*** "Hajar terus! Pukul saja sampai mampus! Dasar tidak tau diri, manusia tak tau terima kasih! bukannya balas budi, malah lancang maling di pabrikku!" cerca Juragan Tono. "Bakar saja! Biar tidak ada lagi yang berani melakukan perbuatan serupa!" teriak tiga sekelompok anak buah pabrik tersebut. Sepasang suami istri dipukuli, hingga dibakar hidup-hidup, seluruh warga yang menyaksikan hanya bungkam. Sebagian ada yang merasa iba, sebagian lagi ada yang tersenyum lega. Kabarnya sepasang suami istri tersebut ditangkap basah oleh tiga sekelompok buruh pabrik. Konon katanya mereka ditemukan sedang melangsungkan aksi untuk mencuri kelapa yang akan dijual ke kota. "Jangan! Jangan bakar Ayah dan Ibuku! Biadab kalian!" teriak Ayu, anak dari sepasang manusia malang itu. "Mampus! Rasakan itu balasan setimpal!" Seluruh cacian dilontarkan Juragan Tono beserta keluarganya. Gelak tawa terdengar seperti sedang merayakan kemenangan. Mereka dengan b
***Aldo mendekati penjaga Pabrik tersebut, berbeda dengan di kota, jika di kota akan dijaga oleh Satpam sebagai petugas keamanan. Namun, di desa ini terlihat tiga orang penjaga seperti preman."Permisi, apa benar ini Pabrik terbesar satu-satunya di desa ini?" tanya Aldo berbasa-basi."Ya, kamu siapa? Sepertinya bukan berasal dari desa sini," ucap salah seorang penjaga itu."Nama saya Danu, saya dari desa lain, maksud saya kemari ingin ikut bekerja di sini," papar Aldo yang memulai aksinya menyamar."Hmm, baiklah ... ayo ikut saya menemui Juragan Tono!" ajak penjaga itu.Aldo pun mengikuti langkah pria berbadan kekar tersebut. Terlihat banyak para pekerja berbagai kalangan, ada yang sudah sangat senja usianya, ada pula yang masih belia, pria dan wanita semua terlihat fokus menjalankan pekerjaannya.Seketika Aldo melirik seorang wanita yang tampak sangat berbeda, wajahnya cantik, matanya hitam pekat nan tajam. Namun, terkesan din
***Ayu kesulitan mencongkel kelapa karena tangannya yang memar, serta banyak bekas luka itu."Yu, nanti jam istirahat biar saya obatin luka di tanganmu ya," ucap Dewi dengan tulus.Ayu hanya menggeleng tanda tidak setuju, namun Dewi tidak pernah menyerah, baginya Ayu adalah seorang teman terbaik, walau Ayu sering mengabaikannya."Danu! Apa kau tidak pernah bekerja sebelumnya? tanya Juragan Tono dengan keras."Saya memang baru pertama kalinya melakukan perkerjaan seperti ini Juragan," jawab Aldo jujur."Dasar! Sudah miskin, belagu pula! Kerjakan lebih cepat lagi atau gajihmu akan saya potong!" bentak Juragan Tono.Aldo terlihat kesusahan menjalani pekerjaannya, bagaimana tidak, Aldo seorang CEO, serta pemilik lima sekaligus perusahaan ternama, kini malah menyamar menjadi seorang buruh pencongkel kelapa.Juragan Tono berlalu dari hadapan Aldo, kini langkahnya mulai mendekati Ayu.
