Arleta dapat bernafas lega ketika mobil para penjahat sudah berlalu, tanpa menyadari keberadaannya.“Huh! Syukurlah mereka tidak mengetahui keberadaanku.” Setelah memastikan keadaan aman, Alana kembali melanjutkan pelariannya.Mahendra,Pria itu sedang merasa gelisah tiada tara sampai tidak dapat berkonsentrasi bekerja.Bas yang baru masuk, melangkahkan kaki mendekat kemudian duduk di kursi yang berhadapan dengan tuannya itu.Mahen mendongak melihat kedatangan Bas. “Bagaimana? Apa sudah ada kabar tentang Arleta?” tanya Mahen dengan nada gelisah.Bas menggeleng lemah.”Belum ada tuan, padahal orang suruhanku sudah mengarahkan semua anak buahnya, untuk mencari keberadaan nona Arleta.Tapi mereka belum juga menemukannya.” jelas Bas.“Apa tuan tahu? Barangkali Nyonya besar punya tempat rahasia atau apa?” tanya Bas.Pencarian selama sehari semalam yang tidak membuahkan hasil membuat Bas frustasi. Entah kemana Nyonya besarnya itu menyembunyikan Arleta.Mahen terdiam, nampak berpikir sebe
Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, Serly datang ke hotel yang sudah diberitahu Mahen sebelumnya. Setelah bertanya dari resepsionis wanita itu langsung disuruh menuju kamar atas pesan dari si pemesan kamar yaitu Mahendra. Setelah akses masuk kamar sudah berada di tangan, Serly melangkah dengan percaya diri.Tiba di depan kamar 501 Serly menempelkan kartu akses masuk, begitu pintu terbuka Serly langsung masuk.Di dalam kamar dengan bernuansa sweet room ini Serly menjatuhkan bobotnya di atas kasur berukuran king size.‘’Sebelum Mahen datang, lebih baik aku bersiap. Aku harus tampil semenarik mungkin agar Mahen tidak bisa melupakan malam ini!’’ ucap Serly bermonolog sendiri.Serly beranjak lalu masuk kedalam kamar mandi, dia ingin terlihat perfect nanti. Tidak lama Serly sudah keluar, kali ini sudah berganti pakain memakai lingerie berwarna merah, dengan leher berbentuk V sehingga memperlihatkan dua gundukan gunung kembarnya yang besar. Kulit Serly yang putih bersih dipadukan
Setelah mendapat informasi yang diinginkan Mahen langsung pergi keluar hotel menemui Bas yang sudah menunggunya di parkiran.Melihat tuannya mendekat dengan sigap Bas keluar lalu membukakan pintu mobil, Mahendra melangkah masuk setelah itu Bas kembali menutup pintu dan Bas, dia kembali masuk dan duduk di depan kemudi.Bas menoleh menghadap ke belakang.”Kita kemana tuan?” tanya Bas.“Kita pergi ke alamat ini!” Mahen memutar rekaman tadi.Setelah mengetahui kemana tujuan mereka Bas langsung tancap gas menuju sana.Tidak peduli malam! Tidak peduli lelah! yang jelas yang ada dalam pikiran kedua pria itu sama, menemukan Arleta secepatnya!Bas melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang, karena mereka harus menyisir sepanjang perjalanan. Siapa tahu mereka melihat Arleta.Di tengah perjalan tiba-tiba turun hujan deras. Jarak pandang Bas semakin terbatas, apalagi saat ini mereka berada di jalanan sepi dengan kanan kiri dipenuhi pohon-pohon besar.“Astaga! Kenapa malah turun hujan! Jika be
Bas segera memarkirkan mobilnya di depan IGD begitu tiba di rumah sakit terdekat. Mahen segera turun menggendong Arleta, tanpa menunggu Bas membukakan pintu.“Suster!”“Suster!”Mendengar teriakan Mahen, dua suster berlari keluar mendorong brankar.Mahendra sedikit berlari menghampiri kedua suster itu.“Tolong selamatkan wanita ini sus!” ucap Mahen, setelah meletakan Arleta di atas brankar.“Kami akan berusaha tuan.” sahut salah satu suster itu.Setelah itu kedua perawat mendorong tubuh pucat Arleta masuk kedalam ruang IGD. Sedangkan Bas dan Mahen duduk menunggu di ruang tunggu.“Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengannya Bas? Aku..aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri.” ucap Mahen penuh rasa bersalah.Dia terlihat sangat khawatir dengan kondisi Arleta saat ini..“Anda tenang tuan, nona Arleta sedang ditangani dokter.Dia pasti akan baik-baik saja.” “Tetap saja aku takut Bas!”“Aku tidak akan memaafkan wanita itu maupun mama! Jika terjadi sesuatu dengan Arleta!” geram Mahen.
