Garis takdir.Part: 24***Sepanjang perjalanan pulang Melati terbayang-bayang Zacky dan Naya. Betapa sebagai seorang istri, ia merasa begitu terluka.'Kau jahat, Pa! Kau benar-benar jahat!' gumam Melati.Hingga dua puluh menit berlalu, Melati sampai di depan halaman rumahnya.Rasa kecewa serta sakit hati, membuat Melati melangkah turun dengan lemah. Bahkan, untuk sampai ke depan pintu pun Melati berusaha dengan susah payah. Goyah sudah pertahanannya.Hati istri mana yang tak rapuh saat mengetahui sang suami mencintai orang lain. Terlebih lagi orang itu adalah masa lalunya.Bel berbunyi, Bik Atun dengan cepat membukakan pintu.Saat mendapati sang majikan berdiri dengan tatapan kosong, Bik Atun langsung mengerti kalau telah terjadi sesuatu lagi."Nyonya sedang sakit?" tanya Bik Atun basa-basi.Melati tak menjawab, ia malah berjalan lurus ke depan menuju kamarnya sendiri.Mata sendu Melati mulai berembun. Kesedihan, kebencian, kesakitan, kekecewaan, menjadi satu di hati Melati..Semen
Garis takdirPart: 25***Sampai di restoran, ternyata Naya sudah menunggu dengan wajah cerianya.Zacky tersenyum dan seolah melupakan Maslah hidupnya saat melihat wajah cantik Naya yang menyambutnya."Aku sudah menyiapkan sarapan," ucap Naya dengan ciri khasnya. "Aku ingin segera menyantapnya," sahut Zacky antusias.Keduanya duduk di meja paling sudut. Tanpa basa-basi, Zacky memang langsung menikmati hidangan yang Naya sediakan.Sementara Santi memperhatikan diam-diam.'Kenapa mereka bertemu tiap hari? Apa Zacky akan kembali pada Naya lagi?' Santi bertanya-tanya sendiri dalam hati.Keduanya larut dalam rasa bahagia hingga lupa bahwa ada yang terluka dengan sikap mereka."Kenapa cantikmu tak pernah pudar?" tanya Zacky menggoda.Dengan tersipu malu, Naya menjawab. "Ah, itu hanya gombalan nakalmu.""Aku serius. Bahkan saat ini kecantikan itu bertambah mempesona di mataku.""Tapi tak secantik istrimu," ujar Naya tertawa kecil.Sontak Zacky terdiam dan menyadari kalau saat ini dirinya su
Garis takdir.Part: 26***Deras hujan menemani kegelisahan Naya malam ini. Ditempat yang berbeda, Zacky dan Melati juga merasakan hal yang sama.Melati membiarkan dirinya merasa dingin di tepi jendela kamar yang terbuka. Semilir angin membuat air hujan melayang mengenai wajah cantiknya.Melati tetap diam tanpa berniat mengunci jendela.Sedangkan Zacky, ia merenung di teras sambil mengamati hujan deras yang tak kunjung reda.Betapa saat ini hidup sangat rumit bagi Zacky. Sementara Naya, ia menarik selimut dengan berderaian air mata. Naya merasa bersalah pada Melati, tapi ia juga tak bisa menolak kehadiran Zacky.--Pagi harinya, Bik Atun terkejut melihat sang majikan tertidur di teras. Ia panik dan langsung berkata. "Tuan, kenapa bisa di sini?"Zacky perlahan membuka mata. Ia sendiri pun tak sadar kenapa bisa tidur di teras rumah."Saya ketiduran, Bik. Tolong jangan beritahu Melati tentang ini," ujar Zacky tersenyum tipis.Bik Atun mengangguk dan membalas senyuman sang majikan.Mel
Garis takdir.Part: 27***Setelah Santi pergi, Zacky merasa sangat gelisah. Ia kepikiran dengan perkataan Santi yang menyatakan bahwa Melati nyaris membuat Naya kehilangan nyawa.Mondar-mandir Zacky menunggu kedatangan sang istri. Hingga Bik Atun dan Cika ikut cemas dan merasa was-was.Keduanya takut kalau Zacky lepas kendali pada Melati..Waktu berjalan, bunyi bel menandakan kepulangan Melati. Cika bergegas membukakan pintu dengan debar di dada yang sangat tak menentu.Melati melangkah masuk dengan santai, seolah-olah tak terjadi apa-apa."Ma, Papa ingin bicara serius denganmu," ujar Zacky menatap tajam.Melati mulai salah tingkah. Ia mengira kalau kabar kematian Naya sudah sampai ke telinga suaminya."Silakan, Pa."Zacky seketika meraih kedua tangan Melati, kemudian berkata. "Apa yang sudah Mama lakukan terhadap Naya?"Melati menarik napas panjang, ia benar-benar merasa gugup saat ini."Kenapa selalu bertanya soal Naya? Mama tidak punya waktu untuk membahasnya. Lagipula pekerjaan
