Home / Romansa / Gadis Kesayangan Sang Mafia / 94. Hari yang Tenang

Share

94. Hari yang Tenang

Author: rainaxdays
last update Last Updated: 2024-05-24 16:57:20

"Pesta ganja?"

"Ya, pesta ganja di kasino milikku, Tuan Damian. Aku dengar kau menyukai anggur tua, jadi aku juga telah menyiapkan hal itu. Datanglah besok, pestanya dimulai pukul enam sore."

"Yah, baiklah," sahut Damian setelah beberapa saat. Evren secara pribadi mengundangnya untuk pergi ke pestanya, katanya itu adalah pesta kecil-kecilan untuk mempererat hubungan sesama 'rekan kerja'. Damian tidak memiliki pilihan selain menerima undangannya, meskipun sejujurnya ia tidak suka dengan pesta ganja.

"Baiklah, aku menunggumu kedatanganmu."

"Ya," ucap Damian sebelum menutup telepon. Ia meletakkannya di atas meja, lalu beranjak untuk menutup gorden. Malam semakin larut, beberapa menit lagi tepat tengah malam.

Setelah merapikan semua berkas, Damian mengeluarkan vodka dan ganja yang ia ambil di markas. Ia meletakkan semuanya di atas meja, lalu membuka laci, mencari-cari kertas penggulung untuk membungkus daun ganja keringnya menjadi sebatang rokok.

Bella telah tidur ketika Damian keluar dar
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   95. Pesta Ganja Evren

    Damian merasa menyesal telah mengajak Bella untuk ikut ke pesta ganja. Efek ganja membuatnya bicara tanpa saringan. Sekarang saat otaknya berfungsi dengan baik, ia sibuk merutuki dirinya sendiri.Pesta ganja tidak seperti pesta lain yang penuh dengan kue dan minuman. Kau tidak bisa mengharapkan suasana bahagia dan hangat yang diselenggarakan di mansion-mansion mewah. Pesta itu dipenuhi bajingan yang sibuk sakau dan mabuk-mabukan.Damian mengusap wajahnya dengan hela napas frustrasi. Ia mondar-mandir di depan kamar dan menatap ke arah pintu. Pintu berayun terbuka dan Damian berdiri kaku saat Bella muncul dibaliknya.Dia sangat cantik, pikirnya. Tidak, tapi luar biasa menawan.Damian merasa terbakar, hanya dengan memikirkan berapa banyak pria yang akan melirik kekasihnya. Sial. Seharusnya ia tidak pernah menghisap ganja.Tetapi terlambat untuk menyesal sekarang. Bella terlanjur bersiap dan tampak antusias dengan perjalanan keduanya. Jika Damian menyuruhnya untuk tinggal di rumah, sement

    Last Updated : 2024-05-28
  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   96. Pria Misterius

    "Perkenalkan ini calon istriku, Bella," kata Damian saat tujuh pria itu melirik dengan penasaran. Mereka mengangguk sopan dan Bella membalas dengan gestur yang sama. Damian memperkenalkan satu per satu nama mereka, menjelaskan bahwa mereka semua adalah keluarga rekan bisnisnya—Evren. "Senang bertemu dengan kalian semua," sahut Bella dengan suara pelan. "Senang bertemu denganmu, Nona," balas mereka nyaris bersamaan. Mereka sangat sopan, pikir Bella. Jauh berbanding terbalik dengan penampilan mereka yang terlihat seperti komunitas punk jalanan. Memang benar seseorang tidak bisa dinilai dari penampilannya saja. Mereka lantas berpamitan pada Damian dan berbaur dengan para tamu. Damian meraih botol anggurnya dan menyesapnya sedikit. "Kau pasti terkejut dengan penampilan dan kesopanan mereka yang berbanding terbalik," gumamnya, tersenyum tipis. "Ya, itu cukup mengejutkan. Tapi mereka terlihat baik." "Hm, tidak juga. Mereka sebenarnya hanya mematuhi peraturan." Bella mengeryit. "Perat