Mahen tidak memperdulikan penolakan Arleta. Pria itu membaringkan Arleta kembali.“Istirahatlah. Aku hanya ingin memelukmu.” Mahe ikut berbaring, memeluk Arleta dari belakang. Kedua tangannya dimasukkan kedalam baju Arleta, menggenggam kedua gumpalan kenyal milik gadis itu..Arleta mendelik.”Bagaimana saya bisa istirahat kalau tangan anda berada di situ.” omel Arleta.“Nikmati saja. Izinkan aku seperti ini! Atau kamu mau lebih?” bisiknya di belakang telinga Arleta. Hembusan nafas Mahen menghadirkan sengatan listrik pada tubuh Arleta.Arelta tidak menjawab pertanyaan Mahen, dia berpura-pura memejamkan mata daripada pria di belakangnya ini berbuat aneh-aneh.Entah berapa lama mereka dalam posisi seperti itu, hingga akhirnya mereka tertidur dengan posisi berpelukan.Bas tersenyum ketika memeriksa keadaan di dalam kamar. Lalu dengan sangat pelan menutup kembali pintu kamar rawat Arleta. Setelah memastikan semua aman, baru Bas membaringkan diri di kursi tunggu yang berada di depan ruang
Seharian berada di villa mewah Arleta tidak diperbolehkan pergi kemanapun. Hal itu membuat gadis itu terus cemberut.Bagaimana tidak!Ini baru pertama kalinya pergi ke tempat seperti ini, dengan pemandangan yang sangat sayang untuk dilewatkan.Villa yang berada di tengah hamparan kebun dengan menyajikan pemandangan yang begitu menyejukan, yang tidak akan ditemukan di kota.“Kamu bisa menikmatinya dari sini. Tidak perlu cape-cape pergi kesana.” Mahen menunjuk ke bawah, dimana hamparan teh berada.Saat ini mereka sedang menikmati sore di gazebo kamar.Arleta mengerucutkan bibirnya. “Tapi aku ingin menikmatinya dari dekat.” keluh Arleta.Mahen menarik pinggang Arleta lebih dekat dengannya.“Aku mengajakmu kesini. Bukan berarti kamu bisa pergi seenakmu, bagaimana nanti jika ada orang menculikmu kembali dan aku tidak tahu. Apa kamu mau begitu?” Gio mencoba menakut-nakuti Arleta.Arleta menggeleng cepat.” Tentu saja tidak! Tapi kan bukan salahku, aku tidak minta kesini! Aku hanya minta p
Malam hari,Mahen dan Arleta sudah berada di meja makan, di susul Bas yang baru datang. Ketiganya makan malam dengan khidmat, tidak ada obrolan apapun diantara mereka. Hingga beberapa saat lamanya.“Oh, Iya tuan. Ini pesanan anda tadi.” ucap Bas ketika makan malam sudah selesai.Bas menaruh paper bag yang ada di kursi ke atas meja makan.“Cepat juga kau.” sahut Mahen, lalu mengambil paper bag itu.Mahen mengeluarkan isinya, sebuah ponsel keluaran terbaru Arleta sampai tercengang melihatnya. Seumur-umur Arleta baru melihat barang mewah seperti itu.Mahen menoleh pada Arleta, lalu menyodorkan ponsel itu pada Arleta.“Ini untukmu.” Arleta membuka matanya lebar, terkejut dengan apa yang diucapkan Mahen.“Hah! Maksud tuan?”“Ini untukmu. Apa kamu tidak dengar?”“Saya dengar, tapi ini terlalu mahal tuan, saya tidak mau hutang saya tambah banyak.” jawab Arleta jujur dengan apa yang ada di pikirannya.Mahen menghela nafas panjang, tidak menyangka jika Arleta akan berpikir sejauh itu.“Ini
Keesokan hari mereka kembali pulang ke kota, sesuai yang dikatakan Mahen semalam jika dia sudah menemukan apartemen untuk tempat tinggal Arleta.Arleta sempat menolak dan kekeh ingin kembali ke rumah ayahnya saja, tetapi Mahen juga menolak keras permintaan Arleta.Setelah melewati perdebatan sengit akhirnya Arleta mengalah dan setuju untuk tinggal di apartemen baru.Pagi-pagi sekali Bas sudah melajukan mobilnya menembus dinginnya jalanan perdesaan. Sedangkan Arleta di tampak masih mengantuk dan kembali tertidur. Mahen,Dia sibuk dengan ponselnya. Entah apa yang sedang Mahen lihat.Hampir tiga jam lamanya mereka melakukan perjalanan, mereka sampai melewatkan sarapan pagi.Sebenarnya Mahen sudah menyuruh Bas menepi sebentar untuk mencari makan, namun Bas menolak.“Nanti saja jika sudah sampai di kota tuan. Kita harus kejar waktu, siang ini ada meeting penting.” jelas Bas.Setelah itu tidak ada lagi percakapan diantara mereka. Sampai akhirnya mereka tiba di kota.Bas berhenti di seb