Mark hanya tersenyum melihat Alana yang mulai makan dengan lahap begitu menu makanan non manis yang di pesan Mark di hidangkan di hadapan Alana.
“ Apakah; enak?” tanya Mark.“ Maaf. Aku lapar. Karena, belum makan.” jelas Alana dengan malu.“ Belum makan?” tanya Mark.“ Ya. Karena sakit, aku tidak bisa masak dan hanya membeli di luar. Karena tidak nafsu makan, aku hanya memakan yang bisa masuk ke mulutku.” jelas Alana.“ Apa tadi, kau juga tidak sarapan?” tanya Mark.“ Aku baru mulai berangsur membaik dan mulai nafsu makan setelah meminum obat yang anda anjurkan dan kebetulan, aku baru saja bangun, saat pria tua tadi mengajakku kemari untuk mengantar barang.” jelas Alana.“ Pria tua?” tanya Mark menunjukkan smirk smile nya.“ Ya, kekasihku tadi.” jelas Alana.“ Maksudmu; mantan kekasihmu?” kekeh Mark.“ Ya...” ucap Alana ragu. Lantas, Mark mendapati jika; terdapat bekas luka di lengan wanita itu. Bukan bekas luka yang tidak di sengaja. Seperti bekas luka lama- yang sengaja dibuat- di lihat dari kedalaman luka- hingga masih menyisakan bekas luka; meski itu luka lama sekalipun.Sedikitnya, Mark jadi paham; mengapa, wanita ini menjadi sedikit sensitive dengan pertanyaan perihal keluarganya.Ibu dari wanita ini selalu memeriksakan diri wanita ini saat kacil karena sakit dan alasan mengapa; ia yang tak lagi memeriksakan dirinya lagi bukan karena wanita ini yang telah sehat.Tubuhnya masih lemah- namun, tidak ada lagi yang peduli pada wanita di hadapan Mark ini- meski wanita ini sakit sekalipun.Mark jadi ingat dengan kedua orang tuanya. Bahkan, meski Mark memiliki orientasi yang menyimpang sekalipun- mereka tetap menyayangi pria itu.‘ Meski sedikit mengomel saat tahu; aku memiliki kekasih pria.’ batin Mark.Abaikan!“ By the way. Kau tidak usah khawatir; aku yakin, kekasih tuamu- tidak akan datang untuk menganggumu.” jelas Mark.“...” Alana memilih diam dan tidak menjawab karena tidak yakin.“ Atau...” Mark lalu memilih mengambil handphone nya.“ Kau bisa mencatat nomor chat ku. Kalau ada apa-apa kau bisa menghubungiku.” jelas Mark.“....” Alana kembali terdiam.“ Kenapa? Kau tidak percaya kepadaku?” tanya Mark.“ Aku hanya bingung pada anda.” jelas Alana.“ Aku?" heran Mark.“ Bagaimanapun...., Saya hanya patient yang pernah periksa pada anda hanya satu kali- itupun, saya masih sedikit menyinggung anda. Lalu? Mengapa anda masih membantu saya?” tanya Alana berusaha sopan.Mendengarnya; Mark hanya terdiam sambil menyeruput coffee hitamnya.“ Kitten.” jawab Mark asal.“ Ya?” heran Alana.“ Kau mirip dengan anak kucing yang lemah. Yang mencoba menunjukkan cakarnya karena ketakutan. Itu sebabnya, aku malah jadi tidak tega membiarkanmu sendirian.” jelas Mark membuat Alana terdiam sebelum akhirnya tertawa karenanya.“ Apaan itu.” ucap Alana tertawa geli- membuat Mark ikut tersenyum karenanya.“ Kenapa?” heran Alana karena Mark hanya menatapnya.“ Kau manis ketika tersenyum.” jelas Mark. Alana memilih menyingkirkan sulur rambutnya kebelakang telinga dan berucap.“ Anda tidak terlihat seperti Gay- karena, anda terlihat terbiasa memuji orang.” ucap Alana tertawa geli.“ Aku tidak memujimu. Aku mengatakan apa yang ingin kukatakan.” jelas Mark. Membuat Alana hanya tersenyum.“ Okay, jika kau sudah menghabiskan makananmu, ayo pulang. Kau tidak boleh terlalu lama berada di luar- karena, baru saja pulih dari sakit mu.” jelas Mark membereskan barang- barangnya.“ Oh? Baik. Tunggu sebentar. Aku akan memanggil taxi online.” jelas Alana mengambil handphone nya.“ Untuk apa memanggil Taxi?” tanya Mark.“ Apa?” heran Alana.“ Aku akan mengantarmu pulang.” jelas Mark.“ Apa? Saya tidak mau merepotkan anda, Dok. Lagi pula. Anda masih harus kembali ke rumah sakit.” jelas Alana.