***
Ketiga anak buah Juragan Tono saling sikut, melihat Juragannya sedang merasa di atas awan, sementara Aldo masih tidak mengerti dengan jalan fikiran gadis misterius itu.
"Kenapa tidak sedari dulu saja kau terima pinanganku? Asal kau tau Ayu, hatiku sakit ketika harus menyiksamu, namun kau terlalu pembangkang," ujar Juragan Tono yang mulai memperhalus cara bicaranya pada Ayu.
"Saya baru menyadarinya," sahut Ayu datar.
"Tidak masalah sayang! Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali," ucap Juragan Tono lagi.
Ayu tersenyum getir mendengar penuturan Juragan Tono tersebut.
Aldo yang masih mendengarkan, sontak tambah bergetar, terlebih lagi Aldo baru pertama kalinya melihat Ayu sedikit tersenyum.
"Kenapa jantungku berdebar kencang saat melihat senyumnya, rasanya seperti membiusku," batin Aldo.
Itu memang senyuman pertama Ayu setelah kematian kedua orang tuanya. Lesung pipit di wajah cantiknya kembali terlihat saat ia menarik lekuk bibir yang indah itu.
Keindahan yang sirna sejak tiga tahun silam, lalu hari ini seperti hadir secercah sinar harapan di matanya.
Malam itu Ayu dipindahkan ke tempat yang lebih layak, Ayu diperlakukan bagai seorang ratu.
"Sekarang beristirahatlah di sini! Mulai besok kau tidak perlu bekerja lagi, saya tidak ingin tanganmu bertambah kasar," ucap Juragan Tono sembari mengantarkan Ayu ke gubuk khusus.
"Terima kasih, Juragan. Tapi saya punya sedikit syarat untuk Juragan," papar Ayu.
"Syarat apa? Katakan, apa pun yang kau minta, akan saya kabulkan," tanya Juragan Tono dengan menatap Ayu serius.
"Tubuh saya masih sangat terasa perih." Untuk petama kalinya Ayu mengeluhkan itu.
"Saya akan menyuruh Mak Sum merawatmu sampai benar-benar pulih," ucap Juragan Tono yang kini menatap penuh iba.
"Tidak perlu, saya hanya ingin Juragan membuktikan cinta Juragan terhadap saya," ucap Ayu dengan ekspresi seperti biasa.
"Itu perkara kecil, apa kau masih meragukan kesungguhan saya? Jika kau sudah menjadi milik saya, nyawa pun akan saya berikan untuk membahagiakanmu," papar Juragan Tono dengan senyum liciknya.
"Apa buktinya?" tanya Ayu.
"Kau mau bukti apa?" Juragan Tono kembali bertanya.
"Saya ingin Juragan mengizinkan saya membalas tamparan, serta cambukkan dari ketiga anak buah Juragan ini," papar Ayu dengan menatap ke arah tiga sekelompok itu.
Juragan Tono terdiam sejenak, lalu kemudian tersenyum dan berkata, "Silahkan, sayang! Kau bebas menghukum mereka."
Tole, Joko, dan Dodo saling berpandangan, mereka mulai panik, Ayu melihat kedua tangan Tole mengepal menahan amarahnya.
"Ini konyol Juragan!" Protes Tole.
"Benar Juragan, gadis ini sudah tidak waras," sambung Joko pula.
"Apa kau bilang?" Juragan Tono murka mendengar ucapan Joko.
Plak!
Plak!
Dua tamparan dari Juragan Tono mendarat dengan keras di wajah Joko, hingga Tole dan Dodo langsung menundukkan pandangannya tak berani lagi bersuara.
"Saya peringatkan pada kalian, mulai malam ini tidak ada lagi yang boleh menyakiti calon istri saya, atau pun menghinanya!" papar Juragan Tono.
Ayu merasa senang, rencananya berhasil.
Kini Ayu mulai mendekati ketiga anak buah Juragan Tono tersebut.
Ayu mengambil cambuk yang sedari tadi ia lihat di ruangan itu, dengan penuh dendam Ayu melayangkan sebatan demi sebatan pada Tole.
Plak!
Plak!
Suaranya terdengar seperti tamparan namun, lebih keras dan menggerikan.
"Argh ... Ampun! Argh ...." Tole menjerit kesakitan, lima cambukkan sudah melayang ketubuh Tole.
Kini Ayu mulai berpindah ke arah Joko, hal yang serupa Ayu lakukan pada Joko, Ayu sangat menikmati aksi cambukkannya.
"Ampun! Argh ... hentikan!" Joko merintih-rintih di lantai.
Kemudian Dodo, terlihat Dodo sudah mulai bergetar, Ayu menatap tajam ke arahnya lima cambukkan juga berhasil Ayu layangkan pada tubuhnya.
