Dia.
Alana Kendrick.Satu- satunya wanita yang menarik perhatianku.Dia terlihat seolah wanita yang susah di dekati. Namun, aku tahu.., wanita itu melakukan hal itu karena takut.Ia melakukkan segala penolakan itu sebagai perlindungan diri karena tidak mau di kecewakan.Ibarat anak kucing yang memperlihatkan cakarnya kepada orang yang di lihatnya.Sejujurnya, ia hanyalah pribadi yang lemah. Namun, ia tidak mau memperlihatkan kelemahannya itu.- Mark Dawson-Setelah beberapa hari dari; wanita itu- maksudku..., Alana Kendrick itu memeriksakan tubuhnya- tidak ada kabar lagi tentangnya.Aku sedikit memikirkannya- karena teringat, ia yang memeriksakan dirinya sendiri kerumah sakit. Aku takut jika ia pingsan- di saat tidak ada orang di sekitarnya.Sejujurnya, di data patient ada alamat rumah dan nomor telephone nya. Namun, tidak mungkin, aku harus memperhatikan satu persatu patient ku.' sudahlah!'Dari pada memikirkan patient yang baru aku temui pertama kali-setelah sekian lama selalu memeriksa patient ku karena masalah yang sama- aku memilih mendinginkan pikiranku dengan secangkir coffee- dan makanan manis, mungkin.Yah..., siapa yang akan menyangka seorang dokter tampan dan memiliki otot- otot di balik semua kulitnya akan menyukai makanan manis?Tapi; memang itulah kenyataannya.Aku memang penyuka makanan manis dan tidak suka minuman yang pahit.Coffee?Yah..., aku memang butuh coffee untuk menyegarkan mataku..., namun, aku akan memberi gula di dalam cangkirku- di tambah dengan whip cream tentu saja.Namun, saat aku hendak menikmati coffee ku. Aku mendapati jika..., patient yang menarik perhatianku.., karena datang sendiri- kini sedang bertengkar dengan seorang pria.Ia kekasihnya? Atau mungkin..., teman mainnya?Mengingat perkataan wanita itu tempo hari., aku sendiri tidak menyangka jika, wanita yang dulu tampak seperti gadis polos- akan menjadi seorang player.Abaikan!Aku harus segera menolong wanita itu; karena, tampak jika wanita itu akan di pukuli oleh pria yang sedang bersamanya.* POV Alana *Meski dokter tampan itu sedikit rese- namun, sedikitnya, aku harus berterima kasih padanya. Karena, dengan obat yang mendapatkan potongan harga sampai 100%- maksudku.., gratis- sedikitnya, aku bisa menggunakan sisa uangnya untuk membeli makanan.Awalnya aku pikir, setelah periksa hari ini aku hanya akan memakan nasi putih untuk mengganjal perutku.Sedikitnya, karena bantuan dari dokter itu, aku masih memiliki lauk- sebagai teman makananku.Aku pikir ia hanya dokter yang rese saja. Ternyata, ia benar- benar mempedulikan patient nya. Aku yakin, ia akan melakukan hal yang sama dalam membantu patient yang kurang mampu.Apa lagi, obat yang ia rujukkan benar- benar manjur- karena, esoknya, aku mulai berangsur- angsur pulih. Penglihatanku mulai normal dan aku kembali bertenaga.