Garis takdir.Part: 26***Deras hujan menemani kegelisahan Naya malam ini. Ditempat yang berbeda, Zacky dan Melati juga merasakan hal yang sama.Melati membiarkan dirinya merasa dingin di tepi jendela kamar yang terbuka. Semilir angin membuat air hujan melayang mengenai wajah cantiknya.Melati tetap diam tanpa berniat mengunci jendela.Sedangkan Zacky, ia merenung di teras sambil mengamati hujan deras yang tak kunjung reda.Betapa saat ini hidup sangat rumit bagi Zacky. Sementara Naya, ia menarik selimut dengan berderaian air mata. Naya merasa bersalah pada Melati, tapi ia juga tak bisa menolak kehadiran Zacky.--Pagi harinya, Bik Atun terkejut melihat sang majikan tertidur di teras. Ia panik dan langsung berkata. "Tuan, kenapa bisa di sini?"Zacky perlahan membuka mata. Ia sendiri pun tak sadar kenapa bisa tidur di teras rumah."Saya ketiduran, Bik. Tolong jangan beritahu Melati tentang ini," ujar Zacky tersenyum tipis.Bik Atun mengangguk dan membalas senyuman sang majikan.Mel
Garis takdir.Part: 27***Setelah Santi pergi, Zacky merasa sangat gelisah. Ia kepikiran dengan perkataan Santi yang menyatakan bahwa Melati nyaris membuat Naya kehilangan nyawa.Mondar-mandir Zacky menunggu kedatangan sang istri. Hingga Bik Atun dan Cika ikut cemas dan merasa was-was.Keduanya takut kalau Zacky lepas kendali pada Melati..Waktu berjalan, bunyi bel menandakan kepulangan Melati. Cika bergegas membukakan pintu dengan debar di dada yang sangat tak menentu.Melati melangkah masuk dengan santai, seolah-olah tak terjadi apa-apa."Ma, Papa ingin bicara serius denganmu," ujar Zacky menatap tajam.Melati mulai salah tingkah. Ia mengira kalau kabar kematian Naya sudah sampai ke telinga suaminya."Silakan, Pa."Zacky seketika meraih kedua tangan Melati, kemudian berkata. "Apa yang sudah Mama lakukan terhadap Naya?"Melati menarik napas panjang, ia benar-benar merasa gugup saat ini."Kenapa selalu bertanya soal Naya? Mama tidak punya waktu untuk membahasnya. Lagipula pekerjaan
Garis takdir.Part: 28.***Sepanjang perjalanan menuju kantor Melati merasa gelisah. Ia mengira Naya akan lenyap saat itu. Namun, nyatanya keberuntungan masih berpihak pada Naya.Melati tak tenang, antara kesal dan menyesal. Ia bukan penjahat, bahkan untuk melukai seseorang pun Melati tak pernah sebelumnya. Karena rasa cemburu yang begitu besar membuatnya gelap mata..Sampai di kantor, ternyata Andre sudah menunggu. "Selamat pagi Buk Melati," sapa Andre dengan diiringi sebuah senyuman."Pagi, Pak Andre. Ada apakah gerangan yang membuat Pak Andre menemui saya sepagi ini?" tanya Melati dengan nada sinis.Andre masih tersenyum ramah. "Tentu ada hal penting yang ingin saya bicarakan.""Katakan saja!""Ini soal Naya," ujar Andre pula."Wanita itu lagi. Apa hebatnya dia hingga menjadi idaman kalian, para lelaki.""Tidak perlu saya sebutkan kehebatan, kelebihan, keistimewaannya, bukan? Saya rasa Buk Melati pun tahu sendiri bagaimana kualitas Naya," papar Andre dengan sedikit keras.Melati
Garis takdir.Part: 29***Dua hari yang tersisa. Ya Allah, benarkah ini adalah detik-detik terakhirku? Harusnya aku menutup mata dengan menanggung sejuta beban kerinduan, serta beban kesalahan. Adakah ampunan untukku? Dosaku menggunung karena telah menyakiti hati Melati, istriku sendiri. Namun, Engkau pun tahu, aku sudah berusaha menepis bayangan cinta masa laluku itu. Nyatanya perasaan ini masih tumbuh subur. Aku memang bersalah, tapi bukankah cinta adalah sebuah rasa yang suci? Bukankah Engkau sendiri maha pemilik cinta sejati? Selama kesucian itu tak kami nodai, aku berharap banyak untuk pengampunanMu, dan tentunya pengampunan dari istriku jua.Tulis Zacky dengan penuh linangan air mata.Pagi ini Zacky merasa begitu sesaknya. Kematian seolah sudah berada di depan mata.Vonis dokter tak bisa dielak. Hidup dan mati memang berada di garis takdir Tuhan. Namun, hitungan medis juga jarang sekali berselisihan. Kecuali, tangan pemilik dunia membalikkan kemauannya.."Tuan, kenapa wajah
