Judul: Kepergianku, penyesalanmu.Part: 1.***"Mas, siapa wanita yang bersamamu ini?" tanyaku menunjuk foto yang ada galeri telepon Mas Andi.Wajah suamiku biasa saja, tak ada ekspresi apa-apa. Ia terkesan santai, bahkan seolah sedang tak ada pertanyaan yang aku lontarkan."Mas, jawab!" ujarku menaikan intonasi suara."Jangan lebay, Din! Cuma karena sebuah foto saja, kamu jadi memperumit keadaan," sahutnya."Aku hanya ingin meminta jawabanmu, Mas. Tak bisakah kau menenangkan hatiku. Mas akhir-akhir ini bersikap dingin, bahkan tak pernah menyentuhku lagi. Apa salah jika aku menaruh curiga? Dan foto wanita yang bersandar di pundakmu itu sungguh membakar hatiku."Mas Andi tertawa mengejek. Aku yang sedang gelisah, tak sedikitpun ditanggapi serius olehnya.Namaku, Dinda Clarisa. Aku dan Mas Andi sudah lima tahun menikah. Hubungan kami baik-baik saja empat tahun terakhir. Namun, sejak memasuki tahun kelima ini, ada yang berbeda. Suamiku lebih sering marah tanpa sebab yang jelas. Aku pun m
Judul: Kepergianku, penyesalanmu.Part: 2.***"Bu, bangun yuk! Waktunya makan malam sama minum obat nih," ucap Mas Andi.Seperti yang aku katakan. Ibu tak merespon lagi."Hem, Ibu jangan bercanda ah. Aku capek loh, Bu."Kini wajah Mas Andi berubah tegang.Perlahan ia juga mengecek tubuh Ibu. Akhirnya air mata Mas Andi pun ikut jatuh.Ia histeris memanggil Ibu. "Bu! Bangun!"Tidak bisa dipungkiri. Ibu mertua sudah meninggal dunia. "Semua pasti karena ulahmu! Apa saja yang kau kerjakan di rumah? Mengurus Ibuku saja kau tidak becus!" cecar Mas Andi.Aku bergeming di samping jasad Ibu. Terserahlah Mas Andi mau mengatakan apa saja. Namun, aku berjanji setelah ini aku akan mencari kebahagiaanku yang sirna.Aku pasti mengabulkan permintaan terakhir Ibu..Usai pemakaman Ibu, aku duduk termenung di teras lantai atas. Apa lagi alasanku bertahan di sini? Ibu mertua yang menyayangiku bagai Anaknya sendiri telah tiada.Suamiku ... apa dia layak disebut suami?Bahkan aku saja sudah tak diang
Judul: Kepergianku, penyesalanmu.Part: 3.***Kini aku, Mas Andi dan gundiknya itu sudah berada di ruang tengah.Wanita muda nan cantik itu tersenyum seolah tak punya rasa malu dan rasa bersalah."Apa maumu, Din?" tanya Mas Andi."Ceraikan aku, Mas!" pintaku.Mas Andi tergelak. "Kau bercanda?" tanya-nya lagi."Aku serius."Mas Andi semakin tertawa lepas."Kau pikir kau itu siapa, Din? Jika bercerai denganku, maka kau mau tinggal di mana? Kau mau jadi gelandangan?" cibirnya."Itu bukan urusanmu," sahutku."Kalau aku tidak mau menceraikanmu, bagaimana?""Aku yang akan menggugat ke pengadilan.""Apa alasanmu? Kau pikir semua tak butuh biaya?" "Aku bisa mengaturnya. Dan aku pastikan foto-foto perselingkuhanmu ini akan mempercepat proses pengaduanku. Satu lagi, Mas ... kamu harus ingat, berselingkuh ada jerat hukumnya. Apa kau siap?" Sekarang wajah Mas Andi tidak sesombong sebelumnya. Ia mulai ciut."Kau mengancamku, Dinda?" "Aku tidak mengancam, Mas. Aku cuma minta kau ceraikan aku.