***Ayu terus diseret paksa oleh anak buah Juragan Tono tersebut, Aldo mengikuti dengan sembunyi-sembunyi."Kau akan tetap dipasung sampai besok pagi," ucap Dodo sambil mendorong tubuh Ayu ke lantai.Tiga sekelompok itu pun kembali ke gubuk masing-masing, Aldo yang masih memantau, kini mencoba melihat kondisi Ayu.Ternyata Ayu sudah bersandar dengan begitu lemah, lima cabukan serta dua kali tamparan mengenai tubuh Ayu yang mungil, bahkan Ayu tidak diizinkan makan sampai besok pagi.Aldo menghampiri Ayu dan masuk mengunci pintu dari dalam."Bertahanlah, saya akan membawakanmu makanan nanti malam," ucap Aldo."Pergi dari sini!" usir Ayu tanpa ekspresi."Saya hanya ingin membantumu, jangan takut, saya bukan orang jahat," papar Aldo yang berusaha meyakinkan Ayu."Saya tidak pernah merasa takut, pergilah!" Ayu berkata dengan lemah.Aldo menuruti perkataan Ayu, dengan berat hati Aldo te
***Ketiga anak buah Juragan Tono saling sikut, melihat Juragannya sedang merasa di atas awan, sementara Aldo masih tidak mengerti dengan jalan fikiran gadis misterius itu."Kenapa tidak sedari dulu saja kau terima pinanganku? Asal kau tau Ayu, hatiku sakit ketika harus menyiksamu, namun kau terlalu pembangkang," ujar Juragan Tono yang mulai memperhalus cara bicaranya pada Ayu."Saya baru menyadarinya," sahut Ayu datar."Tidak masalah sayang! Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali," ucap Juragan Tono lagi.Ayu tersenyum getir mendengar penuturan Juragan Tono tersebut.Aldo yang masih mendengarkan, sontak tambah bergetar, terlebih lagi Aldo baru pertama kalinya melihat Ayu sedikit tersenyum."Kenapa jantungku berdebar kencang saat melihat senyumnya, rasanya seperti membiusku," batin Aldo.Itu memang senyuman pertama Ayu setelah kematian kedua orang tuanya. Lesung pipit di wajah cantiknya kembali terlihat saat ia
***Malam itu adalah awal dari bangkitnya sebuah dendam, Juragan Tono dan Sri istrinya itu saling berjauhan.Semenjak malam itu yang ada dipikiran juragan Tono hanyalah Ayu.Seperti biasanya, Ayu datang dengan terlambat ke Pabrik, namun tak ada satu pun dari anak buah Juragan Tono yang berani menghukum Ayu."Ayu, cepatlah ke sini!" Perintah Dewi yang khawatir jika Ayu dihukum lagi.Ayu hanya mengangguk, sementara Aldo yang mengetahui percakapan semalam, merasa sangat kesal. Ia kesal karena Ayu menerima tawaran dari Juragan Tono."Kang, matanya melotot ke arah sana terus," goda seseorang yang berada di sebelah Aldo."Saya cuma takut kalau gadis itu dihukum lagi, gak tega liatnya," ujar Aldo yang mencoba berkilah.Tidak lama kemudian, Juragan Tono muncul bersama dengan istrinya. Semua buruh pabrik memandang dengan heran, karena Juragan Tono dan Sri terlihat babak belur, bahkan ketiga anak buahnya pun sama.Namun, tid
*** Tubuh Aldo yang terkena cambukan terasa begitu perih, hingga Aldo tidak bisa tidur dengan nyenyak. "Sial! Ayu lebih membela Juragan brengsek itu," gumam Aldo. Sementara Sri merencanakan sesuatu untuk memberi Ayu pelajaran. Sri pergi ke ujung desa, ia menemui dua orang laki-laki yang berbadan kekar. Dua laki-laki tersebut adalah mantan anak buah Juragan Tono, yang bernama Sarif dan Sarmin, mereka dipecat dengan sadis oleh Juragan Tono. "Lakukan seperti yang saya perintahkan! Ini uang muka ... untuk pekerjaan kalian, jika berhasil saya akan bayar dengan jumlah yang besar!" perintah Sri pada Sarif dan Sarmin. "Baik, Bu Juragan," sahut Sarif dan Sarmin bersamaan. Sri bergegas kembali ke rumah, sebelum ada yang melihatnya di ujung desa. Jalan yang ditempuh Sri sangat gelap, ia sengaja pergi malam-malam agar tidak ada yang melihatnya. Sampai di bangunan mewah yang hanya dimiliki Juragan Tono itu, Sri langsung masuk
***Dua hari berlalu, Ayu belum ditemukan keberadaannya.Aldo dan Dewi sangat cemas.Sementara Juragan Tono sudah sangat marah, Sri yang bahagia merasa ia telah memenangkan permainan."Dasar tidak berguna kalian semua! Mencari satu perempuan saja tidak becus!" bentak Juragan Tono pada anak buahnya, serta buruh Pabrik.Tidak ada yang berani membuka suara. Semua hanya menunduk, mendengarkan kemarahan Juragan Tono.Ketika Juragan Tono masih mencaci maki seluruh anak buahnya, tiba-tiba Ayu datang dengan berlari seperti orang ketakutan."Juragan ...!" teriak Ayu memanggil Juragan Tono.Semua yang ada di sana sontak terkejut melihat Ayu sudah kembali, Sri melotot tak percaya, bagaimana bisa Ayu kembali lagi."Ayu! Apa yang terjadi? Kenapa kau terlihat berantakan seperti ini," tanya Juragan Tono dengan amarah yang mulai mereda."Sa-saya diculik, Juragan," sahut Ayu.Aldo yang mendengar jawaban Ayu itu, merasa sang