    Last Updated : 2024-05-30
  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   97. Van Dominguez dan Ambisinya

    “Tuan Van, Ymar cukup kompeten untuk bergabung dengan kita, bukan?” Van menoleh dan menatap Lester sejenak, kemudian kembali menikmati minumannya. Untuk beberapa saat, dia hanya bungkam sambil menatap pemandangan di luar jendela. “Kompeten saja tidak cukup untukku,” kata Van dengan hela napas malas. Ia menyilangkan kaki dan menyandarkan kepalanya ke belakang. “Aku berharap dia memiliki sedikit informasi tentang Serpenquila, tapi ternyata dia tidak tahu apa pun.” “Dia bukan anggota inti, jadi dia hanya tahu cangkangnya saja. Lagi pula...” Lester menggantung kalimatnya dan mengambil tempat duduk di sofa depan Van. “... bukankah rencana kita sudah matang? Kita tidak perlu lagi mengorek-orek informasi mengenai Serpenquila.” “Hm, tetap saja aku ingin sesuatu yang berharga,” gumam Van. Mata abu-abunya menatap lurus ke arah Lester, cukup lama, sampai pria itu mulai merasa tidak nyaman di tempatnya. Intimidasi halus seperti itu adalah favorit Van. Lawan bicaranya bahkan sudah mengkerut

    Last Updated : 2024-05-30
  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   98. Membunuh atau Dibunuh

    Damian bergegas memasuki markas dan melepas mantelnya. Ia meregangkan tubuhnya sejenak, merasa agak kurang enak badan pagi ini. Mungkin karena ia minum terlalu banyak alkohol. Semalam, setelah kembali dari pesta Evren, ia kembali meminum anggur saat makan malam. Bella sudah memberi peringatan, tetapi Damian benar-benar berpikir bahwa tubuhnya akan mendukungnya. Ia baru menyesal sekarang. Padahal, ia berniat untuk mengunjungi orang tuanya sore nanti. Damian menghela napas dan meletakkan pistolnya di atas meja. Sebuah map plastik tergeletak di sana. Ia membukanya dan melihat bahwa itu adalah informasi terbaru mengenai organisasi Uncamord. Markas mereka ada di Charleston—tidak mengejutkan mengingat Charleston adalah kota di mana perbudakan merajalela dan bisnis mereka berkembang di sana. Semua jenis budak ada di sana dan para gangster menjadikannya sebagai tempat berkumpul. Bisa dibilang, Charleston adalah pusat kejahatan di Qirginia Barat. Damian menyimpan berkas itu di laci, te

    Last Updated : 2024-05-31
  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   99. Berkunjung ke Hinton

    Damian kembali ke rumah dengan perasaan muram. Suasana hatinya jadi buruk karena bertemu dengan asisten Paman Velvet dan bagaimana dia menuduh Bella.Setelah pemutusan kontrak keduanya, ia tidak menyangka bahwa pria itu masih memiliki keberanian untuk menampakkan anggotanya. Selama ini, Serpenquila terus memasok senjata ke organisasi mereka. Tetapi setelah rencana pembunuhan yang Velvet lakukan, Damian tidak sudi untuk bekerja sama lagi. Seharusnya mereka bersyukur karena Damian tidak menuntut balas.Ia mendorong pintu terbuka dan menatap sekeliling rumah yang kosong. Ia lantas berjalan ke dapur, otomatis tersenyum melihat Bella tampak fokus saat memindahkan adonan kue yang telah matang. Senyum mengembang di bibir ranum gadis itu.Hanya dengan melihatnya seperti ini, Damian sudah merasa bahagia. Rasa lelah dan suasana hatinya yang buruk menghilang dalam sekejap. Damian bersandar di ambang pintu dan menatap lama, sampai akhirnya Bella mendongak.“Kenapa hanya berdiri di sana?” tanyanya