“ Tidak masalah. Dirumah sakit; dokter, bukan hanya ada aku saja- lagi pula, aku tidak ada jadwal operation hari ini.” jelas Mark. Mendengarnya; Alana memilih mengikuti kemana Mark melangkah.*“ Anda naik mobil?” tanya Alana- saat Mark mengarah ke arah Basement.“ Ya. By the way. Jangan memakai bahasa terlalu kaku seperti itu. Aku seperti mengantar anak di bawah umur. Apa lagi, kita hanya berbeda 4 tahun.” jelas Mark.“ 4 tahun? Benarkah?” heran Alana.“ Bukan wajahku yang terlalu tua- tapi, kau saja yang bertubuh mungil dan berwajah seperti anak- anak. Kitten.” jelas Mark yang tidak suka di sebut; tua.“ Boleh, sa.., maksudku; Aku membuka jendelanya; selama perjalanan?” tanya Alana.“ Bukankah kau baru saja sembuh dari sakitmu?” tanya Mark.“ Tapi, aku tidak bisa berada di ruangan tertutup, dok. Aku juga suka pusing pada bau wewangian yang menyengat.” jelas Alana.“ Bukankah, jika kau naik Taxi juga sama saja? Memakai Ac di ruangan tertutup yang semerbak bau parfum mobil? ” tanya Mark.“ Ya, memang.” jawab Alana.“ Apakah, itu sebabnya; kau begitu buruk saat datang ke rumah sakit?” tebak Mark.“ kurang lebih, seperti itu.” jelas Alana.“ kau memiliki claustrophobia?” tebak Mark.“ Maybe? Mungkin, itu alasan aku juga selalu pusing ketika naik lift.” jelas Alana.“ Lalu? Bagaimana kau saat naik ke lantai atas rumah sakit?” tanya Mark.“ naik tangga.” jelas Alana.Mark terdiam melihat keadaan wanita di hadapannya Ini.Tubuhnya lemah.Mudah sakit.Bahkan, memiliki banyak pantangan dalam makanan.Setelah menghela nafasnya, Mark memilih berkata;“ baiklah, aku akan mematikan AC nya. Kau bisa membuka jendelanya.” jelas Mark.“ terima kasih.” ucap Alana merasa sungkan.*Mark melihat ke arah Alana yang sedang duduk di kursi penumpang di sebelahnya.Wanita itu lebih terlihat seperti wanita pemalu dari pada seorang player.Teringat akan apa yang terjadi di rumah sakit saat wanita ini periksa. Mengapa Alana kesal saat Mark mengatakan sesuatu tentang menjual diri?Apakah; wanita di samping Mark ini benar-benar pernah menjual dirinya?Karena terpaksa?Atau di paksa?Di sisi lain, Mark sedikit penasaran pada wanita yang sedang duduk di kursi penumpang di sebelahnya ini. Namun, di sisi satunya; Mark sadar, jika pria itu tidak memiliki kewajiban untuk mengurusi masalah orang lain.*Tanpa terasa, mobil Mark telah sampai di depan kompleks perumahan milik Alana.“ Terima kasih karena telah mengantarku.” jelas Alana.“ Dimana rumah mu?” tanya Mark.“ Masih masuk ke dalam complex- karena, jalannya kecil, mobil tidak bisa masuk sampai ke dalam complex.” jelas Alana.“ Kemarin, kau masih harus jalan-sampai rumahmu?” tanya Mark.“ Ya, beruntung- aku tidak pingsan di jalan.” jelas Alana.“ ..., okay, kalau begitu. Aku akan kembali ke rumah sakit. Jangan sakit lagi.” jelas Mark.“ terima kasih sekali lagi.” jelas Alana.“ ya.” ucap Mark sebelum akhirnya memilih pergi dari complex perumahan dimana Alana tinggal.0o0*setelah ini akan ada POV Alana lho*Jangan lupa stay terus ya*** POV Alana ***Sama.Hal yang sama ketika aku pulang kerumah adalah.., tidak ada satupun orang yang menyapaku ketika aku kembali kerumah.Tidak ada yang menjawab sapaanku ketika aku memasuki rumahku sendiri.Hanya ada angin yang berhembus-yang seolah tahu kedatanganku kembali ke rumahku sendiri.Aku menatap pada langit-langit rumahku.Pada lampu yang tidak pernah mati- hanya agar, ketika aku kembali di saat malam hari..., tidak ada kegelapan yang menyapaku-ketika aku masuk kembali ke dalam rumahku.Aku bukanlah type orang yang takut pada kegelapan-bahkan, aku selalu tidur dalam keadaan gelap. Aku hanya menjaga pandangan orang lain. Agar, orang-orang tidak perlu lagi bersimpati tanpa empati kepadaku.Aku memilih menghela nafasku-seolah membalas sapaan angin kepadaku. Meletakkan tas ku di Sofa kamar Tamu dan melepas sepatuku. Baru masuk kedalam kamarku. Aku tidak perlu menjaga rumahku dalam keadaan rapi, karena, jarang ada tamu yang berkunjung.Dan tepat pada saat aku masuk ke dalam
