1. Aut neca aut necare (Latin): Membunuh atau dibunuh. - Juga disebut: “neca ne neceris” (bunuhlah supaya kamu tidak dibunuh). 2. Aut vincere aut mori (Latin): Takhlukkan atau mati. - Ikrar umum victoria aut mors (kemenangan atau kematian). Motto keluarga Higgenbotham dan Higginbottom di Cheshire, Inggris; peserta Perang Mawar. Juga motto untuk Sayap Tempur Pertama Amerika Serikat, Pangkalan Angkatan Udara Langley di Virginia. 3. Aut pax aut bellum (Latin): Damai atau perang. - Motto dari Klan Gunn. Klan Gunn (bahasa Gaelik Skotlandia: ‘Na Guinnich’) adalah sebuah klan Skotlandia Dataran Tinggi yang terkait dengan tanah di Skotlandia timur laut, termasuk Caithness, Sutherland, dan, bisa dibilang, Kepulauan Orkney. Klan Gunn adalah salah satu Klan Skotlandia tertua, yang merupakan keturunan dari Norse Jarls dari Orkney dan Pictish Mormaers dari Caithness.
Damian kembali ke rumah dengan perasaan muram. Suasana hatinya jadi buruk karena bertemu dengan asisten Paman Velvet dan bagaimana dia menuduh Bella.Setelah pemutusan kontrak keduanya, ia tidak menyangka bahwa pria itu masih memiliki keberanian untuk menampakkan anggotanya. Selama ini, Serpenquila terus memasok senjata ke organisasi mereka. Tetapi setelah rencana pembunuhan yang Velvet lakukan, Damian tidak sudi untuk bekerja sama lagi. Seharusnya mereka bersyukur karena Damian tidak menuntut balas.Ia mendorong pintu terbuka dan menatap sekeliling rumah yang kosong. Ia lantas berjalan ke dapur, otomatis tersenyum melihat Bella tampak fokus saat memindahkan adonan kue yang telah matang. Senyum mengembang di bibir ranum gadis itu.Hanya dengan melihatnya seperti ini, Damian sudah merasa bahagia. Rasa lelah dan suasana hatinya yang buruk menghilang dalam sekejap. Damian bersandar di ambang pintu dan menatap lama, sampai akhirnya Bella mendongak.“Kenapa hanya berdiri di sana?” tanyanya
Bella menurunkan sedikit jendela dan menatap jalanan kota Hinton yang telah lama tidak ia lihat. Udara dingin menerpa, salju menutupi segalanya, dan langit mendung seperti biasa, tetapi ia cukup menikmati pemandangan yang tersaji.Dari kejauhan, ia sudah bisa melihat puncak mansion yang menjulang. Damian dan Bella rencananya akan menginap dua malam, kemudian kembali di hari Senin. Piceus telah diurus oleh seseorang yang Damian percaya, jadi mereka tak perlu khawatir Piceus akan kelaparan.Damian memelankan laju mobil dan berbelok ke jalan kecil yang mengarah ke mansion. Bella menurunkan kaca jendela sepenuhnya dan mengulurkan tangannya. Damian terdengar tertawa di sampingnya. Ia sangat merindukan suasana Hinton yang jauh berbeda dengan Alderson.Mobil berhenti di depan pagar dan suara keras Mirabesy sudah terdengar dari pekarangan. “Damian! Bella! Ya Tuhan! Akhirnya kalian datang juga!”Damian dan Bella saling melirik, merasa bersalah karena baru bisa berkunjung sekarang. Damian memba
“BELLLAAAAA!! Astaga! Kami merindukanmu! Ya Tuhan!”Tawa Bella pecah ketika Erina dan Verona menghambur ke pelukannya, nyaris membuatnya jatuh ke belakang saking kerasnya tubrukan mereka. Jika saja Mochelle tidak menahan punggungnya, maka ia pasti sudah jatuh ke lantai.“Kami tidak bisa mengirim surat karena katanya ada masalah,” kata Verona dengan wajah cemberut saat melepaskan diri.“Iya, ada sedikit masalah,” ucap Bella, memberi penjelasan. Bahkan ia sendiri sangat ingin menghubungi Erina dan Verona, tetapi saat itu tidak memungkinkan. “Lengan Damian sampai tertembak.”“Lengan Tuan Damian sampai tertembak?” Mochelle membelalak. “Itu masalah yang cukup serius.” Bella mengangguk pelan. Erina dan Verona saling menatap dengan wajah bersalah, sempat mengira bahwa Bella telah melupakan keduanya. Kemudian Erina mundur dan mulai memperhatikan tubuh Bella dari atas sampai ke bawah.“Kau baik-baik saja, bukan? Kau tidak terluka 'kan?” tanya Erina cemas. Verona juga mulai mengecek keadaan Be