    Last Updated : 2024-05-31
  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   100. Pria Asing di Pesta

    Bella menurunkan sedikit jendela dan menatap jalanan kota Hinton yang telah lama tidak ia lihat. Udara dingin menerpa, salju menutupi segalanya, dan langit mendung seperti biasa, tetapi ia cukup menikmati pemandangan yang tersaji.Dari kejauhan, ia sudah bisa melihat puncak mansion yang menjulang. Damian dan Bella rencananya akan menginap dua malam, kemudian kembali di hari Senin. Piceus telah diurus oleh seseorang yang Damian percaya, jadi mereka tak perlu khawatir Piceus akan kelaparan.Damian memelankan laju mobil dan berbelok ke jalan kecil yang mengarah ke mansion. Bella menurunkan kaca jendela sepenuhnya dan mengulurkan tangannya. Damian terdengar tertawa di sampingnya. Ia sangat merindukan suasana Hinton yang jauh berbeda dengan Alderson.Mobil berhenti di depan pagar dan suara keras Mirabesy sudah terdengar dari pekarangan. “Damian! Bella! Ya Tuhan! Akhirnya kalian datang juga!”Damian dan Bella saling melirik, merasa bersalah karena baru bisa berkunjung sekarang. Damian memba

    Last Updated : 2024-06-01
  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   101. Istri Bos Mafia

    “BELLLAAAAA!! Astaga! Kami merindukanmu! Ya Tuhan!”Tawa Bella pecah ketika Erina dan Verona menghambur ke pelukannya, nyaris membuatnya jatuh ke belakang saking kerasnya tubrukan mereka. Jika saja Mochelle tidak menahan punggungnya, maka ia pasti sudah jatuh ke lantai.“Kami tidak bisa mengirim surat karena katanya ada masalah,” kata Verona dengan wajah cemberut saat melepaskan diri.“Iya, ada sedikit masalah,” ucap Bella, memberi penjelasan. Bahkan ia sendiri sangat ingin menghubungi Erina dan Verona, tetapi saat itu tidak memungkinkan. “Lengan Damian sampai tertembak.”“Lengan Tuan Damian sampai tertembak?” Mochelle membelalak. “Itu masalah yang cukup serius.” Bella mengangguk pelan. Erina dan Verona saling menatap dengan wajah bersalah, sempat mengira bahwa Bella telah melupakan keduanya. Kemudian Erina mundur dan mulai memperhatikan tubuh Bella dari atas sampai ke bawah.“Kau baik-baik saja, bukan? Kau tidak terluka 'kan?” tanya Erina cemas. Verona juga mulai mengecek keadaan Be

    Last Updated : 2024-06-03
  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   102. Perasaan Aneh

    “Istri bos mafia. Istriku, Arabella Charlotte,” bisik Damian, menjauhkan wajahnya. Ia terkekeh dan Bella berbalik dengan wajah cemberut. “Kenapa? Tidak mau?”Bella menggeleng. “Istri bos mafia? Bukankah itu posisi kedua?”Tawa Damian sontak meledak. Ia menggeleng-geleng sambil menatap kekasihnya dengan tatapan tidak percaya. “Jadi maksudmu, kau ingin menjadi bosnya?”“Kurasa begitu.” Bella mengangguk dengan senyum mengembang dan Damian kembali tertawa.“Baiklah, kau jadi bosnya dan aku asistenmu?” tawar Damian, menaikkan satu alis.Bella kesulitan menahan tawa saat Damian menampilkan ekspresi yang begitu serius. Damian mengernyit bingung dan tawa Bella pecah. “Aku hanya bercanda,” ucapnya. “Tapi kau bisa menjadi bosnya, Sayangku. Aku akan jadi asistenmu,” goda Damian, tidak ingin topik itu terputus begitu saja.“Kalau kau bersikeras, mungkin nanti,” kata Bella, mengedikkan bahunya. “Aku perlu berlatih keras sekarang agar bisa melampauimu.”Damian terkekeh. “Ya, kau perlu berlatih ker