Ketiga anak buah Juragan Tono tersebut sedang meringis kesakitan, Ayu pun merasa kualahan.
Tiba-tiba istri Juragan Tono kembali menghampiri mereka, dengan matanya yang masih sembab akibat menangis karena tamparan Juragan Tono tadi.
"Keterlaluan! Kau sudah dibutakan oleh cinta gilamu itu,Mas!" maki Sri.
"Oya? Lalu apa maumu?" tanya Juragan Tono dengan santai.
"Hentikan semuanya! Gadis pembangkang ini hanya ingin mempermainkanmu," ujar Sri memperingati.
"Bilang saja, kalau kau cemburu dan takut saya lebih memperhatikan Ayu," sahut Juragan Tono dengan diiringi tawa kecil.
"Juragan ...." panggil Ayu dengan lembut.
"Katakan, sayang! Kau bebas membuka suaramu sekarang," ucap Juragan Tono penuh cinta.
"Tadi istri Juragan juga menyakiti saya, apa saya juga boleh membalasnya?" Ayu mengatakannya dengan tenang.
"Bedebah kau!" Sri mendorong tubuh Ayu hingga ambruk ke lantai. "Dasar wanita jalang," maki Sri.
"Hentikan, Sri!" bentak Juragan Tono dengan serius. "Saya bahkan bisa membunuhmu, jika kau berani menyentuh Ayu lagi," ancam Juragan Tono.
"Tapi Mas ...." ucap Sri terputus.
"Menurut, atau kau akan menyesal," ancam Juragan Tono lagi.
Sri terdiam, ia benar-benar telah tersingkarkan oleh Ayu, kini Juragan Tono mendekati Ayu dan merangkulnya dengan lembut.
"Lakukan apa pun yang ingin kau lakukan," ucap Juragan Tono dengan tersenyum manja pada Ayu.
Ayu mengangguk menanggapi ucapan Juragan Tono, kini Ayu menatap penuh kemarahan pada Sri.
Ayu mulai mendekat.
"Mau apa kau? Jangan, saya mohon jangan lakukan itu," ucap Sri ketakutan.
Ayu tidak menjawab perkataan Sri, Ayu melangkah semakin dekat ke arah Sri tersebut.
"Argh ... Ampun!" Teriak Sri yang kini sudah terpental ke dinding, Ayu menarik rambutnya lalu menghempaskan tubuh Sri ke dinding.
Wajah Sri kini berdarah, benturan yang keras itu berhasil melukai keningnya.
Aldo masih menyaksikan kejadian itu dari jarak yang tak terlihat oleh Juragan Tono, sungguh Aldo turut senang menyaksikan keberanian Ayu.
"Juragan!" panggil Ayu lagi.
"Ada lagi yang ingin kau lakukan?" tanya Juragan Tono sembari membelai lembut rambut Ayu.
"Brengsek!" gumam Aldo yang kesal melihat Juragan Tono menyentuh rambut Ayu.
"Juragan juga sering menyiksa saya," ucap Ayu.
Sontak semua yang berada di sana kembali menjalani adegan saling pandang satu sama lain, Juragan Tono pun ikut panik.
"Lalu ... apa yang ingin kau lakukan?" tanya Juragan Tono dengan menatap Ayu.
"Apa boleh saya membagi rasa sakit itu sedikit saja pada Juragan?" tanya Ayu lagi yang terdengar konyol.
"Jangan lancang!" bentak Juragan Tono.
"Kalau tidak boleh ya, tidak apa-apa. Saya hanya ingin membagi sedikit rasa sakitnya, kalau Juragan benar menginginkan saya, harusnya Juragan bersedia," papar Ayu tanpa merasa takut.
Juragan Tono terdiam sejenak, hingga akhirnya ia menyetujui semua yang Ayu katakan.
"Baiklah, lima cambukan bukan hal yang besar, jika itu bisa membuatmu melupakan rasa sakit yang selama ini sering saya berikan, maka lakukanlah!" ucap Juragan Tono dengan sebuah senyuman.
Ayu merasa tidak percaya dengan apa yang ia dengar, Juragan Tono benar-benar tertarik padanya, dan mau menuruti keinginannya.
"Tapi saya sudah lelah Juragan, saya mau mereka bertiga ini saja yang melakukannya," ujar Ayu semabari menyerahkan cambuk pada Tole.
Dengan gemetar Tole mengambil cambuk tersebut, Tole menyebatkan ke tubuh Juragan Tono sebanyak dua kali, disusul oleh Joko dua kali, sisanya giliran Dodo.
"Argh ...!" Jerit Juragan Tono, kemudian ia bangkit dan membalas cambukan itu kembali pada ketiga anak buahnya.