“Istri bos mafia. Istriku, Arabella Charlotte,” bisik Damian, menjauhkan wajahnya. Ia terkekeh dan Bella berbalik dengan wajah cemberut. “Kenapa? Tidak mau?”Bella menggeleng. “Istri bos mafia? Bukankah itu posisi kedua?”Tawa Damian sontak meledak. Ia menggeleng-geleng sambil menatap kekasihnya dengan tatapan tidak percaya. “Jadi maksudmu, kau ingin menjadi bosnya?”“Kurasa begitu.” Bella mengangguk dengan senyum mengembang dan Damian kembali tertawa.“Baiklah, kau jadi bosnya dan aku asistenmu?” tawar Damian, menaikkan satu alis.Bella kesulitan menahan tawa saat Damian menampilkan ekspresi yang begitu serius. Damian mengernyit bingung dan tawa Bella pecah. “Aku hanya bercanda,” ucapnya. “Tapi kau bisa menjadi bosnya, Sayangku. Aku akan jadi asistenmu,” goda Damian, tidak ingin topik itu terputus begitu saja.“Kalau kau bersikeras, mungkin nanti,” kata Bella, mengedikkan bahunya. “Aku perlu berlatih keras sekarang agar bisa melampauimu.”Damian terkekeh. “Ya, kau perlu berlatih ker
Bella terperanjat bangun mendengar suara benda yang jatuh. Ia menyentuh kepalanya yang pusing karena langsung duduk, lalu matanya bergerak meneliti sekeliling kamar.Jam dinding menunjukkan pukul sembilan malam. Seharusnya Damian telah kembali. Apakah suara tadi berasal darinya?“Damian?” panggil Bella, tetapi tidak ada respon. Ia beranjak turun dari kasur dan keluar dari kamar. Suasana rumah terasa sepi, tak ada tanda-tanda kalau Damian telah kembali.Apakah Bella hanya bermimpi? Atau suara yang terdengar berasal dari luar?Bella menuruni tangga dengan hati-hati dan menatap sekitar. Ia sengaja tidak mematikan lampu karena menunggu Damian pulang, tetapi ia malah ketiduran.Bella berhenti di anak tangga terakhir ketika suara langkah terdengar dari dapur. “Damian?” panggilnya sekali lagi. Masih tidak ada respon dan suara langkah itu ikut terhenti.Bella berdiri diam, mulai merasa waspada. Jika itu Damian, tidak mungkin dia mengabaikan panggilan Bella. Dan kenapa langkahnya terhenti saat
“Bagaimana keadaannya sekarang?”“Keadaannya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Tidak ada luka di tubuhnya, tapi dia mengalami syok berat. Itu sebabnya dia muntah terus-menerus. Untuk sementara, biarkan dia istirahat.”“Dia pasti terkejut dengan apa yang terjadi.”“Itu benar. Aku bahkan terguncang ketika kembali ke rumah dan keadaannya sangat kacau. Aku menyesal telah meninggalkan Bella sendirian.”Sayup-sayup, Bella bisa mendengar beberapa suara berbeda yang tengah berbicara. Itu adalah suara mertuanya, Damian, dan kalau tidak salah, Dokter Jeanna.Sebuah tangan sejuk menempel di dahinya. Bella membuka matanya yang terasa berat, pandangannya masih agak buram. Ia berkedip-kedip menyesuaikan pandangan dan mengernyit melihat pemandangan yang berbeda.Ini bukan kamarnya di Alderson, tetapi kamar Damian di Hinton.Bella menoleh dan mendapati wajah-wajah yang menatapnya dengan sedih. Damian mengusap kepalanya, lalu menunduk. “Bagaimana perasaanmu, Sayang? Apa kau masih merasa mual?”Be