POV Alana.Bisa di bilang. Ini kali pertama kali aku keluar kota menggunakan motor.Aku tidak bisa mengendarai motor sebelumnya. Karena, sebelum aku benar-benar bisa mengendarai sepeda, sepedaku harus di rusakkan oleh kakakku dan sekali lagi aku yang harus mengalah karenanya.Jadilah, aku yang tidak bisa naik sepeda. Hingga aku dewasa. Dan ketika, aku di tanya;‘ Mengapa aku tidak bisa naik sepeda?’Orang tuaku hanya beralasan jika aku malas belajar naik sepeda.Sekali lagi aku memilih diam.Menyuarakan pendapatku pun...,aku hanya akan di salahkan.Namun, aku hanya akan semakin diremehkan ketika aku memilih mengalah dan tidak menyuarakan keinginanku.Aku lelah.Lelah karena selalu mengalah. Lelah karena hanya ada aku yang mengerti diriku. Mungkin, karena itulah aku memilih keluar kota. Sekalian, untuk mencari inspirasi untuk ide novel yang akan kutulis.Aku mengemas barangku. Terutama laptopku. Agar, aku bisa tetap mengerjakan karyaku. Dimana saja dan kapan saja.Ternyata, aku menda
POV MARKSetelah selesai seminar, herannya;Masih ada acara makan-makan seolah pesta yang tidak identik dengan pesta penyuluhan kesehatan.Tak heran, di dalam pesta-tentu tidak luput yang namanya Alcohol.Aku yang malas bercengkrama memilih menikmati alcohol dan makanan yang di antarkan.Sampai..., aku melihat sosok yang sedari tadi mengangguku.“ ALANA?” heranku.‘ Jadi...., apa yang kulihat tadi benar- benar Alana?’ batinku. Dan?Ia di sini sedang minum bersama orang asing?Atau jangan- jangan mereka adalah teman sepermainan Alana?Namun, melihat jika mereka terus tertawa melihat Alana yang terus minum Alcoholnya-aku yakin..., jika ada sesuatu yang di masukkan ke dalam minuman Alana.Secara Naluri-aku memilih mendatangi Alana.****Sesaat sebelum pesta dan seminar berlangsung*POV ALANASaat aku sedang melihat-lihat Alcohol di salah satu toko, ada yang tiba-tiba menepuk bahuku.‘ Siapa?’ batinku.Ternyata, hanya orang lewat yang mencari teman kencan.Ingat teman kencan-membuatku in
*POV AUTHOR*“ ALANA!” Mark segera menghentikan Alana yang sedang menenggak Alcoholnya.“ Mark?” heran Alana.“ Siapa kau?” geram pria yang mengajak kencan Alana.“ Wanita ini di bawah perlindunganku! Dan kau ini siapa?” ucap Mark langsung menggenggam tangan Alana dan langsung menyembunyikan wanita itu di belakang punggungnya.Alana hanya menatap punggung Mark yang besar dan lebar. Pria itu tidak gemuk-namun, punggung pria itu memang cukup lebar untuk tubuh Alana yang mungil.“ Aku..., aku ini kekasih wanita di belakang tubuhmu itu.” kesal pria yang mengajak Alana kencan.“ Kekasih?” heran Mark menatap Alana.“ Ia hanya mengajakku menjadi teman kencannya- karena, teman kencannya tidak bisa datang ke pesta ini.” jelas Alana- jujur. Karena, memang itulah alasan pria-yang bahkan Alana tidak tahu namanya ini, saat pria itu mengajak wanita itu berkencan.“ Ta..., tapi, kau tidak bisa seenaknya merebut ia dariku. Aku sudah membayari gaunnya yang cukup mahal.” kesal pria yang mengajak Alana
