Arleta masih tidak percaya dengan apa yang dia saksikan wanita yang beberapa bulan lalu menghina bahkan berkata kasar padanya, kini berubah lembut?Entah ini betulan atau hanya sandiwara Arleta tidak tahu.Ini seperti mimpi!Lagipula Arleta heran untuk apa Mahen mengajaknya kemari? Dengan pakaian dan dandan seperti mau dinner saja.Ahk! Arleta sudah geer!Arleta menggeleng kecil, menyadarkannya dari lamunan kehaluan.Mahen mempererat pegangannya di tangan Arleta, kemudian menoleh.“Ayo,” ajaknya.Arleta mengangguk sebagai jawaban persetujuannya. Dengan penuh kewaspadaan Arleta melangkah mengikuti Mahen.Maheb mengajak Arleta duduk di dekat Sonya, terlihat Sonya tersenyum ramah pada gadis itu.“Kamu pasti takut padaku bukan? Maafkan aku, dulu pernah berbuat jahat padamu.” Sonya berbicara dengan sangat lembut, terlihat Sonya seperti menyesal telah melakukan itu.Ya, Sonya memang menyesal. Selama ini gadis yang dia bela dan percaya ternyata hanyalah seorang gadis yang suka gonta ga
Sonya menepuk keningnya sendiri begitu juga dengan Bas, sedangkan Mahen dia hanya tersenyum sambil garuk-garuk kepala yang tidak gatal.“Astaga! Kau ini. Sudah besar tapi bodoh!” Sonya mengumpati kebodohan anak bujangnya.“Ya, gimana. Jantung Mahen selalu tidak aman jika dekat dengannya ma,” adu Mahen.“Ah. !Kau nih. Mama tidak mau tahu pokoknya malam ini kau harus kasih tahu dia isi hatimu. Mama lihat gadis itu juga sepertinya suka denganmu.” goda mama dengan menaik turunkan alisnya.“Tapi ma..”“Shutt! Dia datang.” potong mama sambil meletakan tangannya di bibir.“Maaf lama,” ucap Arleta ketika kembali.“Ah, tidak masalah,” sahut Sonya.Arleta mengangguk, kemudian kembali duduk di tempat tadi.Kali ini Arleta banyak diam tidak seperti tadi perubahan itu pun Mahen sadari. Diam-diam Maheb memperhatikan setelah dari kamar mandi, matanya gadis memerah seperti habis menangis, raut wajahnya pun berubah menjadi sendu tidak seceria tadi.“Leta ikut aku,” ucap Maheb, pria itu menarik ta
Malam ini adalah malam spesial bagi keduanya,dimana malam ini adalah makam bersatunya cinta mereka.Mahen bergeser mendekati Arleta lalu merengkuh pinggang gadis yang sudah merebut hatinya itu.Arleta menoleh sambil tersenyum manis menatap Mahendra, kemudian menatap kedepan menikmati suasana malam yang indah nan romantis.Entah sudah berapa lama mereka berada di sana, sampai Arleta mulai kedinginan.“Kamu kenapa? Dingin?” tanya Mahen yang langsung mendapat anggukan dari Arleta.Mahen melepas jas yang di kenakannya lalu memakainya pada Arleta.“Kita pulang sekarang, aku gak mau kamu masuk angin nanti,” ucap Mahen sambil membantu Arleta untuk berdiri.Tidak ada kata yang keluar dari mulut Arleta, gadis itu hanya menurut saja.Sepenjang perjalanan menuju mobil tidak sedikitpun Mahen melepas pegangan tangannya. Jam menunjukan pukul dua belas malam, Mahen baru saja tiba di apartemen Arleta.“Tuan, apa anda akan meningap disini?” tanya Arleta dengan ragu-ragu.“Kenapa masih panggil aku tua
Dert!Ponsel Arleta terus bergetar namun si empunya tidak mendengar sama sekali. Arleta masih asik di depan televisi.“Astaga! Kemana dia, kenapa teleponku tidak juga diangkatnya,” keluh Mahen. Pria itu merasa sangat cemas ketika Arleta sangat susah di hubungi.“Apa ada masalah tuan?” tanya Bas ketika melihat Mahen sangat gelisah terlihat dari gestur tubuh pria itu.“Arleta tidak mengangkat telponku,” sahutnya dengan nada cemas.“Mungkin nona tidur,” jawab Bas mencoba menenangkan tuannya yang sedang gelisah.Mahen tampak diam sebentar sebelum akhirnya menganggukan kepala.“Kau benar. Mungkin dia sedang tidur,” sahutnya dengan perasaan lega.Mahen meletakan ponselnya di atas meja, kemudian pria itu lanjut memeriksa beberapa berkas yang di Bas.‘Dasar tuan bucin. Telepon tidak diangkat saja sudah kelabkan seperti itu. Hahaha…mana tuan Mahen yang jutek dan dingin itu.’ batin Bas terkikik geli.Sebagai asisten yang sudah lama membersamai mahen, pria itu sangat tahu seperti apa karakter b