-Saat ini aku hanya menyendokkan nasi yang aku buat menjadi bubur dengan lauk seadanya- untuk sarapan.Sedikitnya; aku jadi merasa bersalah pernah mengatainya; Gay.Ya, sejujurnya, aku tak berhak marah kepada dokter itu. Tak heran, jika ia juga membalasku dan juga jadi mengataiku- karena, akulah yang memulai pertama.TING! Bunyi pesan dari handphone ku membuyarkan lamunku.Belum reda rasa kesalku- karena kemarin, ada pria pemaksa yang tidak bisa mengerti keadaanku- kini, ada lagi pria pemaksa lain- yang berkedok dengan status kekasih ku.Dan seperti biasa, ke obsesifannya membuatku tidak bisa menolak.Aku memilih mengiyakan. Kebetulan, uangku habis. Setidaknya, aku bisa meminta uang pada kekasih tuaku yang obsesif ini.Entah mengapa, aku jadi teringat dengan dokter yang memeriksaku- saat sakit kemarin.Berbeda dengan pria kebanyakan yang akan bemulut manis- namun, tidak mempedulikan keinginanku sama sekali dan malah membuatku harus mengerti keadaan mereka. Dokter yang memeriksaku kemarin malah bermulut tajam- namun, sejujurnya, ia begitu mempedulikan keadaanku.Meski kepeduliannya adalah kepedulian dokter kepada patient nya.Aku yang belum pernah di pedulikan sebelumnya- tentu menganggap; apa yang ia lakukan sedikitnya terasa istimewa." Kenapa melamun?" tanya Jun.Aku yang sedang bersama kekasih tuaku bahkan sampai lupa jika aku sedang kencan dengan pria tua itu. Ralat! Maksudnya menemaninya Cash On Delivery yang kebetulan- berada di lokasi tidak jauh dari sini.Setidaknya, ia masih mau bekerja yang normal dan benar." Hei! Aku bertanya padamu;mengapa kau melamun?" kesal Jun." Kau lupa? aku kemarin bilang...., kalau aku sakit!" jelasku." Sakit? Kau bahkan terlihat sehat!" kesal Jun. Aku rasa, kekasih tuaku ini sedang period. Mengapa, ia sensitive sekali belakangan ini?" Terserah kau saja!" kesalku." Mana lihat handphone mu." sekali lagi, ke obsesifan Jun membawa pikiran negative yang ia buat sendiri.Jujur, dulu, aku adalah pribadi yang setia.Namun, karena jengah akan ke obsesifannya- aku malah ingin mewujudkan prasangka buruknya.Dan mungkin, dari sanalah petualangan liarku dimulai. Saat dimana, ia selalu ingin aku selalu ada di saat ia butuh- namun, selalu membuatku mengerti keadaannya ketika ia tidak bisa membantuku- aku mulai mencari orang lain yang bisa membantu keadaanku.Abaikan!Aku memilih memberikan handphone ku kepadanya- dari pada malu karena teriakannya mulai membuat orang- orang melihat ke arah kami. Kebetulan, semua chat dan bukti lainnya- sudah aku hapus dan lainnya sudah aku sembunyikan notification chat nya- sehingga, kekasih tuaku yang gagap teknologi- tidak akan bisa mengetahui ada rahasia di dalam handphone ku." Baiklah, aku maafkan." ucap Jun ketika tidak mendapatkan apapun di dalam handphone ku.' Memaafkan? Apa salahku harus meminta maaf? Ia dan posesif nya.' heranku." Oh, iya. Boleh aku pinjam..." Jun menyebutkan nominal uang. Kebetulan aku baru sadar jika ini adalah saatnya aku mendapatkan bayaran dari karyaku. Aku saja lupa pada tanggal gajianku- orang lain malah sudah hapal tanggal dimana aku mendapatkan bayaranku." Again? Bukankah, kau baru saja mendapatkan uang?" ucapku jengah. Di saat sakit saja, ia selalu memiliki alasan ketika aku meminta bantuannya. Dan di saat aku baru saja mendapatkan gajiku- ia malah dengan tidak ada tahu malunya meminta padaku? Ia benar- benar tidak memiliki urat malu. Hanya urat kelelakian tuanya yang ia banggakan. Bagus jika bisa membuat wanita puas." Kau mau meminjami uang- atau tidak." tekan Jun.Sekali lagi, keobsesifannya membuat aku