Garis takdirPart: 20***9 hari yang tersisa.Sakit yang menggerogoti kepala seolah tak seberapa, jika dibandingkan dengan sakit hatiku saat menyaksikan Naya bertukar cincin dengan laki-laki lain. Zacky masih menulis dibuku catatan hariannya."Tuan, hari ini saya harus membeli saus durian lagi?" tanya Cika.Zacky menggeleng dengan lemah. "Tidak perlu.""Kenapa, Tuan? Bukankah Tuan sangat menyukainya?""Tidak lagi."Zacky hanya menjawab dengan singkat. Selera makannya sudah musnah. Cika perlahan menjauh. Ia mengerti, sang majikan terluka hatinya. Namun, Cika juga merasa Zacky sedikit egois.Di sisi lain, Naya merenung sambil menatap jari manisnya yang tersemat sebuah cincin berlian. 'Semoga keputusan yang aku ambil ini adalah yang terbaik,' gumam Naya.Santi memperhatikan dari dapur restoran. Ia turut merasakan kebimbangan Naya. Santi pun semakin resah karena keputusan yang Naya ambil adalah usulan darinya.Perlahan langkah Santi mendekat ke arah Naya."Nay, semua belum terlambat.
Garis takdirPart: 21***Melati berangkat ke kantor seperti biasa. Namun, tak ada kata pamitan atau basa-basi lainnya.Pertengkaran semalam, masih membuat pasangan suami istri itu saling diam."Tuan, ini sarapan dan obatnya," ujar Cika.Zacky menerima dengan acuh tak acuh.Setelah Cika keluar dari dalam kamarnya, Zacky langsung membuang tiga jenis pil kecil yang telah tersedia.'Aku sudah tak ingin mengonsumsi obat-obatan ini,' gumam Zacky sembari memasukan pil ke dalam tong sampah.Setelah itu barulah Zacky keluar dari kamar dan mulai menghirup udara segar di pagi hari.Ia duduk merenung di samping rumah yang memiliki sebuah taman kecil yang indah.--Di sisi lain, Naya juga menghitung hari. Waktu baginya berjalan begitu cepat. Naya semakin tegang saat memikirkan hari pernikahan."Nay, kenapa tak dimakan sarapanmu?" tanya Santi saat melihat Naya hanya mengaduk-ngaduk makanannya."Aku belum lapar, San.""Nanti magh kamu kambuh.""Hem, aku mulai gelisah memikirkan pernikahan. Rasanya
Garis takdir.Part: 22***6 hari yang tersisa.Aku semakin tegang menantikan hari terakhir itu tiba. Aku ingin sebelum tiada, semua telah baik-baik saja, dan bahagia. Aku tak mau pergi dengan membawa sejuta kebohongan. Aku akan mengungkapkan yang sebenarnya di sini, di tulisan ini.Tulis Zacky.."Papa ke dokter bareng Cika dan Bik Atun saja ya, Pa! Mama ada meeting penting nanti siang," ujar Melati sambil menyisir rambutnya."Iya, Ma." Zacky sudah terbiasa dengan kesibukan istrinya. Tak begitu mengecewakan lagi, karena Zacky ingin merenung sendirian saja.--Di sisi lain, Naya tengah disidang oleh Andre."Tanggal pernikahan masih belum ditentukan, Nay. Namun, waktunya sudah semakin dekat. Saya akan mengikuti semua keputusanmu. Apa kau ingin melanjutkan, atau berubah pikiran?" tanya Andre dengan serius.Naya menelan ludah dengan tegang. Ia tak mengerti, kenapa Andre tiba-tiba menanyakan hal ini."Apa maksud Mas bertanya demikian?""Jawab saja, Nay! Saya hanya ingin memastikan, bahw
Garis takdir.Part: 23***5 hari yang tersisa.Aku sudah sedikit lega, karena istriku menginginkan kematianku untuk menebus semua kesalahan ini. Seperti biasa, Zacky menulis di lembar bukunya.."Ma, Papa ingin ke restoran Na ....""Pergilah!" Melati memotong kalimat Zacky, kemudian berlalu begitu saja.Zacky menatap kepergian Melati dengan perasaan gusar. Ia tahu, pasti sang istri sangat terluka karena kenyataan yang telah disampaikannya kemarin."Tuan, sampai kapan kalian terus seperti ini?" tanya Bik Atun."Hanya beberapa hari lagi, Bik. Keadaan ini akan segera berakhir," sahut Zacky datar.Kini, Cika dan Bik Atun saling melempar pandangan. Keduanya turut merasakan kerumitan kisah yang sedang dijalani sang majikan.Zacky perlahan melangkah ke luar dan meraih kunci mobil yang tergeletak di atas meja."Tuan mau ke mana? Biar saya yang mengantar," Cika mengejar langkah Zacky."Tidak perlu. Saya ingin pergi sendiri."Cika terpaksa diam dan tak melanjutkan langkahnya lagi..Lima bel
