Warning!! Conten 21+“ Kau sudah lebih tenang?” tanya Mark yang memberikan segelas minuman kepada Alana.“ Maaf, saya jadi menghancurkan jas anda.” ucap Alana yang malu saat mengetahui jika, jas milik Mark basah karena air mata Alana. Beruntung, karena wanita itu tidak mengusap ingusnya di jass pria itu.“ Itu tidak masalah.” jelas Mark. Lagi pula, panitia yang menyediakan jass itu.“ Alana...” tanya Mark akhirnya.“ Ya, doc?” tanya Alana.“ Jangan panggil aku Doc- aku tidak sedang memakai jas kebesaranku.” jelas Mark.“ Iya.., ada apa Mark?” tanya Alana.“ Soal obat itu...” tanya Mark ragu.“ Apa kau sering melakukannya?” tanya Mark akhirnya.“ Tidak terlalu. Sekarang, dari pada meminum obat yang hanya akan membuatku lemas seharian, aku lebih memilih menikmati Nicotine.” ucapan Alana itu jelas membuat Mark terdiam.“ Apa..., kau pernah menjual tubuhmu.., juga karena keluargamu?” tanya Mark.“ Menjual tubuh?” tanya Alana.“ Waktu kau periksa di rumah sakit.., aku pernah mengatakan hal
Di usia kepala 3, Alana tidak lagi bisa sebebas dulu. Yang bisa tidur dimana saja dan kapanpun. Sekarang, berbeda kasur atau bantal saja, sudah membuat Alana tidak akan bisa tidur senyenyak di kasur dan bantal miliknya.Beruntung karena Alana kebal akan Alcohol-sehingga, wanita itu tidak memiliki masalah akan effect dari alcohol yang ia konsumsi ketika pengaruh Alcohol tersebut telah memudar.Alana lantas membuka matanya dan mendapati jika jam masih menunjukkan pukul 3 pagi.Di bukanya selimut yang menutupi tubuhnya.‘ Kemarin itu..., bukan mimpi?’ batin Alana yang menyadari jika tubuhnya dalam keadaan polos tanpa sehelai benangpun-kecuali selimut yang menutupi tubuhnya.Di lihatnya pria yang masih tidur di samping Alana ini. Yang sama-sama masih dalam keadaan tubuh yang polos di bawah selimut yang menutupi tubuh mereka berdua.Pria yang mengaku jika dirinya adalah gay. Namun, pria inilah yang mengerti tentang Alana- yang dapat melindungi wanita itu. Sekaligus, pria pertama yang membu
Mark tak bisa berhenti tersenyum-ketika, melihat Alana yang tak juga berhenti tersenyum melihat keindahan kota yang sedang mereka datangi saat ini-menggunakan mobil sport dengan kap terbuka yang langsung bisa merasakan segarnya semilir angin dari kota ini.“ Kau suka?” tanya Mark.“ Ya, ini indah.” ucap Alana dengan riang.“ Kau tidak pernah kemari sebelumnya?” tanya Mark..“ Aku?” tanya Alana menunjuk dirinya sendiri.“E hem. ” jawab Mark.“ Pernah. Namun, itu saat aku masih kecil. Lebih tepatnya--saat grandma ku dan Aunt ku masih hidup. Mereka lah yang selalu mendekatkan para keluarga besar agar sesekali berkumpul dan bersenang-senang bersama. Entah ke gunung atau pantai.” jelas Alana.Mark memilih tersenyum. Dalam diamnya.., ia tahu apa arti yang di katakan Alana.Itu artinya--setelah Grandma dan Aunt nya tiada.., bisa di bilang, Alana tidak pernah lagi keluar dari cangkang yang mengekangnya yang di namakan rumah.Tak heran jika setelah sembuh dari sakitnya-wanita itu malah melajuk
Ada masa;Dimana, aku merasa asing dengan keluargaku sendiri.Bukannya, aku membenci keluarga kandungku sendiri.Namun, ketika aku berusaha dekat dengan mereka.Mereka seolah menjauh dan enggan dekat denganku.- Alana Kendrick -Setelahnya, Mark benar-benar mengantar Alana pulang kembali ke kota tinggal wanita itu. Tepatnya, rumah Alana. Namun, karena Mark tiba di kampung Alana sedikit lebih malam dari jam malam-membuat pria itu tidak bisa masuk ke kampung Alana-untuk mengantar wanita itu kembali ke rumahnya.“ Kampungmudi tutup?” tanya Mark yang melihat--jika, kampung Alana di tutup oleh gerbang yang mengelilingi kampung.“ Ya, sebenarnya, dulu tidak di tutup. Namun, semenjak ada salah satu warga yang motornya kemalingan-membuat, kampungku ini di tutup setiap jam malam.” jelas Alana.“ Lalu? Bagaimana, kau akan masuk ke dalam kampungmu-jika di tutup seperti ini?” heran Mark.“ Mau tidur di Apartment ku?” tanya Mark menunjukkan smirk smile nya.“ Tidak! Aku bisa menerobos dari bawah p