muak." NO." aku menjawab dengan tegas.Aku sedang berencana menabung untuk hadiah ulang tahun ayahku. Aku memang tidak dekat dengan orang tua kandungku- namun, aku tidak ingin membiarkan diriku sendiri memilih menjauh dari orang tuaku- itu sebabnya, aku memilih memberikan hadiah untuk ulang tahun kepada ayah kandungku itu. Di terima atau tidak- itu urusan nanti.Apa lagi, aku baru saja sembuh dari sakitku..., yang membuatku bisa sakit kapan saja dan membutuhkan uang melebihi dia yang belum tahu akan ia pakai untuk apa." Aku tanya sekali lagi; kau mau meminjamiku- atau tidak." kesal Jun." Kalau aku bilang; Tidak- itu berarti; Tidak! " jelasku.Kekasih tuaku tampak mengepalkan tangannya. Matanya tampak memerah tanda menahan marah. Hal yang selalu membuatku takut padanya. Namun, entah mengapa. Mungkin, karena aku yang terlalu jengah padanya- rasa kesalku mengalahkan rasa takutku membuatku tidak dapat menggoyahkan keputusanku." Kau tidak mau meminjamiku uang?" tanya Jun lagi kembali membuatku jengah." TIDAK." ucapku mulai menekan ucapanku." Kau bisa memilih; meminjamiku uang, atau; PUTUS." ucap Jun juga dengan penekanan." Aku memilih putus." jelasku." What?" tanya Jun." Aku memilih; PUTUS." ucapku penuh penekanan." KAU."Awalnya, aku pikir;dengan kita yang berada di tempat umum yang ramai- ia tidak akan mengangkat tangannya untuk memukulku- aku sungguh tidak menyangka jika ia akan benar- benar mulai mengangkat tangannya dan berniat memukulku.Aku sudah berniat untuk menerima rasa sakit itu.Itu sudah cukup sebagai bukti untuk meminta putus darinya- tanpa bisa di bantah pria tua itu.* POV Author*“ Apa yang kau lakukan padanya?” ucap sebuah suara yang sangat Alana kenal.Dan benar saja, saat Alana membuka matanya- ada dokter Rese yang menghalau tangan kekasih tua wanita itu.“ Siapa Kau!” kesal kekasih tua Alana.“ Aku yang seharusnya bertanya padamu; Kau ini siapa?” tanya Mark.“ Aku ini kekasihnya.” jelas kekasih tua Alana. Mark langsung melihat ke arah Alana. Sedikitnya, Mark menjadi lega. Karena, wanita itu sudah sedikit lebih baik dari pada tempo hari yang terlihat begitu buruk.Abaikan!Mark masih harus menghadapi masalah wanita itu- yang saat ini tepat ada di hadapan Mark.“ Aku bukan siapa-siapa wanita ini.” jelas Mark. Tampak, pria itu langsung menggenggam tangan Alana dan berkata;“ Namun, wanita itu berada di bawah perlindunganku.” jelas Mark lagi- sambil menyembunyikan Alana di balik tubuh pria itu.“ Kau mengatakan; tidak selingkuh. Namun, yang aku lihat ini; APA?” pekik kekasih tua itu kepada Alana.“ Aku memang bukan selingkuhan wanita yang akan m
Mark hanya tersenyum melihat Alana yang mulai makan dengan lahap begitu menu makanan non manis yang di pesan Mark di hidangkan di hadapan Alana.“ Apakah; enak?” tanya Mark.“ Maaf. Aku lapar. Karena, belum makan.” jelas Alana dengan malu.“ Belum makan?” tanya Mark.“ Ya. Karena sakit, aku tidak bisa masak dan hanya membeli di luar. Karena tidak nafsu makan, aku hanya memakan yang bisa masuk ke mulutku.” jelas Alana.“ Apa tadi, kau juga tidak sarapan?” tanya Mark.“ Aku baru mulai berangsur membaik dan mulai nafsu makan setelah meminum obat yang anda anjurkan dan kebetulan, aku baru saja bangun, saat pria tua tadi mengajakku kemari untuk mengantar barang.” jelas Alana.“ Pria tua?” tanya Mark menunjukkan smirk smile nya.“ Ya, kekasihku tadi.” jelas Alana.“ Maksudmu; mantan kekasihmu?” kekeh Mark.“ Ya...” ucap Alana ragu. Lantas, Mark mendapati jika; terdapat bekas luka di lengan wanita itu. Bukan bekas luka yang tidak di sengaja. Seperti bekas luka lama- yang sengaja dibuat- di l
