Mahen baru melepas pelukannya ketika bel berbunyi. “Sepertinya dokter Rian yang datang. Tunggulah dulu, aku akan membukakan pintu,”ucap Mahen dengan lembut, pria itu mengusap sisa air mata di pipi Arleta sebelum beranjak pergi.Hati Arleta menghangat mendapat perlakuan lembut dari Mahen, pria yang dikenalnya dengan panggilan Mr. G pria berwajah datar dan dingin, tapi sekarang Arleta melihat sisi lain dari pria itu.Kali ini Arleta melihat sisi lembut yang penuh dengan perhatian, membuatnya terbuai.“Sadar Arleta! Sadar. Jangan mudah baper jadi cewek,” ucap Arleta memperingati dirinya sendiri.Ya, Arleta tidak boleh terbawa perasaan, dia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah itu. Tapi perkataan Mahen tadi masih terngiang-ngiang di telinga.Benarkah apa yang dikatakan pria itu?Atau hanya emosi sesaat saja? Entahlah Arleta tidak tahu dan belum yakin jika yang keluar dari mulut Mahen adalah sebuah kebenaran. Yang jelas saat ini hutang Arleta bertambah pada pria itu, kali ini Arle
Pagi menjelang, Arleta mulai mengerjap membuka mata, gadis itu merasakan tangannya terasa kelu dan berat ketika ingin digerakan. Arleta menoleh, ketika matanya sudah benar-benar terbuka. “Astaga tuan Mahen,” ucap Arleta pelan, gadis itu sungguh terkejut melihat pemandangan yang tidak biasa ini. Arleta menatap wajah tampan yang sedang tertidur pulas berbantalkan tangannya. Ya, Mahen ketiduran ketika menunggui Arleta, sampai-sampai pria itu ketiduran dengan posisi duduk di sisi ranjang. Bibirnya mengukir senyum indah, mengagumi keindahan di depan matanya dengan nyata. Jantungnya menjadi berdetak tidak beraturan, Arleta segera memalingkan pandangan ke arah lain, untuk mengusir rasa aneh dalam dada. Panggilan alam membuat Arleta mau tidak mau harus membangunkan Mahen yang masih tertidur pulas. Arleta tidak dapat menarik tangannya yang digunakan Mahen sebagai bantal, terlalu berat dan kelu rasanya. “Tuan.” panggil Arleta pelan, gadis itu menyentuh bahu Mahen menggunakan t
Hari menjelang malam, Mahen baru saja keluar dari gedung perusahaan miliknya bersama dengan Bas. Saat ini keduanya sedang berjalan menuju parkiran. “Bas, apa kau sudah memberikan apa yang aku minta?” “Sudah tuan. Ada di mobilku,” sahut Bas.Terlihat Mahen mengangguk, kemudian berjalan cepat menuju mobil. Bas berjalan lebih dulu agar lebih cepat tiba di parkiran, pria itu terlebih dulu mengambil hadiah untuk Arleta yang dibeli siang tadi. Kemudian menghampiri Mahen yang sedang menunggu di dalam mobilnya. Pagi tadi Mahen dan Bas berangkat dengan mobil masing-masing, karena letak apartemen mereka berbeda. “Ini tuan. Semoga nona menyukainya,” ucap Bas. “Ya, semoga saja,” sahut Mahen sambil mengambil bingkisan itu dari tangan Bas. ___sesampainya di apartemen Bas segera naik ke unit miliknya.“Leta! Arleta!” Mahen memanggil Arleta dengan sedikit berteriak. Langkahnya semakin cepat setelah tidak mendapat sahutan dari wanita itu. Brak! Mahen mendorong keras pintu kamar,
Ketika hari hampir malam, Mahen baru tiba di apartemen. Sedangkan Bas pria itu langsung pulang ke apartemen miliknya yang tidak jauh dari tempat Mahen saat ini. Baru saja masuk melangkahkan kaki di pintu, Mahen sudah disambut dengan wangi masakan yang begitu menggugah selera. Terlihat Arleta sedang fokus memasak bahkan sampai tidak tahu jika Mahen datang. Entah apa yang dimasak gadis itu? Mahen melangkahkan kali perlahan menghampiri Arleta, dan… Grep! Mahen memeluk Arleta dari belakang, dan itu membuat Arleta terkejut dan hampir memukul Mahen dengan spatula. “Ini aku,” ucap Mahen pelan sambil menahan spatula yang hampir mengenai kepalanya. Setelah pelukan di pinggangnya berkurang Arleta kemudian berbalik. “Ya ampun, maaf. Aku kira siapa. Lagian tuan sih! Kenapa tidak bilang kalau sudah pulang. Jadinya kan tidak begini.” celoteh Arleta menyalahkan Mahen. “Memang kamu kira siapa.” goda Mahen dengan menaik turunkan alisnya. “Aku kira ada penculik lagi,”sahut Arleta d