    Last Updated : 2024-06-03

Latest chapter

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   131. ‘Ibumu ada di sini’

    “Hei Putri Tidur, sampai kapan kau akan terus menutup matamu?”Sebuah guncangan terasa di pundak Bella, disusul suara yang tidak asing. Aroma alkohol menerpa penciumannya dan membuat hidung Bella berkerut.“Putri Tidur? Apa aku perlu menciummu agar kau mau bangun? Atau kau ingin berhibernasi seperti seekor beruang bodoh?”Suara kasar itu kembali menyerbu pendengarannya. Bella berusaha membuka kelopak matanya yang terasa berat, rasanya seolah ada lem yang menempel di sana.“Akhirnya Putri Tidur kita bangun juga,” kata Lester dengan seringai tipis. Ia duduk di tepi ranjang dan menatap Bella dengan saksama.Bella terperanjat dari tempatnya dan hendak bangun, tetapi seluruh tubuhnya terasa lemas. Ia membuka mulut untuk bicara, tetapi hanya suara serak yang keluar.Ke mana suaranya pergi?Bella kira kondisinya telah membaik, tetapi mendadak saja ia merasa begitu lemas. Setelah pertemuan mengejutkannya dengan Van, ia sepertinya mengalami serangan panik dan pingsan.Ketika ia bangun, Lester

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   130. Hasil Tes DNA

    “Kau yakin ini hasilnya?”Van menatap hasil tes DNA dengan mata melebar tidak percaya. Ditatapnya Joseph yang mengangguk dengan ekspresi meyakinkan, sama sekali tidak ada keraguan di sana.Van tidak akan pernah meragukan Joseph, tetapi hasil di kertas ini...Bagaimana mungkin ini nyata?Van terduduk lemas di kursi dan menyentuh kepalanya yang terasa sakit. Dari semua hal yang telah ia usahakan setengah mati selama bertahun-tahum, bagaimana mungkin ia bisa melewatkan informasi sepenting ini?Bella adalah anaknya.Arabella Charlotte.Kekasih Damian, musuhnya. Bella yang telah ia siksa. Bella yang ia kira hanyalah bagian dari musuhnya. Bella yang ia jadikan sandera...Bagaimana mungkin dia adalah Bella yang selama ini ia cari? Malaikat kecilnya. Anaknya dengan Helena. Putrinya yang ia tinggalkan bertahun-tahun yang lalu...Bagaimana mungkin mereka adalah satu orang yang sama?Van memijat kepalanya dan terdiam untuk waktu yang lama. Fakta itu hanya membuatnya terguncang dengan perasaan ka

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   129. Pengkhianat Harus Dibungkam

    Damian menegakkan tubuhnya dan menoleh ke luar jendela. Matanya dengan awas meneliti sekitar.Ada sesuatu yang tidak beres.Intuisinya mengatakan bahwa ada seseorang yang tengah mengawasinya. Ia hanya berhenti untuk menerima telepon dari Andrius, tetapi rasanya seolah ada yang sedang mengintainya sekarang.Angin dingin berembus dari arah timur, menerbangkan rambutnya hingga jatuh ke dahi. Damian hanya terus menatap kaca spion mobil selama beberapa detik, kemudian kembali mengawasi sekitar dengan saksama.Pohon dan bangunan tua terbengkalai. Rainelle terlihat sepi tanpa penghuni, tetapi Damian yakin ada sesuatu yang tengah menunggunya jika ia melajukan mobilnya sekarang.Ia baru saja mengambil senjata di markas, dan berniat kembali ke mansion. Ia harus memberitahu ayahnya terlebih dahulu sebelum menyerang ke tempat Van. Waktunya semakin menipis, tetapi pergi tanpa persiapan apa pun sama saja dengan membunuh dirinya sendiri dan Bella.Damian tidak ingin membiarkan semuanya berakhir sia-