*** POV Alana ***Sama.Hal yang sama ketika aku pulang kerumah adalah.., tidak ada satupun orang yang menyapaku ketika aku kembali kerumah.Tidak ada yang menjawab sapaanku ketika aku memasuki rumahku sendiri.Hanya ada angin yang berhembus-yang seolah tahu kedatanganku kembali ke rumahku sendiri.Aku menatap pada langit-langit rumahku.Pada lampu yang tidak pernah mati- hanya agar, ketika aku kembali di saat malam hari..., tidak ada kegelapan yang menyapaku-ketika aku masuk kembali ke dalam rumahku.Aku bukanlah type orang yang takut pada kegelapan-bahkan, aku selalu tidur dalam keadaan gelap. Aku hanya menjaga pandangan orang lain. Agar, orang-orang tidak perlu lagi bersimpati tanpa empati kepadaku.Aku memilih menghela nafasku-seolah membalas sapaan angin kepadaku. Meletakkan tas ku di Sofa kamar Tamu dan melepas sepatuku. Baru masuk kedalam kamarku. Aku tidak perlu menjaga rumahku dalam keadaan rapi, karena, jarang ada tamu yang berkunjung.Dan tepat pada saat aku masuk ke dalam
POV Alana.Bisa di bilang. Ini kali pertama kali aku keluar kota menggunakan motor.Aku tidak bisa mengendarai motor sebelumnya. Karena, sebelum aku benar-benar bisa mengendarai sepeda, sepedaku harus di rusakkan oleh kakakku dan sekali lagi aku yang harus mengalah karenanya.Jadilah, aku yang tidak bisa naik sepeda. Hingga aku dewasa. Dan ketika, aku di tanya;‘ Mengapa aku tidak bisa naik sepeda?’Orang tuaku hanya beralasan jika aku malas belajar naik sepeda.Sekali lagi aku memilih diam.Menyuarakan pendapatku pun...,aku hanya akan di salahkan.Namun, aku hanya akan semakin diremehkan ketika aku memilih mengalah dan tidak menyuarakan keinginanku.Aku lelah.Lelah karena selalu mengalah. Lelah karena hanya ada aku yang mengerti diriku. Mungkin, karena itulah aku memilih keluar kota. Sekalian, untuk mencari inspirasi untuk ide novel yang akan kutulis.Aku mengemas barangku. Terutama laptopku. Agar, aku bisa tetap mengerjakan karyaku. Dimana saja dan kapan saja.Ternyata, aku menda
POV MARKSetelah selesai seminar, herannya;Masih ada acara makan-makan seolah pesta yang tidak identik dengan pesta penyuluhan kesehatan.Tak heran, di dalam pesta-tentu tidak luput yang namanya Alcohol.Aku yang malas bercengkrama memilih menikmati alcohol dan makanan yang di antarkan.Sampai..., aku melihat sosok yang sedari tadi mengangguku.“ ALANA?” heranku.‘ Jadi...., apa yang kulihat tadi benar- benar Alana?’ batinku. Dan?Ia di sini sedang minum bersama orang asing?Atau jangan- jangan mereka adalah teman sepermainan Alana?Namun, melihat jika mereka terus tertawa melihat Alana yang terus minum Alcoholnya-aku yakin..., jika ada sesuatu yang di masukkan ke dalam minuman Alana.Secara Naluri-aku memilih mendatangi Alana.****Sesaat sebelum pesta dan seminar berlangsung*POV ALANASaat aku sedang melihat-lihat Alcohol di salah satu toko, ada yang tiba-tiba menepuk bahuku.‘ Siapa?’ batinku.Ternyata, hanya orang lewat yang mencari teman kencan.Ingat teman kencan-membuatku in
