* POV Author*
“ Apa yang kau lakukan padanya?” ucap sebuah suara yang sangat Alana kenal.Dan benar saja, saat Alana membuka matanya- ada dokter Rese yang menghalau tangan kekasih tua wanita itu.“ Siapa Kau!” kesal kekasih tua Alana.“ Aku yang seharusnya bertanya padamu;Kau ini siapa?” tanya Mark.“ Aku ini kekasihnya.” jelas kekasih tua Alana. Mark langsung melihat ke arah Alana. Sedikitnya, Mark menjadi lega. Karena, wanita itu sudah sedikit lebih baik dari pada tempo hari yang terlihat begitu buruk.Abaikan!Mark masih harus menghadapi masalah wanita itu- yang saat ini tepat ada di hadapan Mark.“ Aku bukan siapa-siapa wanita ini.” jelas Mark. Tampak, pria itu langsung menggenggam tangan Alana dan berkata;“ Namun, wanita itu berada di bawah perlindunganku.” jelas Mark lagi- sambil menyembunyikan Alana di balik tubuh pria itu.“ Kau mengatakan; tidak selingkuh. Namun, yang aku lihat ini; APA?” pekik kekasih tua itu kepada Alana.“ Aku memang bukan selingkuhan wanita yang akan menjadi mantan kekasihmu ini- namun, sekali lagi aku mengatakan..., ia berada di bawah perlindunganku. Dan aku bisa saja melaporkanmu atas dasar peganiyayaan kepada wanita yang menjadi patient ku ini.” jelas Mark.“ Patient?” heran kekasih tua Alana.“ Ya, aku adalah dokter yang memeriksa kekasihmu ini. Dan kau tahu? Kemarin, ia bahkan memeriksakan dirinya sendiri tanpa adanya dirimu, yang mengaku sebagai kekasihnya.” jelas Mark membuat kekasih tua Alana terdiam dan memilih pergi setelah berdecih.Pria itu memang paling takut berhubungan dengan police.“ Apa yang anda lakukan?” tanya Alana.“ Menolongmu tentu saja, nona.” jelas Mark.“ Apa anda tidak tahu; betapa obsesive nya dia? Aku takut, jika ia malah mendatangi rumahku dan mengacau di sana!” jelas Alana memegangi kepalanya dan tampak frustasi.“ Apa sedang tidak ada siapapun di rumahmu?” tanya Mark.“ Sedang tidak ada siapapun dirumah.” jelas Alana dengan lirih.“ Kemana ayah dan adikmu?” tanya Mark yang memang, sudah tahu tentang Alana berdasarkan data diri Patient.“ Adikku bekerja di luar kota dan ayahku menemani adikku ke sana.” jelas Alana menunduk.Mark merasa, jika Alana yang ada di hadapan pria itu-berbeda dengan yang di lihatnya di rumah sakit. Waktu itu, wanita itu seolah seperti wanita yang susah di dekati. Namun, di hadapan Mark-Alana seolah wanita lemah yang sedang ketakutan sekarang.“ Apakah itu alasannya; mengapa kau datang sendiri- saat kau periksa waktu itu?” tanya Mark akhirnya. Alana mengangguk dengan lirih- seolah, apa yang di katakan Mark kembali membawa luka bagi Alana.“ Apa kau tidak menghubungi ayahmu? Jika kau sakit?” tanya Mark.“ Tentu saja, aku sudah menghubungi ayahku. Mengatakan jika aku sakit.” jelas Alana.“ So?” tanya Mark.“ Aku yang datang periksa sendiri- adalah Jawabannya.” jelas Alana.‘ Ayahku bahkan hanya menyuruhku membeli Vitamin tanpa memberiku uang.’ gumam Alana yang masih dapat di dengar Mark.Setelahnya, Mark hanya menatap ke arah wanita yang sedang menunduk agar pria di hadapannya ini tidak tahu; jika mata Alana mulai mengembun hanya karena hal sepele.Setelahnya, Mark tampak menghembuskan nafas-sebelum akhirnya menggenggam tangan Alana.“ Ap! Apa yang kau lakukan?” tanya Alana ketika tangannya di tarik oleh Mark.“ Kau tahu? Memakan makanan manis akan mengurangi stress mu.” jelas Mark- menuntun Alana ke cafe tempat tadi ia hendak menyantap coffee dan cake nya.“ Ta..., tapi...; aku tidak punya uang.” jawab Alana dengan panic. Ia memang baru saja mendapatkan bayaran. Namun, masih banyak cicilan yang harus ia bayar. Apa lagi, kemungkinan jika ayahnya pulang masih akan lama. Sementara, Alana harus menghidupi dirinya sendiri. Ia bahkan masih harus menabung untuk ulang tahun ayahnya.