***
"Hajar terus! Pukul saja sampai mampus! Dasar tidak tau diri, manusia tak tau terima kasih! bukannya balas budi, malah lancang maling di pabrikku!" cerca Juragan Tono.
"Bakar saja! Biar tidak ada lagi yang berani melakukan perbuatan serupa!" teriak tiga sekelompok anak buah pabrik tersebut.
Sepasang suami istri dipukuli, hingga dibakar hidup-hidup, seluruh warga yang menyaksikan hanya bungkam. Sebagian ada yang merasa iba, sebagian lagi ada yang tersenyum lega. Kabarnya sepasang suami istri tersebut ditangkap basah oleh tiga sekelompok buruh pabrik. Konon katanya mereka ditemukan sedang melangsungkan aksi untuk mencuri kelapa yang akan dijual ke kota.
"Jangan! Jangan bakar Ayah dan Ibuku! Biadab kalian!" teriak Ayu, anak dari sepasang manusia malang itu.
"Mampus! Rasakan itu balasan setimpal!" Seluruh cacian dilontarkan Juragan Tono beserta keluarganya.
Gelak tawa terdengar seperti sedang merayakan kemenangan. Mereka dengan bangga menghabisi nyawa orang lain yang dianggap bersalah, padahal semua tuduhan itu belum jelas terbukti, hanya mendapatkan kesaksian dari tiga pria sekelompok itu.
"Ayah! Ibu!" teriak Ayu histeris melihat kedua orang tuanya sudah lenyap terbakar.
"Bawa gadis itu ke sini!" perintah Juragan Tono.
Seketika tubuh mugil Ayu dibawa paksa menghadap Juragan Tono. Saat itu Ayu berusia 17 tahun, gadis cantik berlesung pipit itu sungguh malang. Tepat di depan mata, ia menyaksikan kematian kedua orang tuanya dengan cara yang sangat sadis.
"Kau Anak dari pecundang itu, seumur hidupmu akan bekerja untukku! Tidak menerima bayaran sepersen pun," ujar Juragan Tono dengan kejam.
"Bajingan! Kau sudah menghabisi nyawa orang tuaku, sekarang bisa-bisanya kau meminta aku bekerja padamu tanpa bayaran, Cuih." Ayu meludahi wajah Juragan Tono dengan penuh amarah.
"Gadis sialan!" Sebuah tamparan mendarat di pipi mulus Ayu.
"Bunuh saja aku agar kau puas! Aku tidak akan tenang jika selama aku hidup masih melihat wajah kalian!" teriak Ayu tanpa rasa takut.
"Kurung gadis pembangkang ini, jangan beri makan tanpa seizin saya!" perintah Juragan Tono pada anak buahnya.
Ayu diseret ke sebuah tempat, kakinya dipasung hingga Ayu tidak bisa lagi berontak.
"Dengar kalian semua yang ada di sini, barang siapa diantara kalian masih ada yang berani berbuat curang atau melanggar aturan yang saya buat, maka siap-siap menyusul Amir dan Asih yang terbakar menjadi abu ini!" Ancam Juragan Tono pada warga desa.
Seluruh warga yang hadir hanya bisa menundukkan wajah menyaksikan pembunuhan sadis itu. Tidak ada satu pun yang berani membuka suara, apa lagi Desa Kenanga ini adalah wilayah kekuasaan Juragan Tono. Petugas daerah pun tidak memiliki akses yang bebas untuk masuk ke Desa ini, semua sudah diatur oleh Juragan Tono.
Dengan kekayaan dan kekuasaan yang Juragan Tono miliki, membuat dirinya merasa sombong hingga ia bisa melakukan apapun sesuka hatinya.
Seandainya warga Desa semuanya kompak melaporkan masalah ini, mungkin saja kasus pembunuhan sadis pada Amir dan Asih itu bisa diangkat ke meja hijau, sayangnya penduduk desa merasa bergantung hidup pada Juragan Tono, hingga mereka tidak ingin ikut campur dan mengambil risiko.
***
"Cambuk gadis ini!" perintah Juragan Tono.
Tole, Joko, dan Dodo membabi buta menghajar Ayu dalam pasungan itu.