Damian membuang napas gusar. Ia melirik jam di dinding, kemudian kembali menghela napas. Gundah. Damian merasa gelisah memikirkan apa yang tengah terjadi di Rainelle saat ini.Akankah Serpenquila berhasil?Ayahnya, Andrius, Massimo, dan empat anggota senior yang lain pergi ke Rainelle untuk menemui organisasi Paman Velvet. Anggota merekalah yang telah melakukan penyerangan pada Bella malam itu. Serpenquila ingin menuntut balas, tetapi sayang sekali, Damian tidak bisa ikut.Sekarang ketika Bella tertidur, ia merasa cemas memikirkan apa yang terjadi. Jika kesepakatan tidak mencapai titik temu, maka sudah pasti ada darah yang mengalir.Damian menebak opsi kedua yang akan terjadi, mengingat ini bukan masalah sepele. Menyerang seseorang yang bukan anggota organisasi adalah suatu kejahatan besar, melampaui aturan yang seharusnya dijunjung tinggi oleh setiap mafia.Yah, Damian tahu tidak semua mafioso mematuhinya, tetapi setidaknya Paman Velvet tahu resiko yang akan dia tanggung jika melampa
Semua pelayan kembali ke mansion sore ini. Martinez menginginkan sebuah perayaan kecil untuk keberhasilan mereka, jadi para pelayan kembali lebih awal. Terhitung sejak jam lima, mereka telah mondar-mandir membawa makanan, minuman, dan juga beberapa perlengkapan lain yang dibutuhkan. Cuaca cerah malam ini. Bintang-bintang menghiasi langit dan salju tidak turun, jadi acara makan-makan itu dilaksanakan di halaman depan mansion. Tepat pada pukul tujuh malam, para anggota senior telah duduk di depan meja panjang, berdampingan dengan Martinez dan Mirabesy. Damian dan Bella memilih tempat di kursi paling ujung. “Sial, kalkun ini sangat lezat,” sahut Bogdan saat mereka mulai menyantap makanan. Anggota lain kontan terkekeh mendengar komentarnya. Dari semua anggota senior yang cenderung tenang dan tidak banyak bicara, Bogdan-lah yang selalu mencairkan suasana dengan tingkahnya yang berbanding terbalik dengan image ‘pria terhormat’ untuk para mafia. “Yah kau tahu Tuan Martinez memilik
“Hei Putri Tidur, sampai kapan kau akan terus menutup matamu?”Sebuah guncangan terasa di pundak Bella, disusul suara yang tidak asing. Aroma alkohol menerpa penciumannya dan membuat hidung Bella berkerut.“Putri Tidur? Apa aku perlu menciummu agar kau mau bangun? Atau kau ingin berhibernasi seperti seekor beruang bodoh?”Suara kasar itu kembali menyerbu pendengarannya. Bella berusaha membuka kelopak matanya yang terasa berat, rasanya seolah ada lem yang menempel di sana.“Akhirnya Putri Tidur kita bangun juga,” kata Lester dengan seringai tipis. Ia duduk di tepi ranjang dan menatap Bella dengan saksama.Bella terperanjat dari tempatnya dan hendak bangun, tetapi seluruh tubuhnya terasa lemas. Ia membuka mulut untuk bicara, tetapi hanya suara serak yang keluar.Ke mana suaranya pergi?Bella kira kondisinya telah membaik, tetapi mendadak saja ia merasa begitu lemas. Setelah pertemuan mengejutkannya dengan Van, ia sepertinya mengalami serangan panik dan pingsan.Ketika ia bangun, Lester