Garis takdir.Part: 28.***Sepanjang perjalanan menuju kantor Melati merasa gelisah. Ia mengira Naya akan lenyap saat itu. Namun, nyatanya keberuntungan masih berpihak pada Naya.Melati tak tenang, antara kesal dan menyesal. Ia bukan penjahat, bahkan untuk melukai seseorang pun Melati tak pernah sebelumnya. Karena rasa cemburu yang begitu besar membuatnya gelap mata..Sampai di kantor, ternyata Andre sudah menunggu. "Selamat pagi Buk Melati," sapa Andre dengan diiringi sebuah senyuman."Pagi, Pak Andre. Ada apakah gerangan yang membuat Pak Andre menemui saya sepagi ini?" tanya Melati dengan nada sinis.Andre masih tersenyum ramah. "Tentu ada hal penting yang ingin saya bicarakan.""Katakan saja!""Ini soal Naya," ujar Andre pula."Wanita itu lagi. Apa hebatnya dia hingga menjadi idaman kalian, para lelaki.""Tidak perlu saya sebutkan kehebatan, kelebihan, keistimewaannya, bukan? Saya rasa Buk Melati pun tahu sendiri bagaimana kualitas Naya," papar Andre dengan sedikit keras.Melati
Garis takdir.Part: 29***Dua hari yang tersisa. Ya Allah, benarkah ini adalah detik-detik terakhirku? Harusnya aku menutup mata dengan menanggung sejuta beban kerinduan, serta beban kesalahan. Adakah ampunan untukku? Dosaku menggunung karena telah menyakiti hati Melati, istriku sendiri. Namun, Engkau pun tahu, aku sudah berusaha menepis bayangan cinta masa laluku itu. Nyatanya perasaan ini masih tumbuh subur. Aku memang bersalah, tapi bukankah cinta adalah sebuah rasa yang suci? Bukankah Engkau sendiri maha pemilik cinta sejati? Selama kesucian itu tak kami nodai, aku berharap banyak untuk pengampunanMu, dan tentunya pengampunan dari istriku jua.Tulis Zacky dengan penuh linangan air mata.Pagi ini Zacky merasa begitu sesaknya. Kematian seolah sudah berada di depan mata.Vonis dokter tak bisa dielak. Hidup dan mati memang berada di garis takdir Tuhan. Namun, hitungan medis juga jarang sekali berselisihan. Kecuali, tangan pemilik dunia membalikkan kemauannya.."Tuan, kenapa wajah
Garis takdir.Part: 30***Obat penenang yang diberikan pada Naya membuatnya tersadar ketika hari sudah malam.Santi tak sedetik pun meninggalkan sahabatnya. Bahkan sang suami memberi pengertian untuk Santi menemani Naya."Syukurlah kau sudah bangun, Nay. Bagaimana kondisimu sekarang? Apa sudah lebih baik?" tanya Santi dengan mata yang sembab."Aku sudah jauh lebih baik, Santi. Terima kasih, banyak. Tolong jangan menangis lagi! Matamu bengkak dan kau tampak jelek begitu," ujar Naya bercanda.Santi tertawa sedih. Di matanya jatuh lagi bulir bening yang tulus."Kau membuatku takut, Nay.""Aku baik-baik saja. Percayalah!""Dokter bilang kau terlalu memikirkan sesuatu.""Tidak juga. Aku hanya merasa sedikit aneh hari ini. Hatiku ngilu, seperti ada sesuatu yang direnggut paksa di dalam tubuhku ini, Santi.""Apa jangan-jangan ...."Ucapan Santi menggantung. Ia tersadar tak baik, jika membahas Zacky saat ini.Akan tetapi, Naya mengerti apa yang hendak dikatakan oleh sahabatnya.Ia pun tersen
Judul: Kepergianku, penyesalanmu.Part: 1.***"Mas, siapa wanita yang bersamamu ini?" tanyaku menunjuk foto yang ada galeri telepon Mas Andi.Wajah suamiku biasa saja, tak ada ekspresi apa-apa. Ia terkesan santai, bahkan seolah sedang tak ada pertanyaan yang aku lontarkan."Mas, jawab!" ujarku menaikan intonasi suara."Jangan lebay, Din! Cuma karena sebuah foto saja, kamu jadi memperumit keadaan," sahutnya."Aku hanya ingin meminta jawabanmu, Mas. Tak bisakah kau menenangkan hatiku. Mas akhir-akhir ini bersikap dingin, bahkan tak pernah menyentuhku lagi. Apa salah jika aku menaruh curiga? Dan foto wanita yang bersandar di pundakmu itu sungguh membakar hatiku."Mas Andi tertawa mengejek. Aku yang sedang gelisah, tak sedikitpun ditanggapi serius olehnya.Namaku, Dinda Clarisa. Aku dan Mas Andi sudah lima tahun menikah. Hubungan kami baik-baik saja empat tahun terakhir. Namun, sejak memasuki tahun kelima ini, ada yang berbeda. Suamiku lebih sering marah tanpa sebab yang jelas. Aku pun m