Cambukan demi cambukan dihantamkan dengan begitu ganas ke tubuh lemah Ayu.
"Cukup!"
Tiga pria berbadan kekar itu berhenti atas perintah Juragan Tono.
Ayu sudah tergeletak tak berdaya, Juragan Tono berjongkok dan berbisik di telinga Ayu, "kau akan saya bebaskan jika bersedia menjadi istri kedua saya."
"Jangan mimpi!" bentak Ayu dengan suara yang bergetar.
"Kalau begitu persiapkan diri untuk menerima siksaan setiap hari!"
Juragan Tono meninggalkan Ayu sendirian di dalam gudang yang gelap dan tak layak huni itu.
Hari demi hari Ayu menjalani hukuman, bahkan tenaganya yang terkuras sebagai buruh Pabrik kelapa tidak mendapat upah sama sekali, hanya diberi makan seadanya.
Tole, Joko, dan Dodo sering diperintahkan untuk memberi tawaran pada Ayu agar ia bisa bebas dari segala siksaan itu. Namun, Ayu selalu saja menolak.
"Terima saja pinangan Juragan Tono, agar hidupmu tidak menderita seperti ini," ujar Joko.
Tole dan Dodo tertawa lepas mendengar ucapan Joko, sementara Ayu menatap dengan sinis sambil berkata, "lebih baik mati ketimbang harus hidup dengan iblis!"
"Lancang!" teriak Juragan Tono yang tiba-tiba muncul. "Cepat seret gadis pembangkang ini ke pohon samping pabrik itu, ikat tubuhnya di sana!"
Ketiga anak buah Juragan Tono dengan sigap menerima perintah.
Tubuh Ayu ditarik paksa, hingga sampai ke sebuah pohon besar yang sangat rimbun.
"Biarkan dia sampai pagi di sini!"
Setelah mengikat Ayu di pohon, mereka semua bergegas pergi.
Buruh Pabrik yang berada di gubuk dekat pohon tersebut, hanya berani mengintip di balik celah lubang saja, tidak satu pun yang menampakkan batang hidungnya keluar.
Ayu sudah pasrah, tidak ada ketakutan lagi di dalam dirinya semenjak kematian kedua orang tuanya itu.
Ketika pagi datang, silau sinar sang Surya menyadarkan Ayu dari tidurnya. Tubuh yang lemah terikat, wajah yang cantiknya sudah tak terlihat, akibat kotoran debu yang menempel selama Ayu di sekap di dalam gudang.
"Lepaskan gadis pembangkang ini, sudah saatnya ia bekerja untukku!" Perintah Juragan Tono yang sudah datang bersama tiga anak buahnya.
Ayu ambruk ke tanah saat ikatan itu dilepaskan. Semalam ia diikat dengan posisi berdiri, bayangkan saja bagaimana menahan lelahnya tidur dalam posisi tersebut.
"Bagaimana ini Juragan?" tanya Tole bingung ketika melihat Ayu tak sadarkan diri.
"Bawa kembali ke dalam gudang, beri makan serta panggilkan Mak Sum untuk memeriksa kondisinya! Saya tidak ingin gadis pembangkang ini mati dengan begitu saja."
Tiga anak buahnya menurut dan mengangkat Ayu menuju ke dalam gudang.
Selang beberapa waktu, ketika Ayu sudah dibaringkan, Mak Sum pun datang untuk memeriksa gadis malang itu.
"Silahkan kalian keluar dulu!" perintah Mak Sum.
Tiga sekelompok itu menurut dan bergegas keluar, Mak Sum memeriksa denyut nadi Ayu terlebih dahulu.
"Syukurlah hanya pingsan," gumam Mak Sum.
Setelah memberikan ramuan, kini Ayu perlahan sadar, Mak Sum segera memberikan Ayu makanan yang sudah disediakan oleh anak buah Juragan Tono.
"Makanlah, kau harus tetap bertahan," ucap Mak Sum penuh arti.
Ayu hanya mengangguk, tersirat di matanya sebuah sinar harapan. Mak Sum mengerti apa yang sekarang ada dalam benak gadis malang ini.
Setelah selesai, Mak Sum segera pergi, dan Juragan Tono menghampiri Ayu kembali.
