Garis takdir.Part: 28.***Sepanjang perjalanan menuju kantor Melati merasa gelisah. Ia mengira Naya akan lenyap saat itu. Namun, nyatanya keberuntungan masih berpihak pada Naya.Melati tak tenang, antara kesal dan menyesal. Ia bukan penjahat, bahkan untuk melukai seseorang pun Melati tak pernah sebelumnya. Karena rasa cemburu yang begitu besar membuatnya gelap mata..Sampai di kantor, ternyata Andre sudah menunggu. "Selamat pagi Buk Melati," sapa Andre dengan diiringi sebuah senyuman."Pagi, Pak Andre. Ada apakah gerangan yang membuat Pak Andre menemui saya sepagi ini?" tanya Melati dengan nada sinis.Andre masih tersenyum ramah. "Tentu ada hal penting yang ingin saya bicarakan.""Katakan saja!""Ini soal Naya," ujar Andre pula."Wanita itu lagi. Apa hebatnya dia hingga menjadi idaman kalian, para lelaki.""Tidak perlu saya sebutkan kehebatan, kelebihan, keistimewaannya, bukan? Saya rasa Buk Melati pun tahu sendiri bagaimana kualitas Naya," papar Andre dengan sedikit keras.Melati
Garis takdir.Part: 29***Dua hari yang tersisa. Ya Allah, benarkah ini adalah detik-detik terakhirku? Harusnya aku menutup mata dengan menanggung sejuta beban kerinduan, serta beban kesalahan. Adakah ampunan untukku? Dosaku menggunung karena telah menyakiti hati Melati, istriku sendiri. Namun, Engkau pun tahu, aku sudah berusaha menepis bayangan cinta masa laluku itu. Nyatanya perasaan ini masih tumbuh subur. Aku memang bersalah, tapi bukankah cinta adalah sebuah rasa yang suci? Bukankah Engkau sendiri maha pemilik cinta sejati? Selama kesucian itu tak kami nodai, aku berharap banyak untuk pengampunanMu, dan tentunya pengampunan dari istriku jua.Tulis Zacky dengan penuh linangan air mata.Pagi ini Zacky merasa begitu sesaknya. Kematian seolah sudah berada di depan mata.Vonis dokter tak bisa dielak. Hidup dan mati memang berada di garis takdir Tuhan. Namun, hitungan medis juga jarang sekali berselisihan. Kecuali, tangan pemilik dunia membalikkan kemauannya.."Tuan, kenapa wajah
Garis takdir.Part: 30***Obat penenang yang diberikan pada Naya membuatnya tersadar ketika hari sudah malam.Santi tak sedetik pun meninggalkan sahabatnya. Bahkan sang suami memberi pengertian untuk Santi menemani Naya."Syukurlah kau sudah bangun, Nay. Bagaimana kondisimu sekarang? Apa sudah lebih baik?" tanya Santi dengan mata yang sembab."Aku sudah jauh lebih baik, Santi. Terima kasih, banyak. Tolong jangan menangis lagi! Matamu bengkak dan kau tampak jelek begitu," ujar Naya bercanda.Santi tertawa sedih. Di matanya jatuh lagi bulir bening yang tulus."Kau membuatku takut, Nay.""Aku baik-baik saja. Percayalah!""Dokter bilang kau terlalu memikirkan sesuatu.""Tidak juga. Aku hanya merasa sedikit aneh hari ini. Hatiku ngilu, seperti ada sesuatu yang direnggut paksa di dalam tubuhku ini, Santi.""Apa jangan-jangan ...."Ucapan Santi menggantung. Ia tersadar tak baik, jika membahas Zacky saat ini.Akan tetapi, Naya mengerti apa yang hendak dikatakan oleh sahabatnya.Ia pun tersen
Judul: Kepergianku, penyesalanmu.Part: 1.***"Mas, siapa wanita yang bersamamu ini?" tanyaku menunjuk foto yang ada galeri telepon Mas Andi.Wajah suamiku biasa saja, tak ada ekspresi apa-apa. Ia terkesan santai, bahkan seolah sedang tak ada pertanyaan yang aku lontarkan."Mas, jawab!" ujarku menaikan intonasi suara."Jangan lebay, Din! Cuma karena sebuah foto saja, kamu jadi memperumit keadaan," sahutnya."Aku hanya ingin meminta jawabanmu, Mas. Tak bisakah kau menenangkan hatiku. Mas akhir-akhir ini bersikap dingin, bahkan tak pernah menyentuhku lagi. Apa salah jika aku menaruh curiga? Dan foto wanita yang bersandar di pundakmu itu sungguh membakar hatiku."Mas Andi tertawa mengejek. Aku yang sedang gelisah, tak sedikitpun ditanggapi serius olehnya.Namaku, Dinda Clarisa. Aku dan Mas Andi sudah lima tahun menikah. Hubungan kami baik-baik saja empat tahun terakhir. Namun, sejak memasuki tahun kelima ini, ada yang berbeda. Suamiku lebih sering marah tanpa sebab yang jelas. Aku pun m