“ Tenang saja. Aku yang mengajakmu. Itu sebabnya, aku yang membayar bill mu.” kekeh Mark. Alana memilih hanya diam, mengikuti Mark duduk di hadapan meja Cafe dan membiarkan Mark memesankan makanan untuknya.* Setelah makanan dan minuman Alana di antar ke meja di hadapan wanita itu *Tampak, Alana yang hanya diam sambil melihat makanan yang tersedia di hadapannya.“ Kenapa? Makanlah. Aku sudah mengatakan padamu; jika semua makanan dan minuman itu gratis. Karena, aku yang akan membayar bill mu.” jelas Mark mulai mengunyah creeps red velvet itu.“ Sebelumnya, aku berterima kasih karena membelaku. Aku juga berterima kasih karena anda berusaha menghiburku. Bahkan, sampai membayarkan billku..” jelas Alana.“ So? Kenapa; kau tidak memakan makananmu dan hanya melihatnya?” tanya Mark.“ Aku tidak suka makanan manis.” jelas Alana.“ Kau? Tidak suka makanan manis?” heran Mark. Pantas saja, selain tekanan darahnya yang rendah- gula dalam darahnya juga rendah.“ ..” Alana hanya diam dan memilih mengangguk.“ Apa kau tahu? jika manusia- tidak boleh kekurangan gula dalam tubuh?” tanya Mark.“ Tapi, aku adalah keturunan penyandang diabetes.” jelas Alana.“ Lagi pula, ketika Period- aku bahkan selalu memakan gula.” jelas Alana lagi.“ Kenapa, kau memakan gula?” tanya Mark.“ Ketika period..., aku akan merasa lemas seharian. Aku dengar, gula bisa memberi banyak tenaga atau energi. Dan memang, aku jadi lebih banyak energi jika memakan lebih banyak gula.” jelas Alana.‘ Dan herannya, gula dalam darahnya tetap rendah.’ heran Mark. Pria itu lantas menatap ke arah Alana dan mengetahui alasan dari semua pertanyaan dengan jawaban yang konyol.‘ Mungkin, karena semua gula itu tidak masuk ke dalam darahnya-namun, ke dalam wajahnya.’ batin Mark yang menyadari jika di umur 30 tahun, Alana bahkan tidak memiliki keriput di wajahnya seoalah masih berumur 17 tahun.“ Kalau begitu..., aku akan memesankanmu makanan yang lain.” jelas Mark.“ Sebelum kau memesan.., bisakah kau memesan yang tidak memakai apapun berbau seafood?” tanya Alana.“ Allergic?” tanya Mark.Alana hanya mengangguk sebagai jawaban sebelum akhirnya berkata;“ Maaf, kau sudah membayari bill ku- namun, aku memiliki banyak pantangan makanan.” jelas Alana merasa bersalah.“ It's okay, itu lebih baik dari pada kau menutupinya dan malah membuat masalah.” jelas Mark kembali membacakan menu untuk Alana.Mendengarnya, Alana hanya menunduk- kali ini, ia menunduk bukan untuk menyembunyikan wajahnya yang akan menangis. Namun, senyumlah yang di sembunyikan oleh Alana.Selama ini..., sebagai wanita, ia selalu bertemu dengan pria yang bermulut manis di depannya. Namun, ternyata memiliki kepribadian seperti wanita. Yang ingin di mengerti tanpa mau mengerti. Dan Mark?Awal pertemuan mereka bukanlah awal yang baik. Namun, Mark adalah satu-satunya pria yang mempedulikan pendapat Alana melebihi orang yang telah dekat dengannya bertahun-tahun ataupun keluarga wanita itu sendiri.Mark hanya tersenyum melihat Alana yang mulai makan dengan lahap begitu menu makanan non manis yang di pesan Mark di hidangkan di hadapan Alana.“ Apakah; enak?” tanya Mark.“ Maaf. Aku lapar. Karena, belum makan.” jelas Alana dengan malu.“ Belum makan?” tanya Mark.“ Ya. Karena sakit, aku tidak bisa masak dan hanya membeli di luar. Karena tidak nafsu makan, aku hanya memakan yang bisa masuk ke mulutku.” jelas Alana.“ Apa tadi, kau juga tidak sarapan?” tanya Mark.“ Aku baru mulai berangsur membaik dan mulai nafsu makan setelah meminum obat yang anda anjurkan dan kebetulan, aku baru saja bangun, saat pria tua tadi mengajakku kemari untuk mengantar barang.” jelas Alana.“ Pria tua?” tanya Mark menunjukkan smirk smile nya.“ Ya, kekasihku tadi.” jelas Alana.“ Maksudmu; mantan kekasihmu?” kekeh Mark.“ Ya...” ucap Alana ragu. Lantas, Mark mendapati jika; terdapat bekas luka di lengan wanita itu. Bukan bekas luka yang tidak di sengaja. Seperti bekas luka lama- yang sengaja dibuat- di l