Garis takdir.Part: 24***Sepanjang perjalanan pulang Melati terbayang-bayang Zacky dan Naya. Betapa sebagai seorang istri, ia merasa begitu terluka.'Kau jahat, Pa! Kau benar-benar jahat!' gumam Melati.Hingga dua puluh menit berlalu, Melati sampai di depan halaman rumahnya.Rasa kecewa serta sakit hati, membuat Melati melangkah turun dengan lemah. Bahkan, untuk sampai ke depan pintu pun Melati berusaha dengan susah payah. Goyah sudah pertahanannya.Hati istri mana yang tak rapuh saat mengetahui sang suami mencintai orang lain. Terlebih lagi orang itu adalah masa lalunya.Bel berbunyi, Bik Atun dengan cepat membukakan pintu.Saat mendapati sang majikan berdiri dengan tatapan kosong, Bik Atun langsung mengerti kalau telah terjadi sesuatu lagi."Nyonya sedang sakit?" tanya Bik Atun basa-basi.Melati tak menjawab, ia malah berjalan lurus ke depan menuju kamarnya sendiri.Mata sendu Melati mulai berembun. Kesedihan, kebencian, kesakitan, kekecewaan, menjadi satu di hati Melati..Semen
Garis takdirPart: 25***Sampai di restoran, ternyata Naya sudah menunggu dengan wajah cerianya.Zacky tersenyum dan seolah melupakan Maslah hidupnya saat melihat wajah cantik Naya yang menyambutnya."Aku sudah menyiapkan sarapan," ucap Naya dengan ciri khasnya. "Aku ingin segera menyantapnya," sahut Zacky antusias.Keduanya duduk di meja paling sudut. Tanpa basa-basi, Zacky memang langsung menikmati hidangan yang Naya sediakan.Sementara Santi memperhatikan diam-diam.'Kenapa mereka bertemu tiap hari? Apa Zacky akan kembali pada Naya lagi?' Santi bertanya-tanya sendiri dalam hati.Keduanya larut dalam rasa bahagia hingga lupa bahwa ada yang terluka dengan sikap mereka."Kenapa cantikmu tak pernah pudar?" tanya Zacky menggoda.Dengan tersipu malu, Naya menjawab. "Ah, itu hanya gombalan nakalmu.""Aku serius. Bahkan saat ini kecantikan itu bertambah mempesona di mataku.""Tapi tak secantik istrimu," ujar Naya tertawa kecil.Sontak Zacky terdiam dan menyadari kalau saat ini dirinya su
Garis takdir.Part: 26***Deras hujan menemani kegelisahan Naya malam ini. Ditempat yang berbeda, Zacky dan Melati juga merasakan hal yang sama.Melati membiarkan dirinya merasa dingin di tepi jendela kamar yang terbuka. Semilir angin membuat air hujan melayang mengenai wajah cantiknya.Melati tetap diam tanpa berniat mengunci jendela.Sedangkan Zacky, ia merenung di teras sambil mengamati hujan deras yang tak kunjung reda.Betapa saat ini hidup sangat rumit bagi Zacky. Sementara Naya, ia menarik selimut dengan berderaian air mata. Naya merasa bersalah pada Melati, tapi ia juga tak bisa menolak kehadiran Zacky.--Pagi harinya, Bik Atun terkejut melihat sang majikan tertidur di teras. Ia panik dan langsung berkata. "Tuan, kenapa bisa di sini?"Zacky perlahan membuka mata. Ia sendiri pun tak sadar kenapa bisa tidur di teras rumah."Saya ketiduran, Bik. Tolong jangan beritahu Melati tentang ini," ujar Zacky tersenyum tipis.Bik Atun mengangguk dan membalas senyuman sang majikan.Mel
Garis takdir.Part: 27***Setelah Santi pergi, Zacky merasa sangat gelisah. Ia kepikiran dengan perkataan Santi yang menyatakan bahwa Melati nyaris membuat Naya kehilangan nyawa.Mondar-mandir Zacky menunggu kedatangan sang istri. Hingga Bik Atun dan Cika ikut cemas dan merasa was-was.Keduanya takut kalau Zacky lepas kendali pada Melati..Waktu berjalan, bunyi bel menandakan kepulangan Melati. Cika bergegas membukakan pintu dengan debar di dada yang sangat tak menentu.Melati melangkah masuk dengan santai, seolah-olah tak terjadi apa-apa."Ma, Papa ingin bicara serius denganmu," ujar Zacky menatap tajam.Melati mulai salah tingkah. Ia mengira kalau kabar kematian Naya sudah sampai ke telinga suaminya."Silakan, Pa."Zacky seketika meraih kedua tangan Melati, kemudian berkata. "Apa yang sudah Mama lakukan terhadap Naya?"Melati menarik napas panjang, ia benar-benar merasa gugup saat ini."Kenapa selalu bertanya soal Naya? Mama tidak punya waktu untuk membahasnya. Lagipula pekerjaan