Warning!! Conten 21+“ Kau sudah lebih tenang?” tanya Mark yang memberikan segelas minuman kepada Alana.“ Maaf, saya jadi menghancurkan jas anda.” ucap Alana yang malu saat mengetahui jika, jas milik Mark basah karena air mata Alana. Beruntung, karena wanita itu tidak mengusap ingusnya di jass pria itu.“ Itu tidak masalah.” jelas Mark. Lagi pula, panitia yang menyediakan jass itu.“ Alana...” tanya Mark akhirnya.“ Ya, doc?” tanya Alana.“ Jangan panggil aku Doc- aku tidak sedang memakai jas kebesaranku.” jelas Mark.“ Iya.., ada apa Mark?” tanya Alana.“ Soal obat itu...” tanya Mark ragu.“ Apa kau sering melakukannya?” tanya Mark akhirnya.“ Tidak terlalu. Sekarang, dari pada meminum obat yang hanya akan membuatku lemas seharian, aku lebih memilih menikmati Nicotine.” ucapan Alana itu jelas membuat Mark terdiam.“ Apa..., kau pernah menjual tubuhmu.., juga karena keluargamu?” tanya Mark.“ Menjual tubuh?” tanya Alana.“ Waktu kau periksa di rumah sakit.., aku pernah mengatakan hal
Di usia kepala 3, Alana tidak lagi bisa sebebas dulu. Yang bisa tidur dimana saja dan kapanpun. Sekarang, berbeda kasur atau bantal saja, sudah membuat Alana tidak akan bisa tidur senyenyak di kasur dan bantal miliknya.Beruntung karena Alana kebal akan Alcohol-sehingga, wanita itu tidak memiliki masalah akan effect dari alcohol yang ia konsumsi ketika pengaruh Alcohol tersebut telah memudar.Alana lantas membuka matanya dan mendapati jika jam masih menunjukkan pukul 3 pagi.Di bukanya selimut yang menutupi tubuhnya.‘ Kemarin itu..., bukan mimpi?’ batin Alana yang menyadari jika tubuhnya dalam keadaan polos tanpa sehelai benangpun-kecuali selimut yang menutupi tubuhnya.Di lihatnya pria yang masih tidur di samping Alana ini. Yang sama-sama masih dalam keadaan tubuh yang polos di bawah selimut yang menutupi tubuh mereka berdua.Pria yang mengaku jika dirinya adalah gay. Namun, pria inilah yang mengerti tentang Alana- yang dapat melindungi wanita itu. Sekaligus, pria pertama yang membu
Mark tak bisa berhenti tersenyum-ketika, melihat Alana yang tak juga berhenti tersenyum melihat keindahan kota yang sedang mereka datangi saat ini-menggunakan mobil sport dengan kap terbuka yang langsung bisa merasakan segarnya semilir angin dari kota ini.“ Kau suka?” tanya Mark.“ Ya, ini indah.” ucap Alana dengan riang.“ Kau tidak pernah kemari sebelumnya?” tanya Mark..“ Aku?” tanya Alana menunjuk dirinya sendiri.“E hem. ” jawab Mark.“ Pernah. Namun, itu saat aku masih kecil. Lebih tepatnya--saat grandma ku dan Aunt ku masih hidup. Mereka lah yang selalu mendekatkan para keluarga besar agar sesekali berkumpul dan bersenang-senang bersama. Entah ke gunung atau pantai.” jelas Alana.Mark memilih tersenyum. Dalam diamnya.., ia tahu apa arti yang di katakan Alana.Itu artinya--setelah Grandma dan Aunt nya tiada.., bisa di bilang, Alana tidak pernah lagi keluar dari cangkang yang mengekangnya yang di namakan rumah.Tak heran jika setelah sembuh dari sakitnya-wanita itu malah melajuk
Ada masa;Dimana, aku merasa asing dengan keluargaku sendiri.Bukannya, aku membenci keluarga kandungku sendiri.Namun, ketika aku berusaha dekat dengan mereka.Mereka seolah menjauh dan enggan dekat denganku.- Alana Kendrick -Setelahnya, Mark benar-benar mengantar Alana pulang kembali ke kota tinggal wanita itu. Tepatnya, rumah Alana. Namun, karena Mark tiba di kampung Alana sedikit lebih malam dari jam malam-membuat pria itu tidak bisa masuk ke kampung Alana-untuk mengantar wanita itu kembali ke rumahnya.“ Kampungmudi tutup?” tanya Mark yang melihat--jika, kampung Alana di tutup oleh gerbang yang mengelilingi kampung.“ Ya, sebenarnya, dulu tidak di tutup. Namun, semenjak ada salah satu warga yang motornya kemalingan-membuat, kampungku ini di tutup setiap jam malam.” jelas Alana.“ Lalu? Bagaimana, kau akan masuk ke dalam kampungmu-jika di tutup seperti ini?” heran Mark.“ Mau tidur di Apartment ku?” tanya Mark menunjukkan smirk smile nya.“ Tidak! Aku bisa menerobos dari bawah p