Garis takdir.Part: 30***Obat penenang yang diberikan pada Naya membuatnya tersadar ketika hari sudah malam.Santi tak sedetik pun meninggalkan sahabatnya. Bahkan sang suami memberi pengertian untuk Santi menemani Naya."Syukurlah kau sudah bangun, Nay. Bagaimana kondisimu sekarang? Apa sudah lebih baik?" tanya Santi dengan mata yang sembab."Aku sudah jauh lebih baik, Santi. Terima kasih, banyak. Tolong jangan menangis lagi! Matamu bengkak dan kau tampak jelek begitu," ujar Naya bercanda.Santi tertawa sedih. Di matanya jatuh lagi bulir bening yang tulus."Kau membuatku takut, Nay.""Aku baik-baik saja. Percayalah!""Dokter bilang kau terlalu memikirkan sesuatu.""Tidak juga. Aku hanya merasa sedikit aneh hari ini. Hatiku ngilu, seperti ada sesuatu yang direnggut paksa di dalam tubuhku ini, Santi.""Apa jangan-jangan ...."Ucapan Santi menggantung. Ia tersadar tak baik, jika membahas Zacky saat ini.Akan tetapi, Naya mengerti apa yang hendak dikatakan oleh sahabatnya.Ia pun tersen
Judul: Kepergianku, penyesalanmu.Part: 1.***"Mas, siapa wanita yang bersamamu ini?" tanyaku menunjuk foto yang ada galeri telepon Mas Andi.Wajah suamiku biasa saja, tak ada ekspresi apa-apa. Ia terkesan santai, bahkan seolah sedang tak ada pertanyaan yang aku lontarkan."Mas, jawab!" ujarku menaikan intonasi suara."Jangan lebay, Din! Cuma karena sebuah foto saja, kamu jadi memperumit keadaan," sahutnya."Aku hanya ingin meminta jawabanmu, Mas. Tak bisakah kau menenangkan hatiku. Mas akhir-akhir ini bersikap dingin, bahkan tak pernah menyentuhku lagi. Apa salah jika aku menaruh curiga? Dan foto wanita yang bersandar di pundakmu itu sungguh membakar hatiku."Mas Andi tertawa mengejek. Aku yang sedang gelisah, tak sedikitpun ditanggapi serius olehnya.Namaku, Dinda Clarisa. Aku dan Mas Andi sudah lima tahun menikah. Hubungan kami baik-baik saja empat tahun terakhir. Namun, sejak memasuki tahun kelima ini, ada yang berbeda. Suamiku lebih sering marah tanpa sebab yang jelas. Aku pun m
Judul: Kepergianku, penyesalanmu.Part: 2.***"Bu, bangun yuk! Waktunya makan malam sama minum obat nih," ucap Mas Andi.Seperti yang aku katakan. Ibu tak merespon lagi."Hem, Ibu jangan bercanda ah. Aku capek loh, Bu."Kini wajah Mas Andi berubah tegang.Perlahan ia juga mengecek tubuh Ibu. Akhirnya air mata Mas Andi pun ikut jatuh.Ia histeris memanggil Ibu. "Bu! Bangun!"Tidak bisa dipungkiri. Ibu mertua sudah meninggal dunia. "Semua pasti karena ulahmu! Apa saja yang kau kerjakan di rumah? Mengurus Ibuku saja kau tidak becus!" cecar Mas Andi.Aku bergeming di samping jasad Ibu. Terserahlah Mas Andi mau mengatakan apa saja. Namun, aku berjanji setelah ini aku akan mencari kebahagiaanku yang sirna.Aku pasti mengabulkan permintaan terakhir Ibu..Usai pemakaman Ibu, aku duduk termenung di teras lantai atas. Apa lagi alasanku bertahan di sini? Ibu mertua yang menyayangiku bagai Anaknya sendiri telah tiada.Suamiku ... apa dia layak disebut suami?Bahkan aku saja sudah tak diang
Judul: Kepergianku, penyesalanmu.Part: 3.***Kini aku, Mas Andi dan gundiknya itu sudah berada di ruang tengah.Wanita muda nan cantik itu tersenyum seolah tak punya rasa malu dan rasa bersalah."Apa maumu, Din?" tanya Mas Andi."Ceraikan aku, Mas!" pintaku.Mas Andi tergelak. "Kau bercanda?" tanya-nya lagi."Aku serius."Mas Andi semakin tertawa lepas."Kau pikir kau itu siapa, Din? Jika bercerai denganku, maka kau mau tinggal di mana? Kau mau jadi gelandangan?" cibirnya."Itu bukan urusanmu," sahutku."Kalau aku tidak mau menceraikanmu, bagaimana?""Aku yang akan menggugat ke pengadilan.""Apa alasanmu? Kau pikir semua tak butuh biaya?" "Aku bisa mengaturnya. Dan aku pastikan foto-foto perselingkuhanmu ini akan mempercepat proses pengaduanku. Satu lagi, Mas ... kamu harus ingat, berselingkuh ada jerat hukumnya. Apa kau siap?" Sekarang wajah Mas Andi tidak sesombong sebelumnya. Ia mulai ciut."Kau mengancamku, Dinda?" "Aku tidak mengancam, Mas. Aku cuma minta kau ceraikan aku.