Hari ini hujan dan Mark sedang menikmati segelas coklat hangat- ketika, ia baru saja selesai menyelesaikan operation nya di rumah sakit dan beristirahat di Apartment nya.Ia memang lebih memilih pulang ke Apartment nya dari pada pulang ke rumahnya. Selain dekat dengan rumah sakit tempat ia bekerja-pria itu memilih untuk tinggal mandiri, karena malas mendengar omelan ibunya.Dulu, orang tuanya juga mengira Mark gay dan selalu ribut meminta Mark mencari kekasih wanita. Namun, karena, tak kunjung mendapatkan kekasih- bahkan, sampai berkencan dengan Steven, membuat Mark memilih menyewa Apartment sendiri-agar ibunya tak lagi mengomelinya.‘ Mommy pasti akan senang- ketika tahu aku memiliki Alana.’ kekeh Mark.Ingat Alana...Mark lantas mengambil handphone nya untuk menghubungi wanita itu.Satu kali tidak terhubung.Dua kali masih sama.‘ Apa yang ia lakukan?’ heran Mark. Tidak mungkin menghubungi orang lain-karena, handphone nya tidak sedang dalam menghubungkan telephone lain.Mark memilih
* POV ALANA *Hari ini hujan seharian.Aku baru tertidur jam 7 pagi, karena begadang menyelesaikan karya tulisku.Aku melihat pada handphone ku yang baru saja selesai aku chargers, tapat ketika aku telah mengupload semua karya tulisku.Tidak ada pesan apapun dari Jun yang mengomeliku-ketika aku memutuskan hubungan dengannya.Aku hanya berharap..., hubunganku-dengannya benar-benar berakhir.Dia ini memang type orang yang keras kepala dan tidak mau kalah.Ia memang tidak menghubungiku. Namun, bukan karena, ia yang menyetujui untuk putus hubungan denganku.Lebih seperti..., ia ingin mencoba melihat--apakah aku bertahan atau tidak untuk tidak menghubungi pria itu?Aku tahu itu. Karena, memang begitulah dia.Sama seperti saudara jauh pria itu yang membuat marah pria itu. Pria itu pun tidak menghubungi saudara jauh karena telah membuat Jun marah-sampai; saudara jauhnya sendiri yang akan menghubunginya untuk meminta maaf.Dengan bangganya-ia mengatakan; 'Semua orang, pasti akan meminta maaf
Tak selang beberapa lama; Mark kembali menghubungi Alana.“ Aku di depan kampungmu.” ucap Mark.“ What?” heran Alana.“ Bukankah, kau bilang..., kau belum makan?” tanya Mark.“ Ya.., tapi..” ucap Alana-yang sudah melihat jam dinding di kamarnya. Tampak jika jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Mark mengajaknya makan di luar? Heran Alana.“ Tenang saja. Aku hanya membawakanmu..., makanan.” jelas Mark- yang seolah tahu keheranan Alana.“ What..? Wait minute.” ucap Alana memilih bersiap.Jangan tanya kenapa. Tak heran, ia tidak sedang memakai pakaian dalam. Ia hanya berencana untuk menyelesaikan tulisannya dan ia memang lebih suka tidur tanpa pakaian sama sekali. Dengan lampu yang di matikan tentu saja.-Setelah memakai pakaian dalamnya-Alana memilih memakai pakaian yang lebih sopan. Dan penampilannya?Biasanya, Alana malas berdandan jika hanya bertemu dengan seseorang sebentar saja. Namun, kali ini Alana memilih memakai riasan tipis yang akan hilang..., jika wanita itu mencuci mukanya
Aku lelah.Sangat lelah.Terkadang.., aku pernah berpikir.Apakah aku tidak di takdirkan bahagia?Aku juga sudah berusaha.Tidak kalah dari yang lain.Namun..., Dunia seolah tidak pernah berpihak padaku.Entah berapa banyak malam yang kuhabiskan sendirian.Berapa banyak air mata yang kutumpahkan tanpa suara.Rasa kecewa dan luka yang ada tanpa sebab.Keluarga yang kumiliki...., Hanya bisa menuntut-tanpa mengerti.Hanya bisa marah-tanpa tahu rasa sakitku.Aku bukan wanita nakal.Aku hanya menikmati nicotine untuk mengobati laraku.Menjaga diriku agar tetap waras.Entah berapa banyak luka yang kutorehkan di kulitku.Apapun...., hanya agar aku tidak jatuh dalam tangis.Aku pernah menenggak obat.Aku hanya ingin tidur.Tidur dan melepas lelahku.Namun..., bahkan, sampai detik ini aku masih ada di sini.Menunggu dia yang berjanji menemaniku.***Beruntung, karena hari ini cerah-sehingga, Mark bisa melakukan seminarnya di ruangan terbuka.Ia ingat--jika Alana memiliki claustrophobia-sehin