Ayu sungguh menikmati adegan tersebut.
Bersambung
***Malam itu adalah awal dari bangkitnya sebuah dendam, Juragan Tono dan Sri istrinya itu saling berjauhan.Semenjak malam itu yang ada dipikiran juragan Tono hanyalah Ayu.Seperti biasanya, Ayu datang dengan terlambat ke Pabrik, namun tak ada satu pun dari anak buah Juragan Tono yang berani menghukum Ayu."Ayu, cepatlah ke sini!" Perintah Dewi yang khawatir jika Ayu dihukum lagi.Ayu hanya mengangguk, sementara Aldo yang mengetahui percakapan semalam, merasa sangat kesal. Ia kesal karena Ayu menerima tawaran dari Juragan Tono."Kang, matanya melotot ke arah sana terus," goda seseorang yang berada di sebelah Aldo."Saya cuma takut kalau gadis itu dihukum lagi, gak tega liatnya," ujar Aldo yang mencoba berkilah.Tidak lama kemudian, Juragan Tono muncul bersama dengan istrinya. Semua buruh pabrik memandang dengan heran, karena Juragan Tono dan Sri terlihat babak belur, bahkan ketiga anak buahnya pun sama.Namun, tid
*** Tubuh Aldo yang terkena cambukan terasa begitu perih, hingga Aldo tidak bisa tidur dengan nyenyak. "Sial! Ayu lebih membela Juragan brengsek itu," gumam Aldo. Sementara Sri merencanakan sesuatu untuk memberi Ayu pelajaran. Sri pergi ke ujung desa, ia menemui dua orang laki-laki yang berbadan kekar. Dua laki-laki tersebut adalah mantan anak buah Juragan Tono, yang bernama Sarif dan Sarmin, mereka dipecat dengan sadis oleh Juragan Tono. "Lakukan seperti yang saya perintahkan! Ini uang muka ... untuk pekerjaan kalian, jika berhasil saya akan bayar dengan jumlah yang besar!" perintah Sri pada Sarif dan Sarmin. "Baik, Bu Juragan," sahut Sarif dan Sarmin bersamaan. Sri bergegas kembali ke rumah, sebelum ada yang melihatnya di ujung desa. Jalan yang ditempuh Sri sangat gelap, ia sengaja pergi malam-malam agar tidak ada yang melihatnya. Sampai di bangunan mewah yang hanya dimiliki Juragan Tono itu, Sri langsung masuk
***Dua hari berlalu, Ayu belum ditemukan keberadaannya.Aldo dan Dewi sangat cemas.Sementara Juragan Tono sudah sangat marah, Sri yang bahagia merasa ia telah memenangkan permainan."Dasar tidak berguna kalian semua! Mencari satu perempuan saja tidak becus!" bentak Juragan Tono pada anak buahnya, serta buruh Pabrik.Tidak ada yang berani membuka suara. Semua hanya menunduk, mendengarkan kemarahan Juragan Tono.Ketika Juragan Tono masih mencaci maki seluruh anak buahnya, tiba-tiba Ayu datang dengan berlari seperti orang ketakutan."Juragan ...!" teriak Ayu memanggil Juragan Tono.Semua yang ada di sana sontak terkejut melihat Ayu sudah kembali, Sri melotot tak percaya, bagaimana bisa Ayu kembali lagi."Ayu! Apa yang terjadi? Kenapa kau terlihat berantakan seperti ini," tanya Juragan Tono dengan amarah yang mulai mereda."Sa-saya diculik, Juragan," sahut Ayu.Aldo yang mendengar jawaban Ayu itu, merasa sang
***Juragan Tono datang, mengecek pekerjaan para buruhnya. Ia melihat Ayu tengah duduk di sebelah Dewi, Juragan Tono pun tersenyum ke arah Ayu."Apa kamu bosan berdiam diri saja?" tanya Juragan Tono pada Ayu."Iya, Juragan," sahut Ayu datar."Baiklah, mulai hari ini kamu bisa menggantikan tugas Sri, dalam menghitung semua pemasukan serta pengeluaran uang Pabrik ini," papar Juragan Tono.Sri yang sedang duduk manis memegang semua keuangan Pabrik, kini sudah berubah ekspresi. Matanya melotot dengan sangat besar, mulutnya terbuka lebar. Ia sangat terkejut mendengar keputusan gila suaminya itu.Dewi yang mendengar itu hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. Ia sungguh tidak percaya keajaiban apa yang sedang terjadi ini.Sementara Aldo berusaha terlihat biasa-biasa saja, agar tidak ada yang menaruh curiga."Tapi bagaimana dengan, Bu