*POV AUTHOR*“ ALANA!” Mark segera menghentikan Alana yang sedang menenggak Alcoholnya.“ Mark?” heran Alana.“ Siapa kau?” geram pria yang mengajak kencan Alana.“ Wanita ini di bawah perlindunganku! Dan kau ini siapa?” ucap Mark langsung menggenggam tangan Alana dan langsung menyembunyikan wanita itu di belakang punggungnya.Alana hanya menatap punggung Mark yang besar dan lebar. Pria itu tidak gemuk-namun, punggung pria itu memang cukup lebar untuk tubuh Alana yang mungil.“ Aku..., aku ini kekasih wanita di belakang tubuhmu itu.” kesal pria yang mengajak Alana kencan.“ Kekasih?” heran Mark menatap Alana.“ Ia hanya mengajakku menjadi teman kencannya- karena, teman kencannya tidak bisa datang ke pesta ini.” jelas Alana- jujur. Karena, memang itulah alasan pria-yang bahkan Alana tidak tahu namanya ini, saat pria itu mengajak wanita itu berkencan.“ Ta..., tapi, kau tidak bisa seenaknya merebut ia dariku. Aku sudah membayari gaunnya yang cukup mahal.” kesal pria yang mengajak Alana
Warning!! Conten 21+“ Kau sudah lebih tenang?” tanya Mark yang memberikan segelas minuman kepada Alana.“ Maaf, saya jadi menghancurkan jas anda.” ucap Alana yang malu saat mengetahui jika, jas milik Mark basah karena air mata Alana. Beruntung, karena wanita itu tidak mengusap ingusnya di jass pria itu.“ Itu tidak masalah.” jelas Mark. Lagi pula, panitia yang menyediakan jass itu.“ Alana...” tanya Mark akhirnya.“ Ya, doc?” tanya Alana.“ Jangan panggil aku Doc- aku tidak sedang memakai jas kebesaranku.” jelas Mark.“ Iya.., ada apa Mark?” tanya Alana.“ Soal obat itu...” tanya Mark ragu.“ Apa kau sering melakukannya?” tanya Mark akhirnya.“ Tidak terlalu. Sekarang, dari pada meminum obat yang hanya akan membuatku lemas seharian, aku lebih memilih menikmati Nicotine.” ucapan Alana itu jelas membuat Mark terdiam.“ Apa..., kau pernah menjual tubuhmu.., juga karena keluargamu?” tanya Mark.“ Menjual tubuh?” tanya Alana.“ Waktu kau periksa di rumah sakit.., aku pernah mengatakan hal
Di usia kepala 3, Alana tidak lagi bisa sebebas dulu. Yang bisa tidur dimana saja dan kapanpun. Sekarang, berbeda kasur atau bantal saja, sudah membuat Alana tidak akan bisa tidur senyenyak di kasur dan bantal miliknya.Beruntung karena Alana kebal akan Alcohol-sehingga, wanita itu tidak memiliki masalah akan effect dari alcohol yang ia konsumsi ketika pengaruh Alcohol tersebut telah memudar.Alana lantas membuka matanya dan mendapati jika jam masih menunjukkan pukul 3 pagi.Di bukanya selimut yang menutupi tubuhnya.‘ Kemarin itu..., bukan mimpi?’ batin Alana yang menyadari jika tubuhnya dalam keadaan polos tanpa sehelai benangpun-kecuali selimut yang menutupi tubuhnya.Di lihatnya pria yang masih tidur di samping Alana ini. Yang sama-sama masih dalam keadaan tubuh yang polos di bawah selimut yang menutupi tubuh mereka berdua.Pria yang mengaku jika dirinya adalah gay. Namun, pria inilah yang mengerti tentang Alana- yang dapat melindungi wanita itu. Sekaligus, pria pertama yang membu