"Mulai saat ini, kamu sudah harus bekerja untukku," ujarnya menatap Ayu tajam.
***
"Ayu ..." Tegur Dewi yang mengejutkan lamunan Ayu.
"Iya," sahut Ayu datar.
"Jangan suka melamun pada jam kerja begini, nanti Juragan Tono bisa murka lagi padamu," ujar Dewi mengingatkan.
"Aku tidak peduli," jawab Ayu cuek.
Semenjak kejadian tiga tahun silam, Ayu berubah menjadi gadis yang cuek, tidak pernah menangis ataupun tertawa. Dia sekarang terkesan kaku, dingin, dan sulit ditebak.
Ayu menjalani hari-harinya sebagai buruh pencongkel kelapa di Pabrik Juragan Tono. Seorang Juragan yang kikir dan juga kejam. Setiap hari ada saja yang dihajar oleh anak buah Juragan Tono, jika hasil kerja yang dilakukan buruh kurang memuaskan.
***
Sementara itu Juragan Tono menjual hasil kelapa yang sudah diolahnya ke kota, tentunya perusahaan yang bekerja sama dengan Juragan Tono jauh lebih besar, karena dari kelas pun sudah pasti berbeda, Juragan Tono memang yang terkaya di Desa. Namun, bagi pemilik perusahaan yang di kota, Pabrik dan kekayaan Juragan Tono belum ada apa-apanya.
Hari itu seorang pemilik perusahaan penampung hasil olahan Juragan Tono yang di kota, mendengar kabar miring dari Desa, Aldo mendengar tentang kekejaman dari Juragan Tono tersebut.
Aldo Wijaya Suningrat, pria muda yang merupakan pemilik PT. INDAH BERJAYA, seorang pria yang sukses dan terkenal di Kota.
Aldo berinisiatif untuk mencari tahu kebenaran dari kabar miring itu. Bahkan Aldo sudah mendengar peristiwa sadis yang membakar Amir dan Asih tiga tahun silam.
"Danu, saya serahkan segala tugas perusahaan ini padamu, tolong jalankan dengan baik, saya akan pergi ke Desa tersebut, tetapi saya akan menyamar menjadi kamu di sana agar tidak ada satu pun yang bersikap palsu, saya tidak ingin mereka menghormati saya hanya karena mengetahui bahwa saya ini adalah seorang CEO serta pemilik lima perusahaan terbesar di kota," papar Aldo dengan jelas.
"Baik Tuan Muda, saya akan menjalankan amanah Tuan Muda dengan benar," sahut Danu.
"Bagus, kamu memang sahabat serta rekan kerja yang ideal," puji Aldo.
"Terima kasih, Tuan Muda, saya harap Tuan Muda selalu memberi kabar, di sana terlalu bahaya untuk kalangan bawah, terlebih lagi Tuan Muda ke sana dengan menyamar menjadi orang biasa," ujar Danu khawatir.
"Tenang saja, saya akan memberikan kabar jika terjadi sesuatu."
Aldo berangkat menuju Desa kecil tersebut. Aldo juga sudah mempersiapkan data diri yang palsu, untuk melamar kerja di Pabrik Juragan Tono.
Perjalanan yang ditempuh kurang lebih tujuh jam, Aldo diantarkan oleh sopir. Namun, ternyata mobil tidak bisa sampai ke dalam desa tersebut.
"Pak Samsul silahkan kembali, saya akan berjalan kaki masuk kedalam," ucap Aldo pada sopirnya.
"Tuan muda yakin masuk ke dalam sana berjalan kaki?" tanya Pak Samsul penuh kecemasan.
"Iya, Pak. Saya akan mencari bantuan nanti, sekarang silahkan Bapak pergi, sebelum ada yang mencurigai saya," papar Aldo.
Seperginya Pak Samsul dari tempat itu, dengan santai Aldo berjalan menyusuri desa, sungguh desa yang damai baginya.
''Apa iya, desa ini penuh pertumpahan darah seperti kabar miringnya? Aku harap itu hanya isu belaka, karena jika itu benar terjadi, tentunya masalah ini akan ditangani pihak berwajib. Namun, nyatanya sampai hari ini tidak ada kejelasan pasti tentang kabar yang aku dengar itu,'' batin Aldo sambil berjalan.
