Ketika hari hampir malam, Mahen baru tiba di apartemen. Sedangkan Bas pria itu langsung pulang ke apartemen miliknya yang tidak jauh dari tempat Mahen saat ini. Baru saja masuk melangkahkan kaki di pintu, Mahen sudah disambut dengan wangi masakan yang begitu menggugah selera. Terlihat Arleta sedang fokus memasak bahkan sampai tidak tahu jika Mahen datang. Entah apa yang dimasak gadis itu? Mahen melangkahkan kali perlahan menghampiri Arleta, dan… Grep! Mahen memeluk Arleta dari belakang, dan itu membuat Arleta terkejut dan hampir memukul Mahen dengan spatula. “Ini aku,” ucap Mahen pelan sambil menahan spatula yang hampir mengenai kepalanya. Setelah pelukan di pinggangnya berkurang Arleta kemudian berbalik. “Ya ampun, maaf. Aku kira siapa. Lagian tuan sih! Kenapa tidak bilang kalau sudah pulang. Jadinya kan tidak begini.” celoteh Arleta menyalahkan Mahen. “Memang kamu kira siapa.” goda Mahen dengan menaik turunkan alisnya. “Aku kira ada penculik lagi,”sahut Arleta d
“Apa ini?” tanya Arleta ketika Bas memberikan kotak hadiah itu.“Saya tidak tahu nona, tuan hanya berpesan agar nona dandan yang cantik. Dan memakai pakaian yang dia kirim,” ucap Bas menginformasikan.“Memang mau kemana sih Bas? Tumben sekali.” tanya Alana penasaran.Bas menaikan bahu,” Entah.”“Maaf nona, saya harus segera kembali ke kantor. Nanti jam tiga saya jemput datang lagi untuk menjemput anda.” terang Bas.Alana mengangguk,” Baiklah, aku sudah tahu itu. Bahkan Mahen sudah puluhan kali mengirimku chat yang sama. Ck! Menyebalkan bukan.” Arleta mencebik.Memang dari Mahen berangkat ke kantor sampai saat ini, entah sudah berapa puluh chat yang Mahen kirim. Namun semua isi chat sama.(jangan lupa dandan yang cantik, Bas akan menjemputmu nanti)Begitulah kira-kira pesan yang dikirimkan oleh Mahen. Arleta sampai bosan membalas pesan tersebut.Setelah Bas pergi, Arleta kembali ke kamar. Gadis itu melihat jam yang melingkar di dinding, ternyata jam sudah menunjukan pukul dua siang, i
Arleta masih tidak percaya dengan apa yang dia saksikan wanita yang beberapa bulan lalu menghina bahkan berkata kasar padanya, kini berubah lembut?Entah ini betulan atau hanya sandiwara Arleta tidak tahu.Ini seperti mimpi!Lagipula Arleta heran untuk apa Mahen mengajaknya kemari? Dengan pakaian dan dandan seperti mau dinner saja.Ahk! Arleta sudah geer!Arleta menggeleng kecil, menyadarkannya dari lamunan kehaluan.Mahen mempererat pegangannya di tangan Arleta, kemudian menoleh.“Ayo,” ajaknya.Arleta mengangguk sebagai jawaban persetujuannya. Dengan penuh kewaspadaan Arleta melangkah mengikuti Mahen.Maheb mengajak Arleta duduk di dekat Sonya, terlihat Sonya tersenyum ramah pada gadis itu.“Kamu pasti takut padaku bukan? Maafkan aku, dulu pernah berbuat jahat padamu.” Sonya berbicara dengan sangat lembut, terlihat Sonya seperti menyesal telah melakukan itu.Ya, Sonya memang menyesal. Selama ini gadis yang dia bela dan percaya ternyata hanyalah seorang gadis yang suka gonta ga
Sonya menepuk keningnya sendiri begitu juga dengan Bas, sedangkan Mahen dia hanya tersenyum sambil garuk-garuk kepala yang tidak gatal.“Astaga! Kau ini. Sudah besar tapi bodoh!” Sonya mengumpati kebodohan anak bujangnya.“Ya, gimana. Jantung Mahen selalu tidak aman jika dekat dengannya ma,” adu Mahen.“Ah. !Kau nih. Mama tidak mau tahu pokoknya malam ini kau harus kasih tahu dia isi hatimu. Mama lihat gadis itu juga sepertinya suka denganmu.” goda mama dengan menaik turunkan alisnya.“Tapi ma..”“Shutt! Dia datang.” potong mama sambil meletakan tangannya di bibir.“Maaf lama,” ucap Arleta ketika kembali.“Ah, tidak masalah,” sahut Sonya.Arleta mengangguk, kemudian kembali duduk di tempat tadi.Kali ini Arleta banyak diam tidak seperti tadi perubahan itu pun Mahen sadari. Diam-diam Maheb memperhatikan setelah dari kamar mandi, matanya gadis memerah seperti habis menangis, raut wajahnya pun berubah menjadi sendu tidak seceria tadi.“Leta ikut aku,” ucap Maheb, pria itu menarik ta