*** POV Alana ***Sama.Hal yang sama ketika aku pulang kerumah adalah.., tidak ada satupun orang yang menyapaku ketika aku kembali kerumah.Tidak ada yang menjawab sapaanku ketika aku memasuki rumahku sendiri.Hanya ada angin yang berhembus-yang seolah tahu kedatanganku kembali ke rumahku sendiri.Aku menatap pada langit-langit rumahku.Pada lampu yang tidak pernah mati- hanya agar, ketika aku kembali di saat malam hari..., tidak ada kegelapan yang menyapaku-ketika aku masuk kembali ke dalam rumahku.Aku bukanlah type orang yang takut pada kegelapan-bahkan, aku selalu tidur dalam keadaan gelap. Aku hanya menjaga pandangan orang lain. Agar, orang-orang tidak perlu lagi bersimpati tanpa empati kepadaku.Aku memilih menghela nafasku-seolah membalas sapaan angin kepadaku. Meletakkan tas ku di Sofa kamar Tamu dan melepas sepatuku. Baru masuk kedalam kamarku. Aku tidak perlu menjaga rumahku dalam keadaan rapi, karena, jarang ada tamu yang berkunjung.Dan tepat pada saat aku masuk ke dalam
POV Alana.Bisa di bilang. Ini kali pertama kali aku keluar kota menggunakan motor.Aku tidak bisa mengendarai motor sebelumnya. Karena, sebelum aku benar-benar bisa mengendarai sepeda, sepedaku harus di rusakkan oleh kakakku dan sekali lagi aku yang harus mengalah karenanya.Jadilah, aku yang tidak bisa naik sepeda. Hingga aku dewasa. Dan ketika, aku di tanya;‘ Mengapa aku tidak bisa naik sepeda?’Orang tuaku hanya beralasan jika aku malas belajar naik sepeda.Sekali lagi aku memilih diam.Menyuarakan pendapatku pun...,aku hanya akan di salahkan.Namun, aku hanya akan semakin diremehkan ketika aku memilih mengalah dan tidak menyuarakan keinginanku.Aku lelah.Lelah karena selalu mengalah. Lelah karena hanya ada aku yang mengerti diriku. Mungkin, karena itulah aku memilih keluar kota. Sekalian, untuk mencari inspirasi untuk ide novel yang akan kutulis.Aku mengemas barangku. Terutama laptopku. Agar, aku bisa tetap mengerjakan karyaku. Dimana saja dan kapan saja.Ternyata, aku menda
POV MARKSetelah selesai seminar, herannya;Masih ada acara makan-makan seolah pesta yang tidak identik dengan pesta penyuluhan kesehatan.Tak heran, di dalam pesta-tentu tidak luput yang namanya Alcohol.Aku yang malas bercengkrama memilih menikmati alcohol dan makanan yang di antarkan.Sampai..., aku melihat sosok yang sedari tadi mengangguku.“ ALANA?” heranku.‘ Jadi...., apa yang kulihat tadi benar- benar Alana?’ batinku. Dan?Ia di sini sedang minum bersama orang asing?Atau jangan- jangan mereka adalah teman sepermainan Alana?Namun, melihat jika mereka terus tertawa melihat Alana yang terus minum Alcoholnya-aku yakin..., jika ada sesuatu yang di masukkan ke dalam minuman Alana.Secara Naluri-aku memilih mendatangi Alana.****Sesaat sebelum pesta dan seminar berlangsung*POV ALANASaat aku sedang melihat-lihat Alcohol di salah satu toko, ada yang tiba-tiba menepuk bahuku.‘ Siapa?’ batinku.Ternyata, hanya orang lewat yang mencari teman kencan.Ingat teman kencan-membuatku in