Aldo terus menelusuri jalan menuju Desa Kenanga dengan berjalan kaki, setelah kurang lebih berjalan selama satu jam, akhrinya Aldo menemukan sebuah Pabrik yang ia cari yaitu Pabrik Juragan Tono.
Bersambung.
***Aldo mendekati penjaga Pabrik tersebut, berbeda dengan di kota, jika di kota akan dijaga oleh Satpam sebagai petugas keamanan. Namun, di desa ini terlihat tiga orang penjaga seperti preman."Permisi, apa benar ini Pabrik terbesar satu-satunya di desa ini?" tanya Aldo berbasa-basi."Ya, kamu siapa? Sepertinya bukan berasal dari desa sini," ucap salah seorang penjaga itu."Nama saya Danu, saya dari desa lain, maksud saya kemari ingin ikut bekerja di sini," papar Aldo yang memulai aksinya menyamar."Hmm, baiklah ... ayo ikut saya menemui Juragan Tono!" ajak penjaga itu.Aldo pun mengikuti langkah pria berbadan kekar tersebut. Terlihat banyak para pekerja berbagai kalangan, ada yang sudah sangat senja usianya, ada pula yang masih belia, pria dan wanita semua terlihat fokus menjalankan pekerjaannya.Seketika Aldo melirik seorang wanita yang tampak sangat berbeda, wajahnya cantik, matanya hitam pekat nan tajam. Namun, terkesan din
***Ayu kesulitan mencongkel kelapa karena tangannya yang memar, serta banyak bekas luka itu."Yu, nanti jam istirahat biar saya obatin luka di tanganmu ya," ucap Dewi dengan tulus.Ayu hanya menggeleng tanda tidak setuju, namun Dewi tidak pernah menyerah, baginya Ayu adalah seorang teman terbaik, walau Ayu sering mengabaikannya."Danu! Apa kau tidak pernah bekerja sebelumnya? tanya Juragan Tono dengan keras."Saya memang baru pertama kalinya melakukan perkerjaan seperti ini Juragan," jawab Aldo jujur."Dasar! Sudah miskin, belagu pula! Kerjakan lebih cepat lagi atau gajihmu akan saya potong!" bentak Juragan Tono.Aldo terlihat kesusahan menjalani pekerjaannya, bagaimana tidak, Aldo seorang CEO, serta pemilik lima sekaligus perusahaan ternama, kini malah menyamar menjadi seorang buruh pencongkel kelapa.Juragan Tono berlalu dari hadapan Aldo, kini langkahnya mulai mendekati Ayu.
***Ayu terus diseret paksa oleh anak buah Juragan Tono tersebut, Aldo mengikuti dengan sembunyi-sembunyi."Kau akan tetap dipasung sampai besok pagi," ucap Dodo sambil mendorong tubuh Ayu ke lantai.Tiga sekelompok itu pun kembali ke gubuk masing-masing, Aldo yang masih memantau, kini mencoba melihat kondisi Ayu.Ternyata Ayu sudah bersandar dengan begitu lemah, lima cabukan serta dua kali tamparan mengenai tubuh Ayu yang mungil, bahkan Ayu tidak diizinkan makan sampai besok pagi.Aldo menghampiri Ayu dan masuk mengunci pintu dari dalam."Bertahanlah, saya akan membawakanmu makanan nanti malam," ucap Aldo."Pergi dari sini!" usir Ayu tanpa ekspresi."Saya hanya ingin membantumu, jangan takut, saya bukan orang jahat," papar Aldo yang berusaha meyakinkan Ayu."Saya tidak pernah merasa takut, pergilah!" Ayu berkata dengan lemah.Aldo menuruti perkataan Ayu, dengan berat hati Aldo te
***Ketiga anak buah Juragan Tono saling sikut, melihat Juragannya sedang merasa di atas awan, sementara Aldo masih tidak mengerti dengan jalan fikiran gadis misterius itu."Kenapa tidak sedari dulu saja kau terima pinanganku? Asal kau tau Ayu, hatiku sakit ketika harus menyiksamu, namun kau terlalu pembangkang," ujar Juragan Tono yang mulai memperhalus cara bicaranya pada Ayu."Saya baru menyadarinya," sahut Ayu datar."Tidak masalah sayang! Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali," ucap Juragan Tono lagi.Ayu tersenyum getir mendengar penuturan Juragan Tono tersebut.Aldo yang masih mendengarkan, sontak tambah bergetar, terlebih lagi Aldo baru pertama kalinya melihat Ayu sedikit tersenyum."Kenapa jantungku berdebar kencang saat melihat senyumnya, rasanya seperti membiusku," batin Aldo.Itu memang senyuman pertama Ayu setelah kematian kedua orang tuanya. Lesung pipit di wajah cantiknya kembali terlihat saat ia
***Malam itu adalah awal dari bangkitnya sebuah dendam, Juragan Tono dan Sri istrinya itu saling berjauhan.Semenjak malam itu yang ada dipikiran juragan Tono hanyalah Ayu.Seperti biasanya, Ayu datang dengan terlambat ke Pabrik, namun tak ada satu pun dari anak buah Juragan Tono yang berani menghukum Ayu."Ayu, cepatlah ke sini!" Perintah Dewi yang khawatir jika Ayu dihukum lagi.Ayu hanya mengangguk, sementara Aldo yang mengetahui percakapan semalam, merasa sangat kesal. Ia kesal karena Ayu menerima tawaran dari Juragan Tono."Kang, matanya melotot ke arah sana terus," goda seseorang yang berada di sebelah Aldo."Saya cuma takut kalau gadis itu dihukum lagi, gak tega liatnya," ujar Aldo yang mencoba berkilah.Tidak lama kemudian, Juragan Tono muncul bersama dengan istrinya. Semua buruh pabrik memandang dengan heran, karena Juragan Tono dan Sri terlihat babak belur, bahkan ketiga anak buahnya pun sama.Namun, tid
*** Tubuh Aldo yang terkena cambukan terasa begitu perih, hingga Aldo tidak bisa tidur dengan nyenyak. "Sial! Ayu lebih membela Juragan brengsek itu," gumam Aldo. Sementara Sri merencanakan sesuatu untuk memberi Ayu pelajaran. Sri pergi ke ujung desa, ia menemui dua orang laki-laki yang berbadan kekar. Dua laki-laki tersebut adalah mantan anak buah Juragan Tono, yang bernama Sarif dan Sarmin, mereka dipecat dengan sadis oleh Juragan Tono. "Lakukan seperti yang saya perintahkan! Ini uang muka ... untuk pekerjaan kalian, jika berhasil saya akan bayar dengan jumlah yang besar!" perintah Sri pada Sarif dan Sarmin. "Baik, Bu Juragan," sahut Sarif dan Sarmin bersamaan. Sri bergegas kembali ke rumah, sebelum ada yang melihatnya di ujung desa. Jalan yang ditempuh Sri sangat gelap, ia sengaja pergi malam-malam agar tidak ada yang melihatnya. Sampai di bangunan mewah yang hanya dimiliki Juragan Tono itu, Sri langsung masuk
***Dua hari berlalu, Ayu belum ditemukan keberadaannya.Aldo dan Dewi sangat cemas.Sementara Juragan Tono sudah sangat marah, Sri yang bahagia merasa ia telah memenangkan permainan."Dasar tidak berguna kalian semua! Mencari satu perempuan saja tidak becus!" bentak Juragan Tono pada anak buahnya, serta buruh Pabrik.Tidak ada yang berani membuka suara. Semua hanya menunduk, mendengarkan kemarahan Juragan Tono.Ketika Juragan Tono masih mencaci maki seluruh anak buahnya, tiba-tiba Ayu datang dengan berlari seperti orang ketakutan."Juragan ...!" teriak Ayu memanggil Juragan Tono.Semua yang ada di sana sontak terkejut melihat Ayu sudah kembali, Sri melotot tak percaya, bagaimana bisa Ayu kembali lagi."Ayu! Apa yang terjadi? Kenapa kau terlihat berantakan seperti ini," tanya Juragan Tono dengan amarah yang mulai mereda."Sa-saya diculik, Juragan," sahut