Hari ini kebetulan adalah hari libur, malam tadi Mahen sudah mengatakan akan mengajak Arleta berkunjung ke tempat mamanya. Arleta sudah bangun sejak pagi, gadis itu sedang berkutat di dapur apartemen. Wangi masakan bercampur wangi kue memenuhi seisi ruangan. Dengan cekatan Arleta memasukan masakan yang sudah jadi kedalam box makanan lalu menyusunnya. Begitu juga dengan kue yang baru saja dikeluarkannya dari dalam open. Arleta melihat jam dinding yang ada di dapur. Jarum jam menunjukan pukul enam lewat lima belas menit.“Lebih baik aku bersih-bersih dulu sekarang,” ucap Arleta bermonolog sendiri. Arleta masuk kedalam kamar, kemudian berlalu masuk ke dalam kamar mandi. Guyuran air shower yang dingin membuat tubuh Arleta kembali fres, sabun beraromakan lavender kesukaannya membuat pikiran menjadi relax. ____“Cantiknya,” ucap Mahen lirih, pria itu terpaku di depan pintu kamar menatap Arleta yang baru saja selesai merias wajah. Tidak menor tidak terlalu biasa, tapi begitu pas den
Semua mata menoleh pada sumber suara dimana seorang wanita sedang menatap tajam si pemilik rumah.“Maafkan saya, nyonya,tuan. Saya sudah melarangnya masuk tapi dia memaksa,”ucap Dela dengan nafas ngos ngosan karena mengejar Serli.Ya, wanita yang sedang marah-marah adalah Serli. Entah ada angin apa yang membawa wanita ular itu kemari.“Pergilah,” sahut Mahen pada Dela.Dela mengangguk kemudian berlalu kebelakang.Setelah kepergian Dela, Mahen bangkit dari duduknya lalu berjalan menghampiri Serli yang sedang menatapnya tajam.Tatapan Mahen begitu tajam pada Serli seolah hendak menerkam wanita itu.Nyali Serli mencium menatap mata elang Mahen, perhalan wanita itu mundur. Namun sayang, tubuhnya terhenti kala menabrak tembok.“Berani kau membuat onar di rumah ini!”sentak Mahen, pria itu mencengkram erat dagu Serli.Membuat wanita itu meringis menahan sakit.“Mahen lepas, ini sangat sakit,”rengek Serli. Nyali wanita itu benar-benar ciut sekarang.Mana Serli yang datang penuh amarah?Semu
Keributan di dalam sel pun tidak dapat terelakan. Serli yang tidak terima ditegur malah menyerang orang tersebut, dia tidak tahu saja siapa yang sedang dilawannya saat ini.Plak!Brug!Mereka berdua saling serang satu sama lain.“Hajar terus,” sorak beberapa napi lainnya.Membuat Mela sang ketua geng di dalam penjara tersebut semakin gencar menghajar Serli. Begitu juga Serli walau wajahnya sudah penuh dengan cakaran,rambutnya sudah acak-acakan tidak jelas tetap saja dia tidak berhenti untuk berusaha menyerang balik lawannya.Keributan yang terjadi pun terdengar oleh polisi yang berjaga.“Berhenti!” teriak polisi tersebut sambil memukul jeruji besi menggunakan tongkat yang dibawanya.Seketika perkelahian itu berhenti.“Apa yang kalian lakukan hah!” “Berhenti berbuat onar,” tegurnya.“Dia duluan yang menyerang,” tunjuk kepala geng tersebut. Membuat Serli mendelikkan mata jengah.“Bohong! Dia duluan,” sentak Serli tidak terima.Brak!Polisi itu kembali memukulkan tongkatnya pada jeruji
“Saudara Serli atas semua perbuatan anda yang melanggar beberapa pasal. Dengan ini saya putuskan hukuman lima belas tahun penjara,” ucap Hakim membacakan putusan tangannya bergerak mengetuk palu sebanyak tiga kali.Suara ketukan palu hakim di ruang sidang membuat Serli menangis histeris gadis itu tidak terima dengan hukuman yang dijatuhkan padanya.“Tidak. Aku tidak ingin masuk penjara lagi!” jeritnya.“Kalian akan menyesal telah membuatku seperti ini.” Serli menunjuk Mahendra dan juga Bas.Mahen hanya tersenyum penuh kemenangan tak menanggapi ocehan Serli.Wanita itu terus meronta minta ketika para petugas akan membawanya kembali ke dalam sel. “Lepaskan!”“Aaa…!”Tanpa memperdulikan pemberontakan yang Serli lakukan para petugas polisi terus memaksa Serli untuk tetap berjalan. Pengacara yang diutus orang tua Serli tidak mampu berbuat apa-apa. Dari pihak penuntut memiliki begitu banyak bukti kejahatan yang pernah Serli lakukan termasuk yang terakhir kali. Semua pembelaan yang dilaku