Judul: Kepergianku, penyesalanmu.Part: 2.***"Bu, bangun yuk! Waktunya makan malam sama minum obat nih," ucap Mas Andi.Seperti yang aku katakan. Ibu tak merespon lagi."Hem, Ibu jangan bercanda ah. Aku capek loh, Bu."Kini wajah Mas Andi berubah tegang.Perlahan ia juga mengecek tubuh Ibu. Akhirnya air mata Mas Andi pun ikut jatuh.Ia histeris memanggil Ibu. "Bu! Bangun!"Tidak bisa dipungkiri. Ibu mertua sudah meninggal dunia. "Semua pasti karena ulahmu! Apa saja yang kau kerjakan di rumah? Mengurus Ibuku saja kau tidak becus!" cecar Mas Andi.Aku bergeming di samping jasad Ibu. Terserahlah Mas Andi mau mengatakan apa saja. Namun, aku berjanji setelah ini aku akan mencari kebahagiaanku yang sirna.Aku pasti mengabulkan permintaan terakhir Ibu..Usai pemakaman Ibu, aku duduk termenung di teras lantai atas. Apa lagi alasanku bertahan di sini? Ibu mertua yang menyayangiku bagai Anaknya sendiri telah tiada.Suamiku ... apa dia layak disebut suami?Bahkan aku saja sudah tak diang
Judul: Kepergianku, penyesalanmu.Part: 3.***Kini aku, Mas Andi dan gundiknya itu sudah berada di ruang tengah.Wanita muda nan cantik itu tersenyum seolah tak punya rasa malu dan rasa bersalah."Apa maumu, Din?" tanya Mas Andi."Ceraikan aku, Mas!" pintaku.Mas Andi tergelak. "Kau bercanda?" tanya-nya lagi."Aku serius."Mas Andi semakin tertawa lepas."Kau pikir kau itu siapa, Din? Jika bercerai denganku, maka kau mau tinggal di mana? Kau mau jadi gelandangan?" cibirnya."Itu bukan urusanmu," sahutku."Kalau aku tidak mau menceraikanmu, bagaimana?""Aku yang akan menggugat ke pengadilan.""Apa alasanmu? Kau pikir semua tak butuh biaya?" "Aku bisa mengaturnya. Dan aku pastikan foto-foto perselingkuhanmu ini akan mempercepat proses pengaduanku. Satu lagi, Mas ... kamu harus ingat, berselingkuh ada jerat hukumnya. Apa kau siap?" Sekarang wajah Mas Andi tidak sesombong sebelumnya. Ia mulai ciut."Kau mengancamku, Dinda?" "Aku tidak mengancam, Mas. Aku cuma minta kau ceraikan aku.
Judul: Kepergianku, Penyesalanmu.Part: 4.***Hari berganti bulan. Bahkan surat persidangan untuk perceraianku pun telah aku terima.Aku mempercepat proses perceraian itu hingga statusku kini sudah sah menjadi janda.Keluarga Mbak Mawar juga sudah tahu dengan semua kisahku. Tak ada yang aku tutupi. Mereka mendukung keputusanku."Kamu yang tabah ya, Din! Saya yakin, nanti Allah akan menggantikan jodoh yang tepat untukmu," ucap Mas Ridwan, suami dari Mbak Mawar."Iya, Aamiin.""Dinda orang baik. Tentunya lelaki baik juga yang akan mendampinginya nanti," sambung Mbak Mawar.Jika diperhatikan semakin hari wajah Mbak Mawar semakin pucat. Aku juga beberapa kali memergokinya mengonsumsi obat.Namun, aku tak berani banyak bertanya. Aku takut menyinggungnya..Di teras lantai atas. Aku duduk bersantai setelah berhasil membuat si kembar tertidur di kamarnya.Tiba-tiba Mbak Mawar menghampiriku. "Din, boleh saya minta waktumu sebentar?" tanya-nya."Mbak ini lucu sekali. Kenapa harus bertanya se
Judul: Kepergianku, Penyesalanmu.Part: 5.***POV Mawar."Mas, lihatlah rambutku semakin tipis. Sepertinya akan segera habis rontok semua," ucapku lemah sembari menyandarkan kepala di pundak kekar suamiku."Tidak masalah, sayang. Tanpa rambut pun, cintaku padamu tak akan berkurang. Kamu tetaplah yang terindah dalam hidupku," papar suamiku.Mas Ridwan memang sosok suami yang sempurna. Tak pernah sekalipun ia berkata kasar padaku. Gambaran lelaki idaman seluruh wanita adalah dirinya.Aku sangat bahagia menjadi istrinya."Terima kasih, Mas. Tapi bagaimana jika masa itu tiba? Mas akan kesepian tanpaku.""Aku tidak suka membahas perihal ini, sayang. Karena aku yakin dirimu pasti kembali pulih.""Aku juga menginginkan hal itu, Mas. Namun, kemungkinan bisa saja terjadi. Vonis Dokter juga bisa saja salah. Akan tetapi, jika benar adanya bagaimana, Mas? Apa Mas akan mencari penggantiku?""Pertanyaan macam apa itu? Sedikitpun tak terlintas untuk mencari penggantimu."Aku bergeser posisi. Kini a