“Apa ini?” tanya Arleta ketika Bas memberikan kotak hadiah itu.“Saya tidak tahu nona, tuan hanya berpesan agar nona dandan yang cantik. Dan memakai pakaian yang dia kirim,” ucap Bas menginformasikan.“Memang mau kemana sih Bas? Tumben sekali.” tanya Alana penasaran.Bas menaikan bahu,” Entah.”“Maaf nona, saya harus segera kembali ke kantor. Nanti jam tiga saya jemput datang lagi untuk menjemput anda.” terang Bas.Alana mengangguk,” Baiklah, aku sudah tahu itu. Bahkan Mahen sudah puluhan kali mengirimku chat yang sama. Ck! Menyebalkan bukan.” Arleta mencebik.Memang dari Mahen berangkat ke kantor sampai saat ini, entah sudah berapa puluh chat yang Mahen kirim. Namun semua isi chat sama.(jangan lupa dandan yang cantik, Bas akan menjemputmu nanti)Begitulah kira-kira pesan yang dikirimkan oleh Mahen. Arleta sampai bosan membalas pesan tersebut.Setelah Bas pergi, Arleta kembali ke kamar. Gadis itu melihat jam yang melingkar di dinding, ternyata jam sudah menunjukan pukul dua siang, i
Arleta masih tidak percaya dengan apa yang dia saksikan wanita yang beberapa bulan lalu menghina bahkan berkata kasar padanya, kini berubah lembut?Entah ini betulan atau hanya sandiwara Arleta tidak tahu.Ini seperti mimpi!Lagipula Arleta heran untuk apa Mahen mengajaknya kemari? Dengan pakaian dan dandan seperti mau dinner saja.Ahk! Arleta sudah geer!Arleta menggeleng kecil, menyadarkannya dari lamunan kehaluan.Mahen mempererat pegangannya di tangan Arleta, kemudian menoleh.“Ayo,” ajaknya.Arleta mengangguk sebagai jawaban persetujuannya. Dengan penuh kewaspadaan Arleta melangkah mengikuti Mahen.Maheb mengajak Arleta duduk di dekat Sonya, terlihat Sonya tersenyum ramah pada gadis itu.“Kamu pasti takut padaku bukan? Maafkan aku, dulu pernah berbuat jahat padamu.” Sonya berbicara dengan sangat lembut, terlihat Sonya seperti menyesal telah melakukan itu.Ya, Sonya memang menyesal. Selama ini gadis yang dia bela dan percaya ternyata hanyalah seorang gadis yang suka gonta ga
Sonya menepuk keningnya sendiri begitu juga dengan Bas, sedangkan Mahen dia hanya tersenyum sambil garuk-garuk kepala yang tidak gatal.“Astaga! Kau ini. Sudah besar tapi bodoh!” Sonya mengumpati kebodohan anak bujangnya.“Ya, gimana. Jantung Mahen selalu tidak aman jika dekat dengannya ma,” adu Mahen.“Ah. !Kau nih. Mama tidak mau tahu pokoknya malam ini kau harus kasih tahu dia isi hatimu. Mama lihat gadis itu juga sepertinya suka denganmu.” goda mama dengan menaik turunkan alisnya.“Tapi ma..”“Shutt! Dia datang.” potong mama sambil meletakan tangannya di bibir.“Maaf lama,” ucap Arleta ketika kembali.“Ah, tidak masalah,” sahut Sonya.Arleta mengangguk, kemudian kembali duduk di tempat tadi.Kali ini Arleta banyak diam tidak seperti tadi perubahan itu pun Mahen sadari. Diam-diam Maheb memperhatikan setelah dari kamar mandi, matanya gadis memerah seperti habis menangis, raut wajahnya pun berubah menjadi sendu tidak seceria tadi.“Leta ikut aku,” ucap Maheb, pria itu menarik ta
Malam ini adalah malam spesial bagi keduanya,dimana malam ini adalah makam bersatunya cinta mereka.Mahen bergeser mendekati Arleta lalu merengkuh pinggang gadis yang sudah merebut hatinya itu.Arleta menoleh sambil tersenyum manis menatap Mahendra, kemudian menatap kedepan menikmati suasana malam yang indah nan romantis.Entah sudah berapa lama mereka berada di sana, sampai Arleta mulai kedinginan.“Kamu kenapa? Dingin?” tanya Mahen yang langsung mendapat anggukan dari Arleta.Mahen melepas jas yang di kenakannya lalu memakainya pada Arleta.“Kita pulang sekarang, aku gak mau kamu masuk angin nanti,” ucap Mahen sambil membantu Arleta untuk berdiri.Tidak ada kata yang keluar dari mulut Arleta, gadis itu hanya menurut saja.Sepenjang perjalanan menuju mobil tidak sedikitpun Mahen melepas pegangan tangannya. Jam menunjukan pukul dua belas malam, Mahen baru saja tiba di apartemen Arleta.“Tuan, apa anda akan meningap disini?” tanya Arleta dengan ragu-ragu.“Kenapa masih panggil aku tua