Ayu.Aldo yang mendengar jawaban Ayu itu, merasa sang
***Juragan Tono datang, mengecek pekerjaan para buruhnya. Ia melihat Ayu tengah duduk di sebelah Dewi, Juragan Tono pun tersenyum ke arah Ayu."Apa kamu bosan berdiam diri saja?" tanya Juragan Tono pada Ayu."Iya, Juragan," sahut Ayu datar."Baiklah, mulai hari ini kamu bisa menggantikan tugas Sri, dalam menghitung semua pemasukan serta pengeluaran uang Pabrik ini," papar Juragan Tono.Sri yang sedang duduk manis memegang semua keuangan Pabrik, kini sudah berubah ekspresi. Matanya melotot dengan sangat besar, mulutnya terbuka lebar. Ia sangat terkejut mendengar keputusan gila suaminya itu.Dewi yang mendengar itu hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. Ia sungguh tidak percaya keajaiban apa yang sedang terjadi ini.Sementara Aldo berusaha terlihat biasa-biasa saja, agar tidak ada yang menaruh curiga."Tapi bagaimana dengan, Bu Juragan Sri?" tanya Ayu sengaja memancing keributan."Sri b
Harga diri laki-laki.Part: 11.***Delisa diantarkan pulang ke rumah. Mikayla menyambut dengan antusias.Ia memeluk sang putri begitu erat. Lalu tersadar Delisa memegangi boneka pemberian Maya.Mikayla langsung marah dan merampasnya."Buang boneka jelek ini, Delisa! Mami tak suka melihatnya!" hardik Mikayla.Delisa menangis karena boneka kesayangannya itu terpental jauh keluar."Mikayla! Kau sungguh keterlaluan!" bentak Gio."Aku keterlaluan, Mas? Apa Mas tak salah bicara? Delisa adalah putriku, kenapa Mas membuatnya dekat dengan wanita lain? Kalau Mas ingin hidup dengan Maya silakan! Tapi, jangan pernah bawa Delisa lagi!""Delisa ambil boneka itu dan masuk ke dalam kamar ya, Nak! Papi mau bicara dengan Mani," ujar Gio.Delisa menurut. Ia dengan cepat mengambil kembali boneka dari Maya, laku membawanya masuk ke dalam kamar."Mas, aku sudah menerima keputusanmu untuk bercerai. Kita akan segera bertemu di pengadilan. Tapi, hak asuh Delisa tentu akan menjadi milikku. Lagi pula, Mas send
Harga diri laki-laki.Part: 10.***Mikayla terus menanamkan rasa benci di hati Delisa pada Maya. Gadis kecil itu tak tahu kalau kalau sebenarnya Mami yang ia bela justru lebih dalam menoreh luka."Delisa, sayang ... sebentar lagi Papimu akan datang. Ini waktunya Delisa membuat Papi memilih kita! Mami tak mau berpisah dengan Papi. Delisa juga tak mau kan sayang?" "Iya, Mi. Delisa tak mau Papi memilih Tante jahat itu!"Mikayla tersenyum senang. Ia berharap rencananya kali ini berhasil.Tak lama kemudian bel rumah berbunyi. Gio datang dengan wajah cemasnya."Papi, Delisa tak mau melihat Papi bersama Tante jahat itu lagi," ujar Delisa.Mikayla hanya diam dan seolah tak mendengar perkataan Putrinya."Kenapa Delisa bicara begitu, sayang? Tante Maya itu adalah Tante Delisa. Dia tidak jahat," sahut Gio lembut.Gio melempar pandangan ke arah Mikayla. Ia tahu, pasti semua yang dikatakan Delisa adalah ajaran darinya."Tidak, Papi! Tante itu bukan Tante Delisa! Dia jahat! Dia sudah merebut Papi