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   128. Kesepakatan

    “Anda tahu saya tidak akan memberikan informasi apa pun, bukan?” Valeriy bersandar di mobil rongsokannya dan menatap Damian. “Informasi yang kuberikan waktu itu sudah cukup. Sekalipun Anda memberikan senjata rakitan lagi, saya tetap tidak bisa.”Damian tahu bahwa Valeriy memegang teguh peraturan dalam organisasinya, tetapi ini tentang hidup dan matinya. Damian akan melakukan apa pun, meskipun itu berarti ia harus melanggar kode etik yang sepatutnya ia taati. Ia tidak peduli apa pun lagi selain menyelamatkan gadisnya.“Baiklah, saya harus pergi.” Valeriy sudah hendak berbalik ketika Damian melontarkan seutas kalimat yang membuatnya membeku di tempat.“Adikmu berada di penjara Alcatraz, bukan?”Valeriy berbalik dengan mata menyipit. Mulutnya terbuka, uap berembus keluar, tetapi dia seolah kehilangan kata-kata.“Aku bisa mengeluarkannya dari sana,” lanjut Damian.Valeriy terlihat goyah dan matanya menatap Damian dengan saksama. Ekspresi Damian keras dan tatapannya yang tajam menunjukkan

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   127. Pencarian Damian

    Damian terus mondar-mandir dengan gusar. Ia merasa akan meledak saat ini juga. Khawatir, tegang, takut, cemas, ngeri, marah, kesal, sedih, semuanya bercampur menjadi satu. Ia tidak bisa duduk diam, sementara gadisnya entah berada di mana dan dalam keadaan apa.Damian menggeram. “Apa komputer sialan itu sudah terhubung dengan pelacaknya?!”“Diam brengsek! Aku sedang berusaha!” Bogdan balas berteriak. Wajah memerah murka dan Martinez akhirnya bangkit berdiri.“Duduk, Damian.”Damian berdecak dan melemparkan tubuhnya ke kursi. Ia memijat sisi kepalanya yang berdenyut sakit dan menghela napas keras.Stres berat. Itulah yang ia rasakan. Ia tegang dan cemas sepanjang waktu. Ia tidak bisa berhenti memikirkan hilangnya Bella dan bagaimana ia bisa menemukan gadisnya. Sudah tiga hari berlalu, tetapi mereka belum mendapatkan lokasi pasti tempat di mana Bella berada.Tiap detik yang berlalu terasa membunuhnya. Tiap detik yang terbuang dan Damian merasa akan menggila. Bella masih berada di sana, d

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   126. Tes DNA

    “Ibu, Ayah di mana? Kenapa Ayah tidak pernah pulang lagi? Apakah Ayah mencari uang di tempat yang sangat jauh?”Bella menatap ibunya dengan heran. Sudah hampir sebulan berlalu, tetapi ayahnya tidak kunjung menampakkan diri.Bella sudah bosan makan roti dari tepung biji ek, jamur tumis liar, dan jus apel. Ia ingin makan daging atau setidaknya roti gandum. Tetapi gandum cukup mahal akhir-akhir ini, jadi ibunya tidak bisa membelinya. Apalagi daging yang harganya berkali-kali lipat.Ayam mereka telah habis dimakan oleh musang dan rakun liar yang berkeliaran di sekitar hutan. Mereka tidak memiliki ternak domba atau sapi seperti warga lainnya. Bella pikir mereka juga tidak menyukai ibunya dan tidak pernah berbagi apa pun saat perayaan. Hanya keluarga Damian yang baik padanya, tetapi mereka juga bukan orang kaya.“Ayah akan pulang, Sayang. Tapi kita harus bersabar.” Helena berjongkok dan membelai wajah putrinya dengan sayang. “Kau harus bersabar sedikit lagi, ya? Ibu akan buatkan kue enak da