Juragan Sri?" tanya Ayu sengaja memancing keributan."Sri b
***Pagi ini Joko akan mengirim seluruh hasil olahan Pabrik ke kota, Sri merasa senang karena sebentar lagi Ayu akan kena hukuman.Harga penjualan santan hasil olahan tentunya seperti biasa, fikir Sri sambil menatap penuh kemenangan."Kirimkan dengan baik, jangan sampai ada kesalahan!" Perintah Juragan Tono pada Joko."Siap Juragan," sahutnya.Aldo mulai cemas, ia mencoba mencari alasan agar bisa beranjak sebentar dari pekerjaannya."Maaf, Kang. Saya mau izin buang air sebentar," ucap Aldo pada Tole yang mengawasi para buruh."Ya, sudah! Jangan lama-lama." Tole mengizinkan.Aldo kembali ke dalam gubuknya, ia mengecek pesan yang kemarin dikirimnya pada Danu."Astaga! Belum ada jaringan," gerutu Aldo sambil mengacak kasar rambutnya.Dengan gusar, Aldo pun segera kembali ke Pabrik. Ia merasa cemas, karena setelah penjualan itu pastinya Ayu terkena masalah.Hari
***Pagi ini semua buruh berpakaian rapi. Tole dan Dodo telah mengabari seluruh penduduk desa akan acara pernikahan Juragan Tono dengan Ayu.Aldo yang sudah tidak tahan memendam rasa kecewanya, kini ia mencoba menemui Ayu.Aldo sampai di depan gubuk milik Ayu, ia melihat Ayu sedang dihiasi oleh dua orang wanita.Wajah Ayu yang pucat, seketika menjadi sangat bersinar. Ayu terlihat bagaikan seorang putri kerajaan.Aldo sangat terpesona, dan sadar bahwa Juragan Tono tidak pantas bersanding dengan Ayu.Cukup lama Aldo berdiri dari balik pintu, hingga kedua wanita yang menghiasi Ayu tersebut keluar.Kini Aldo mencoba masuk dengan hati-hati. Aldo sudah memastikan keadaan aman terkendali."Kamu!" ucap Ayu kaget melihat Aldo nekat masuk."Apa kamu memang ingin menjadi istri dari Juragan Tono?" tanya Aldo serius."Tentu saja tidak!" jawab Ayu cepat.Aldo tersenyum mendengar jawaban Ayu itu. Kemudian ia k
***Sedangkan Aldo merasa dirinya tidak berguna selama berada di desa. Ia tidak mampu berbuat apa-apa.Padahal sebelumnya Aldo sudah menyarankan Ayu untuk mengusut kasus itu ke kantor Polisi. Namun, Ayu tidak setuju.Kini Aldo hanya bisa menyaksikan permainan dari Ayu untuk membalas dendamnya. Namun, Aldo sangat khawatir, kalau permainan yang Ayu jalankan ini malah mencelakakan dirinya sendiri.Sementara itu Juragan Tono telah tiba di belakang bangunan pabrik. Dengan penuh amarah ia mengamuk pada Sri."Sri!" teriaknya dengan keras.Sri terkejut melihat ke datangan Juragan Tono. Sementara Ayu ber-akting pingsan."Ayu ...." teriak Juragan Tono pula sembari berlari."Lho, kenapa tiba-tiba jadi pingsan. Perempuan ini pandai sekali bersandiwara," papar Sri dengan sangat kesal."Tutup mulutmu! Kau apakan Ayu?" bentak Juragan Tono pada Sri.Tole dan Dodo bergegas membantu Juragan Tono mengangkat Ayu ke dalam gubukn
***Hari yang cerah telah berganti menjadi malam yang sunyi. Desa KENANGA ini, terasa seperti tak berpenghuni jika malam hari.Mungkin karena para penduduk sudah sangat lelah bekerja seharian, jadi mereka menggunakan waktu malamnya untuk beristirahat total.Juragan Tono sangat gelisah malam ini. Ketiga anak buahnya tidak berhasil menemukan Sri.Sementara Ayu kembali mendatangi pohon besar nan rimbun itu. Baginya di sana adalah tempat ternyaman untuk ia bersandar menumpahkan segala keluh kesah."Ayah, Ibu. Ayu berjanji akan membalas mereka semua dengan cara Ayu sendiri," lirihnya penuh dendam.Aldo kembali datang menghampiri Ayu. Selain ingin menemani Ayu, Aldo juga ingin mengungkapkan perasaannya itu.Langkah Aldo semakin mendekat, hingga Ayu menyadari kehadiran Aldo."Boleh aku ikut duduk di sini?" tanya Aldo basa-basi.Ayu hanya mengangguk pelan. Sepertinya suasana hati Ayu sedang tidak baik."Apa tidak takut se