Harga diri laki-laki.Part: 9***Gio pindah ke sebuah apartemen yang telah berhasil ia beli. Saat hendak memejamkan mata, bayangan peristiwa satu tahun yang lalu kembali muncul dalam memori otaknya.Saat itu Gio baru pulang dari luar kota. Ia memang pulang lebih awal dari rencananya.Suasana rumah begitu sepi. Gio berpikir kalau Delisa sudah pasti sudah tidur. Gio yang ingin memberi kejutan pada sang istri, masuk ke dalam rumah secara diam-diam dengan menggunakan kunci cadangan yang ia bawa.Namun, malah sebaliknya. Gio yang dibuat begitu terkejut ketika mendapati sang istri sedang bersama pria lain di dalam kamar mereka."Mikayla!" hardik Gio.Mikayla yang tengah terkapar lemah di bawah selimut menjadi pucat karena terkejut."Bajingan!"Gio menarik pria yang bersama Mikayla. Pukulan bertubi-tubi Gio layangkan pada pemuda yang bernama Hendri itu."Mati kau pecundang!" maki Gio.Hendri terluka parah, tapi ia pun sempat membalas Gio hingga kening Gio berdarah."Mas, cukup! Ampun, Mas
Harga diri laki-laki.Part: 8***"Mas," lirih Mikayla mendekat.Gio bergeming, tatapannya kosong ke depan."Mas, apa memang tak ada tempat bagiku dalam hatimu lagi, Mas? Aku bersedia melakukan apa saja, asal Mas melupakan kesalahan besarku di masa lalu," papar Mikayla.Lastri juga turut mendekat ke arah Mikayla dan menepuk lembut pundak sang menantu kesayangan."Maaf, tapi aku sungguh tak bisa melupakan kejadian itu, Mikayla. Walau sudah setahun berlalu, bayangan saat melihat kau tengah satu ranjang dengan laki-laki itu selalu terngiang dalam ingatanku. Aku tidak sudi menyentuhmu lagi. Aku merasa begitu geli dan menjinjikkan ketika membayangkan peristiwa silam."Mikayla sangat terpukul dengan pernyataan sang suami. Tubuhnya goyah, bahkan hampir tersungkur ke lantai. Namun, Lastri dengan sigap memeluk menantu tersayangnya."Diam kau Gio!" hardik Lastri."Mama yang diam!" sambung Reno."Selama ini Papa selalu mengalah pada Mama. Tepat di mana harga diri Gio, putra satu-satunya yang Pap
Harga diri laki-laki.Part: 7***Lastri pulang ke rumahnya, menceritakan masalah ini pada Reno, sang suami."Pa, ternyata Mas Arkan memiliki istri lain sebelum menikahi Mery."Reno terkejut hingga membuat ekspresi wajah tuanya semakin lucu."Jangan ngada-ngada, Ma.""Papa gak percayaan banget sih. Tadi Mama baru saja dari rumah istri pertama Mas Arkan, dia juga memiliki seorang putri. Yang mengkhawatirkan, putrinya itu sedang dekat dengan Gio," papar Lastri antusias."Kok bisa, Ma? Kenapa selama ini tak ada berita sama sekali tentang Anak dan istri Mas Arkan itu? Harusnya putri dari istri pertamanya juga diakui di depan publik.""Ngapain pakai diakui segala. Mereka itu beda kelas dengan Mbak Mery, Pa. Pastinya Mas Arkan lebih memilih berlian lah dari pada butiran debu begitu," cibir Lastri.Reno menggeleng-geleng heran. Istrinya tak pernah berubah. Semua hanya diukur dengan harta."Terserah Mama saja. Papa malah penasaran dengan sosok saudari Mikayla itu.""Jangan katakan saudari Mik
Harga diri laki-laki.Part: 6***"Tenang dulu, Ma. Aku butuh dukungan Mama saat ini. Aku tidak rela kehilangan Mas Gio," ujar Mikayla."Mama akan selalu ada di pihakmu, sayang."Lastri kembali memeluk Mikayla.--Sementara di sisi lain, Maya juga tengah memeluk tubuh sang Ibu."May, maafkan Ibu, Nak. Seharusnya dulu Ibu bisa mempertahankan kebahagiaanmu," lirih Asih."Ini bukan salah Ibu. Namun, yang aku sesali sekarang, kenapa harus istri dari Tuan Gio yang menjadi Adik tiriku, Bu. Kenapa?Asih perlahan merenggangkan pelukannya. "Ada apa, Nak?"Maya menarik napas panjang, mata indah itu tertutup beberapa detik sebelum bersuara kembali."Tuan Gio selalu mendekatiku di kantor, Bu. Aku sudah berusaha menjauhinya. Walaupun tak ada tindakan yang berlebihan selain makan siang. Namun, hal itu berlangsung selama dua bulan ini."Asih mengerutkan keningnya sambil berpikir. "Apa mungkin Gio menyukaimu?""Aku tak tahu, Bu.""Kalau benar, maka jauhilah, Nak! Sakit hati Ibu memang sangat dalam,