Malam ini adalah malam spesial bagi keduanya,dimana malam ini adalah makam bersatunya cinta mereka.Mahen bergeser mendekati Arleta lalu merengkuh pinggang gadis yang sudah merebut hatinya itu.Arleta menoleh sambil tersenyum manis menatap Mahendra, kemudian menatap kedepan menikmati suasana malam yang indah nan romantis.Entah sudah berapa lama mereka berada di sana, sampai Arleta mulai kedinginan.“Kamu kenapa? Dingin?” tanya Mahen yang langsung mendapat anggukan dari Arleta.Mahen melepas jas yang di kenakannya lalu memakainya pada Arleta.“Kita pulang sekarang, aku gak mau kamu masuk angin nanti,” ucap Mahen sambil membantu Arleta untuk berdiri.Tidak ada kata yang keluar dari mulut Arleta, gadis itu hanya menurut saja.Sepenjang perjalanan menuju mobil tidak sedikitpun Mahen melepas pegangan tangannya. Jam menunjukan pukul dua belas malam, Mahen baru saja tiba di apartemen Arleta.“Tuan, apa anda akan meningap disini?” tanya Arleta dengan ragu-ragu.“Kenapa masih panggil aku tua
Dert!Ponsel Arleta terus bergetar namun si empunya tidak mendengar sama sekali. Arleta masih asik di depan televisi.“Astaga! Kemana dia, kenapa teleponku tidak juga diangkatnya,” keluh Mahen. Pria itu merasa sangat cemas ketika Arleta sangat susah di hubungi.“Apa ada masalah tuan?” tanya Bas ketika melihat Mahen sangat gelisah terlihat dari gestur tubuh pria itu.“Arleta tidak mengangkat telponku,” sahutnya dengan nada cemas.“Mungkin nona tidur,” jawab Bas mencoba menenangkan tuannya yang sedang gelisah.Mahen tampak diam sebentar sebelum akhirnya menganggukan kepala.“Kau benar. Mungkin dia sedang tidur,” sahutnya dengan perasaan lega.Mahen meletakan ponselnya di atas meja, kemudian pria itu lanjut memeriksa beberapa berkas yang di Bas.‘Dasar tuan bucin. Telepon tidak diangkat saja sudah kelabkan seperti itu. Hahaha…mana tuan Mahen yang jutek dan dingin itu.’ batin Bas terkikik geli.Sebagai asisten yang sudah lama membersamai mahen, pria itu sangat tahu seperti apa karakter b
Hari ini kebetulan adalah hari libur, malam tadi Mahen sudah mengatakan akan mengajak Arleta berkunjung ke tempat mamanya. Arleta sudah bangun sejak pagi, gadis itu sedang berkutat di dapur apartemen. Wangi masakan bercampur wangi kue memenuhi seisi ruangan. Dengan cekatan Arleta memasukan masakan yang sudah jadi kedalam box makanan lalu menyusunnya. Begitu juga dengan kue yang baru saja dikeluarkannya dari dalam open. Arleta melihat jam dinding yang ada di dapur. Jarum jam menunjukan pukul enam lewat lima belas menit.“Lebih baik aku bersih-bersih dulu sekarang,” ucap Arleta bermonolog sendiri. Arleta masuk kedalam kamar, kemudian berlalu masuk ke dalam kamar mandi. Guyuran air shower yang dingin membuat tubuh Arleta kembali fres, sabun beraromakan lavender kesukaannya membuat pikiran menjadi relax. ____“Cantiknya,” ucap Mahen lirih, pria itu terpaku di depan pintu kamar menatap Arleta yang baru saja selesai merias wajah. Tidak menor tidak terlalu biasa, tapi begitu pas den
Semua mata menoleh pada sumber suara dimana seorang wanita sedang menatap tajam si pemilik rumah.“Maafkan saya, nyonya,tuan. Saya sudah melarangnya masuk tapi dia memaksa,”ucap Dela dengan nafas ngos ngosan karena mengejar Serli.Ya, wanita yang sedang marah-marah adalah Serli. Entah ada angin apa yang membawa wanita ular itu kemari.“Pergilah,” sahut Mahen pada Dela.Dela mengangguk kemudian berlalu kebelakang.Setelah kepergian Dela, Mahen bangkit dari duduknya lalu berjalan menghampiri Serli yang sedang menatapnya tajam.Tatapan Mahen begitu tajam pada Serli seolah hendak menerkam wanita itu.Nyali Serli mencium menatap mata elang Mahen, perhalan wanita itu mundur. Namun sayang, tubuhnya terhenti kala menabrak tembok.“Berani kau membuat onar di rumah ini!”sentak Mahen, pria itu mencengkram erat dagu Serli.Membuat wanita itu meringis menahan sakit.“Mahen lepas, ini sangat sakit,”rengek Serli. Nyali wanita itu benar-benar ciut sekarang.Mana Serli yang datang penuh amarah?Semu