*POV AUTHOR*“ ALANA!” Mark segera menghentikan Alana yang sedang menenggak Alcoholnya.“ Mark?” heran Alana.“ Siapa kau?” geram pria yang mengajak kencan Alana.“ Wanita ini di bawah perlindunganku! Dan kau ini siapa?” ucap Mark langsung menggenggam tangan Alana dan langsung menyembunyikan wanita itu di belakang punggungnya.Alana hanya menatap punggung Mark yang besar dan lebar. Pria itu tidak gemuk-namun, punggung pria itu memang cukup lebar untuk tubuh Alana yang mungil.“ Aku..., aku ini kekasih wanita di belakang tubuhmu itu.” kesal pria yang mengajak Alana kencan.“ Kekasih?” heran Mark menatap Alana.“ Ia hanya mengajakku menjadi teman kencannya- karena, teman kencannya tidak bisa datang ke pesta ini.” jelas Alana- jujur. Karena, memang itulah alasan pria-yang bahkan Alana tidak tahu namanya ini, saat pria itu mengajak wanita itu berkencan.“ Ta..., tapi, kau tidak bisa seenaknya merebut ia dariku. Aku sudah membayari gaunnya yang cukup mahal.” kesal pria yang mengajak Alana
Warning!! Conten 21+“ Kau sudah lebih tenang?” tanya Mark yang memberikan segelas minuman kepada Alana.“ Maaf, saya jadi menghancurkan jas anda.” ucap Alana yang malu saat mengetahui jika, jas milik Mark basah karena air mata Alana. Beruntung, karena wanita itu tidak mengusap ingusnya di jass pria itu.“ Itu tidak masalah.” jelas Mark. Lagi pula, panitia yang menyediakan jass itu.“ Alana...” tanya Mark akhirnya.“ Ya, doc?” tanya Alana.“ Jangan panggil aku Doc- aku tidak sedang memakai jas kebesaranku.” jelas Mark.“ Iya.., ada apa Mark?” tanya Alana.“ Soal obat itu...” tanya Mark ragu.“ Apa kau sering melakukannya?” tanya Mark akhirnya.“ Tidak terlalu. Sekarang, dari pada meminum obat yang hanya akan membuatku lemas seharian, aku lebih memilih menikmati Nicotine.” ucapan Alana itu jelas membuat Mark terdiam.“ Apa..., kau pernah menjual tubuhmu.., juga karena keluargamu?” tanya Mark.“ Menjual tubuh?” tanya Alana.“ Waktu kau periksa di rumah sakit.., aku pernah mengatakan hal
Di usia kepala 3, Alana tidak lagi bisa sebebas dulu. Yang bisa tidur dimana saja dan kapanpun. Sekarang, berbeda kasur atau bantal saja, sudah membuat Alana tidak akan bisa tidur senyenyak di kasur dan bantal miliknya.Beruntung karena Alana kebal akan Alcohol-sehingga, wanita itu tidak memiliki masalah akan effect dari alcohol yang ia konsumsi ketika pengaruh Alcohol tersebut telah memudar.Alana lantas membuka matanya dan mendapati jika jam masih menunjukkan pukul 3 pagi.Di bukanya selimut yang menutupi tubuhnya.‘ Kemarin itu..., bukan mimpi?’ batin Alana yang menyadari jika tubuhnya dalam keadaan polos tanpa sehelai benangpun-kecuali selimut yang menutupi tubuhnya.Di lihatnya pria yang masih tidur di samping Alana ini. Yang sama-sama masih dalam keadaan tubuh yang polos di bawah selimut yang menutupi tubuh mereka berdua.Pria yang mengaku jika dirinya adalah gay. Namun, pria inilah yang mengerti tentang Alana- yang dapat melindungi wanita itu. Sekaligus, pria pertama yang membu
Mark tak bisa berhenti tersenyum-ketika, melihat Alana yang tak juga berhenti tersenyum melihat keindahan kota yang sedang mereka datangi saat ini-menggunakan mobil sport dengan kap terbuka yang langsung bisa merasakan segarnya semilir angin dari kota ini.“ Kau suka?” tanya Mark.“ Ya, ini indah.” ucap Alana dengan riang.“ Kau tidak pernah kemari sebelumnya?” tanya Mark..“ Aku?” tanya Alana menunjuk dirinya sendiri.“E hem. ” jawab Mark.“ Pernah. Namun, itu saat aku masih kecil. Lebih tepatnya--saat grandma ku dan Aunt ku masih hidup. Mereka lah yang selalu mendekatkan para keluarga besar agar sesekali berkumpul dan bersenang-senang bersama. Entah ke gunung atau pantai.” jelas Alana.Mark memilih tersenyum. Dalam diamnya.., ia tahu apa arti yang di katakan Alana.Itu artinya--setelah Grandma dan Aunt nya tiada.., bisa di bilang, Alana tidak pernah lagi keluar dari cangkang yang mengekangnya yang di namakan rumah.Tak heran jika setelah sembuh dari sakitnya-wanita itu malah melajuk