Harga diri laki-laki.Part: 5***Maya mencoba menyadarkan Mikayla. Sedangkan Asih tak peduli sama sekali. Luka di hati wanita paruh baya itu sudah berkarat. Hingga untuk melunturkannya butuh waktu lama, bahkan tak akan mungkin bisa kembali pulih."Tuan, tolong ambilkan minyak angin yang ada di atas meja itu!" Gio dengan sigap bergerak. Maya mengoleskan ke hidung, dan bagian belakang leher Mikayla. Perlahan Mikayla mulai sadar, Maya juga memberikan minum."Minum dulu! Kamu pasti syok," ujar Maya.Mikayla meneteskan air mata, ia duduk dan langsung memeluk Asih dengan erat."Maafkan saya, Bu. Saya tidak tahu kalau ternyata Ayah dan Bunda saya pernah menoreh luka begitu dalam pada keluarga Ibu," lirih Mikayla terisak.Asih bergeming, ia tak membalas pelukan Mikayla. Dalam hati Asih pun ikut menangis.Siapa yang harus dipersalahkan?Mikayla?Bukankah Mikayla tak tahu apa-apa?"Sekarang kamu sudah tahu semuanya. Lalu apa tanggapanmu?" tanya Maya datar.Mikayla melepaskan pelukannya, dan
Judul: Harga diri laki-laki.Part: 4***Pagi harinya, Gio bangun dengan disambut wajah cemberut oleh Delisa."Hey, Anak Papi! Kenapa wajahnya masam di pagi hari ini?" tanya Gio sambil menaikan Delisa di atas pangkuannya."Delisa marah sama Papi," ujar Delisa."Lho, marah kenapa?" Gio menautkan alisnya menanggapi ucapan putri tercinta."Tadi malam Delisa sudah siap-siap buat makan di luar, tapi Papi malah tidur cepat.""Oh, jadi itu alasan Delisa marah?""Iya."Mikayla hanya mendengarkan sambil tersenyum."Baiklah, sayang. Sebagai tanda maaf Papi. Hari ini kita jalan-jalan sampai sore. Mumpung wekeend," ujar Gio."Beneran, Pi? Asyik! Mami siap-siap yuk!" ajak Delisa antusias.Mikayla ikut senang. Ia dan Delisa langsung bergegas untuk bersiap.Sedangkan Gio hanya berniat membahagiakan putrinya.--Kini Gio, Mikayla dan Delisa bermain di area taman. Tak jauh dari sana juga ada restoran. "Sayang, kita makan siang dulu yuk!" ajak Gio pada Delisa."Ayo, Pi." Sementara Mikayla seperti ta
Judul: Harga diri laki-laki.Part: 3***"Bu, boleh aku menanyakan sesuatu?" tanya Maya pada Ibunya."Tanyakan saja, Nak!"Maya menarik nafas berat, kemudian bertanya. "Dimana kuburan Ayah?"Asih bergeming, seketika mata tua itu langsung berembun.Maya tahu, sang Ibu pasti tak suka membahas soal ini. Namun, Maya sangat penasaran."Baiklah, Maya. Ibu rasa ini sudah waktunya memberitahumu," ucap Asih.Maya mendengarkan dengan serius."Ibu akan mengantarkanmu ke tempat pemakamannya besok. Setelah itu tidak perlu menanyakan tentang Ayahmu lagi pada Ibu.""Maafkan aku, Bu. Sebagai seorang Anak, aku hanya ingin mengunjungi Ayahku. Walaupun kenyataannya Ayah sudah berbuat tidak adil pada kita. Namun, Ayah sudah tak ada. Bukankah sebaiknya kita memaafkan kesalahannya?"Asih Terdiam. Sakit hatinya masih belum hilang. Saat itu Arkan Santosa sukses dalam usahanya. Kehidupan Asih dan keluarga berubah drastis.Maya yang berusia dua tahun, belum mengerti apa-apa. Asih merasa suaminya berubah semenj