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   125. Pertemuan Van dan Bella

    “Apa kau sudah menyuntiknya dengan obat itu?”“Ya, Tuan. Dia sudah tidak sadarkan diri di ruangan itu.”“Bagus.” Van mengangguk dan melirik Fabrizio yang sedang sibuk bicara dengan seseorang di telepon. Van lantas mengisyaratkan Lester untuk pergi, sementara ia menghubungi asistennya agar terus mengawasi Helena.Van akan kembali menemuinya malam ini.Helena masih enggan bicara padanya, tetapi ia tidak peduli. Selama wanita itu berada dalam genggamannya, maka ia pasti bisa membalikkan keadaan suatu saat nanti. Jika ia berhasil menemukan putrinya kembali, ia yakin Helena mau berkompromi dan memaafkannya.Ini hanya masalah waktu.Van memasukkan ponselnya ke saku saat Fabrizio mendekat. Dia menyelipkan pistolnya ke saku dan mengangguk pada Van.“Ayo.”Van berjalan lebih dulu, sementaraFabrizio mengikutinya dari belakang. Mereka menyusuri lorong gedung tua terbengkalai itu dengan tenang, sampai akhirnya tiba di ruangan yang dituju.Van mendorong pintu terbuka secara perlahan. Ia melangkah

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   124. Pengakuan Lester

    Ada sesuatu yang terasa berdenyut di bagian belakang kepala Bella. Denyut itu terus membesar setiap detiknya hingga rasanya tengkoraknya akan pecah. Bella berusaha membuka matanya yang berat, tetapi pandangannya sangat buram, lebih buruk dari sekadar melihat dari kaca berembun.Ia berkedip-kedip beberapa kali sampai pandangannya sedikit lebih baik, tetapi rasa sakit lain di tubuhnya mulai muncul. Rasanya seolah ia telah dipukul habis-habisan. Yang paling nyeri adalah kedua pergelangannya. Bella tidak bisa mengangkatnya, sepertinya tangannya benar-benar telah patah.Ia meraba papan kayu di bawahnya—kotor dan berdebu. Sekelilingnya gelap, hanya sedikit cahaya yang berhasil masuk dari celah kecil di atas jendela yang ditutupi gorden. Ia tidak tahu apa sekarang sudah malam atau cuaca sedang mendung di luar. Ia bahkan tidak tahu apa ia masih berada di Norfolk atau kota lain.Damian...Wajah pria itu melintas di benaknya. Suasana pesta yang kacau terbayang-bayang. Hati Bella mencelos mengin

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   123. Pria Familier

    Ibunya selalu bilang bahwa takdir itu sulit ditebak, kau tidak tahu hal mengejutkan apa yang akan terjadi satu jam kedepan, satu menit ke depan, atau bahkan satu detik ke depan.Itu sebabnya Ibunya selalu memiliki harapan untuknya, bahwa Bella bisa terbebas dari perbudakan dan menjalani kehidupan yang lebih baik di masa depan.Setelah bertemu Damian kembali, hidupnya terasa dijungkir-balikkan. Ada lebih banyak kebahagiaan yang datang padanya dibanding kesedihan yang selama ini mengungkungnya. Tetapi, ia tahu bahwa tidak selamanya kehidupan seseorang akan penuh dengan bunga yang mekar. Ada kalanya bahaya dan kesedihan itu datang mengintai, menghempas apa pun layaknya badai.Dan Bella tahu itulah yang terjadi malam ini.Tembakan mendesing ke segala penjuru. Suasana pesta yang tadinya tenang seketika menjadi kacau. Semua orang berlarian dengan panik, jeritan ketakutan mereka memenuhi ruangan.Bella terhuyung di tempat, bahunya sakit setelah ditubruk berulang kali. Ia berusaha untuk berla

DMCA.com Protection Status