Judul: Kepergianku, Penyesalanmu.Part: 4.***Hari berganti bulan. Bahkan surat persidangan untuk perceraianku pun telah aku terima.Aku mempercepat proses perceraian itu hingga statusku kini sudah sah menjadi janda.Keluarga Mbak Mawar juga sudah tahu dengan semua kisahku. Tak ada yang aku tutupi. Mereka mendukung keputusanku."Kamu yang tabah ya, Din! Saya yakin, nanti Allah akan menggantikan jodoh yang tepat untukmu," ucap Mas Ridwan, suami dari Mbak Mawar."Iya, Aamiin.""Dinda orang baik. Tentunya lelaki baik juga yang akan mendampinginya nanti," sambung Mbak Mawar.Jika diperhatikan semakin hari wajah Mbak Mawar semakin pucat. Aku juga beberapa kali memergokinya mengonsumsi obat.Namun, aku tak berani banyak bertanya. Aku takut menyinggungnya..Di teras lantai atas. Aku duduk bersantai setelah berhasil membuat si kembar tertidur di kamarnya.Tiba-tiba Mbak Mawar menghampiriku. "Din, boleh saya minta waktumu sebentar?" tanya-nya."Mbak ini lucu sekali. Kenapa harus bertanya se
Judul: Kepergianku, Penyesalanmu.Part: 5.***POV Mawar."Mas, lihatlah rambutku semakin tipis. Sepertinya akan segera habis rontok semua," ucapku lemah sembari menyandarkan kepala di pundak kekar suamiku."Tidak masalah, sayang. Tanpa rambut pun, cintaku padamu tak akan berkurang. Kamu tetaplah yang terindah dalam hidupku," papar suamiku.Mas Ridwan memang sosok suami yang sempurna. Tak pernah sekalipun ia berkata kasar padaku. Gambaran lelaki idaman seluruh wanita adalah dirinya.Aku sangat bahagia menjadi istrinya."Terima kasih, Mas. Tapi bagaimana jika masa itu tiba? Mas akan kesepian tanpaku.""Aku tidak suka membahas perihal ini, sayang. Karena aku yakin dirimu pasti kembali pulih.""Aku juga menginginkan hal itu, Mas. Namun, kemungkinan bisa saja terjadi. Vonis Dokter juga bisa saja salah. Akan tetapi, jika benar adanya bagaimana, Mas? Apa Mas akan mencari penggantiku?""Pertanyaan macam apa itu? Sedikitpun tak terlintas untuk mencari penggantimu."Aku bergeser posisi. Kini a
Judul: Kepergianku, Penyesalanmu.Part: 6.***POV Dinda.Waktu terus berjalan. Semakin hari, aku semakin dekat dengan keluarga Mbak Mawar. "Din," lirih Mbak Mawar yang menatapku serius."Iya, Mbak. Ada apa?" tanyaku sembari tersenyum."Tadi mantan suamimu datang ke sini. Saya mengatakan kamu tidak ada. Maafkan saya, Din. Tapi, saya cuma tak mau mantanmu itu menyakiti dirimu lagi," papar Mbak Mawar."Tidak apa-apa, Mbak. Malahan aku sangat berterima kasih, karena Mbak sudah melakukan hal yang terbaik untukku."Mbak Mawar memelukku. Rasanya ia seperti saudara bagiku, bukan majikan.Kelembutan dan ketulusannya sungguh membuat aku terharu. Terlebih lagi hubungannya yang harmonis cukup membuat aku merasa iri. Seandainya Mas Andi menyayangiku seperti Mas Ridwan menyayangi Mbak Mawar. Mungkin aku juga akan sebahagia mereka.Ah, tapi sudahlah. .Siang harinya, aku berbelanja ke pasar. Siapa sangka aku malah bertemu dengan sosok lelaki yang pernah menoreh luka dalam hatiku itu."Dinda!" t
Judul: Kepergianku, penyesalanmu.Part: 7.***POV Dinda.Aku terus memikirkan ucapan Mas Andi saat berada di dalam kamar.Benarkah dia sudah berubah dan menyesal?Haruskah aku memberikannya lagi kesempatan?Entahlah, hatiku terlalu lelah untuk mempertimbangkan semuanya.Namun, sejujurnya aku pun memang membutuhkan pasangan. Menjadi janda kerap kali membuat aku iri dan merasa kesepian di tengah kemesraan Mbak Mawar dan Mas Ridwan.--Hari selanjutnya, aku kembali berdiskusi dengan Mbak Mawar yang telah aku anggap keluarga sendiri."Apa kamu yakin, Din? Saya tidak percaya kalau mantan suamimu bisa berubah secepat itu," ucap Mbak Mawar."Apa salahnya dicoba, Mbak. Aku merasa tidak lengkap tanpanya. Selama ini aku kira cintaku telah sirna, tapi ternyata tidak."Mbak Mawar bergeming sembari menoleh ke arah suaminya."Saya mendukung Dinda. Kesempatan kedua terkadang memang perlu diberikan," sambung Mas Ridwan.Mbak Mawar masih bergeming dengan menggeleng-geleng penuh keraguan."Tenang saj
Judul: Kepergianku, Penyesalanmu.Part: 8.POV Dinda.Aku semakin gelisah. Berharap Mas Andi mengirimkan pesan penjelasan untuk mendamaikan hatiku. Namun, sampai pagi tiba aku tak jua menerimanya.Setelah matahari mulai naik, aku mencoba menghubungi kembali. Kali ini dijawab."Mas, kenapa semalaman tak berkabar?" tanyaku dengan intonasi suara yang masih terdengar santai."Maaf, sayang. Mas semalam ada urusan di luar. Mas ketiduran setelah pulangnya," jawab Mas Andi.Keningku berkerut menerima jawaban bohong itu.Ternyata Mas Andi tidak sepenuhnya berubah."Jangan terus membodohiku, Mas. Semalam Surya memberitahu kalau kalian bertemu di luar. Kenapa tak jujur? Pasti Mas janjian dengan salah satu wanita yang dibawanya, bukan?" "Berhentilah mencurigaiku, Din. Aku tak suka dengan sikapmu yang terlalu overprotektif ini. Aku dan Surya lama tidak bertemu. Masalah wanita yang dibawanya aku sama sekali tidak tahu.""Lantas kenapa Mas tak meminta izinku terlebih dahulu?""Ayolah, Din. Mau samp