langsung masuk.Di dalam kamar dengan bernuansa sweet room ini Serly menjatuhkan bobotnya di atas kasur berukuran king size.‘’Sebelum Mahen datang, lebih baik aku bersiap. Aku harus tampil semenarik mungkin agar Mahen tidak bisa melupakan malam ini!’’ ucap Serly bermonolog sendiri.Serly beranjak lalu masuk kedalam kamar mandi, dia ingin terlihat perfect nanti. Tidak lama Serly sudah keluar, kali ini sudah berganti pakain memakai lingerie berwarna merah, dengan leher berbentuk V sehingga memperlihatkan dua gundukan gunung kembarnya yang besar. Kulit Serly yang putih bersih dipadukan
Setelah mendapat informasi yang diinginkan Mahen langsung pergi keluar hotel menemui Bas yang sudah menunggunya di parkiran.Melihat tuannya mendekat dengan sigap Bas keluar lalu membukakan pintu mobil, Mahendra melangkah masuk setelah itu Bas kembali menutup pintu dan Bas, dia kembali masuk dan duduk di depan kemudi.Bas menoleh menghadap ke belakang.”Kita kemana tuan?” tanya Bas.“Kita pergi ke alamat ini!” Mahen memutar rekaman tadi.Setelah mengetahui kemana tujuan mereka Bas langsung tancap gas menuju sana.Tidak peduli malam! Tidak peduli lelah! yang jelas yang ada dalam pikiran kedua pria itu sama, menemukan Arleta secepatnya!Bas melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang, karena mereka harus menyisir sepanjang perjalanan. Siapa tahu mereka melihat Arleta.Di tengah perjalan tiba-tiba turun hujan deras. Jarak pandang Bas semakin terbatas, apalagi saat ini mereka berada di jalanan sepi dengan kanan kiri dipenuhi pohon-pohon besar.“Astaga! Kenapa malah turun hujan! Jika be
Bas segera memarkirkan mobilnya di depan IGD begitu tiba di rumah sakit terdekat. Mahen segera turun menggendong Arleta, tanpa menunggu Bas membukakan pintu.“Suster!”“Suster!”Mendengar teriakan Mahen, dua suster berlari keluar mendorong brankar.Mahendra sedikit berlari menghampiri kedua suster itu.“Tolong selamatkan wanita ini sus!” ucap Mahen, setelah meletakan Arleta di atas brankar.“Kami akan berusaha tuan.” sahut salah satu suster itu.Setelah itu kedua perawat mendorong tubuh pucat Arleta masuk kedalam ruang IGD. Sedangkan Bas dan Mahen duduk menunggu di ruang tunggu.“Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengannya Bas? Aku..aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri.” ucap Mahen penuh rasa bersalah.Dia terlihat sangat khawatir dengan kondisi Arleta saat ini..“Anda tenang tuan, nona Arleta sedang ditangani dokter.Dia pasti akan baik-baik saja.” “Tetap saja aku takut Bas!”“Aku tidak akan memaafkan wanita itu maupun mama! Jika terjadi sesuatu dengan Arleta!” geram Mahen.