“Kau yakin ini hasilnya?”Van menatap hasil tes DNA dengan mata melebar tidak percaya. Ditatapnya Joseph yang mengangguk dengan ekspresi meyakinkan, sama sekali tidak ada keraguan di sana.Van tidak akan pernah meragukan Joseph, tetapi hasil di kertas ini...Bagaimana mungkin ini nyata?Van terduduk lemas di kursi dan menyentuh kepalanya yang terasa sakit. Dari semua hal yang telah ia usahakan setengah mati selama bertahun-tahum, bagaimana mungkin ia bisa melewatkan informasi sepenting ini?Bella adalah anaknya.Arabella Charlotte.Kekasih Damian, musuhnya. Bella yang telah ia siksa. Bella yang ia kira hanyalah bagian dari musuhnya. Bella yang ia jadikan sandera...Bagaimana mungkin dia adalah Bella yang selama ini ia cari? Malaikat kecilnya. Anaknya dengan Helena. Putrinya yang ia tinggalkan bertahun-tahun yang lalu...Bagaimana mungkin mereka adalah satu orang yang sama?Van memijat kepalanya dan terdiam untuk waktu yang lama. Fakta itu hanya membuatnya terguncang dengan perasaan ka
Damian menegakkan tubuhnya dan menoleh ke luar jendela. Matanya dengan awas meneliti sekitar.Ada sesuatu yang tidak beres.Intuisinya mengatakan bahwa ada seseorang yang tengah mengawasinya. Ia hanya berhenti untuk menerima telepon dari Andrius, tetapi rasanya seolah ada yang sedang mengintainya sekarang.Angin dingin berembus dari arah timur, menerbangkan rambutnya hingga jatuh ke dahi. Damian hanya terus menatap kaca spion mobil selama beberapa detik, kemudian kembali mengawasi sekitar dengan saksama.Pohon dan bangunan tua terbengkalai. Rainelle terlihat sepi tanpa penghuni, tetapi Damian yakin ada sesuatu yang tengah menunggunya jika ia melajukan mobilnya sekarang.Ia baru saja mengambil senjata di markas, dan berniat kembali ke mansion. Ia harus memberitahu ayahnya terlebih dahulu sebelum menyerang ke tempat Van. Waktunya semakin menipis, tetapi pergi tanpa persiapan apa pun sama saja dengan membunuh dirinya sendiri dan Bella.Damian tidak ingin membiarkan semuanya berakhir sia-
“Anda tahu saya tidak akan memberikan informasi apa pun, bukan?” Valeriy bersandar di mobil rongsokannya dan menatap Damian. “Informasi yang kuberikan waktu itu sudah cukup. Sekalipun Anda memberikan senjata rakitan lagi, saya tetap tidak bisa.”Damian tahu bahwa Valeriy memegang teguh peraturan dalam organisasinya, tetapi ini tentang hidup dan matinya. Damian akan melakukan apa pun, meskipun itu berarti ia harus melanggar kode etik yang sepatutnya ia taati. Ia tidak peduli apa pun lagi selain menyelamatkan gadisnya.“Baiklah, saya harus pergi.” Valeriy sudah hendak berbalik ketika Damian melontarkan seutas kalimat yang membuatnya membeku di tempat.“Adikmu berada di penjara Alcatraz, bukan?”Valeriy berbalik dengan mata menyipit. Mulutnya terbuka, uap berembus keluar, tetapi dia seolah kehilangan kata-kata.“Aku bisa mengeluarkannya dari sana,” lanjut Damian.Valeriy terlihat goyah dan matanya menatap Damian dengan saksama. Ekspresi Damian keras dan tatapannya yang tajam menunjukkan
Damian terus mondar-mandir dengan gusar. Ia merasa akan meledak saat ini juga. Khawatir, tegang, takut, cemas, ngeri, marah, kesal, sedih, semuanya bercampur menjadi satu. Ia tidak bisa duduk diam, sementara gadisnya entah berada di mana dan dalam keadaan apa.Damian menggeram. “Apa komputer sialan itu sudah terhubung dengan pelacaknya?!”“Diam brengsek! Aku sedang berusaha!” Bogdan balas berteriak. Wajah memerah murka dan Martinez akhirnya bangkit berdiri.“Duduk, Damian.”Damian berdecak dan melemparkan tubuhnya ke kursi. Ia memijat sisi kepalanya yang berdenyut sakit dan menghela napas keras.Stres berat. Itulah yang ia rasakan. Ia tegang dan cemas sepanjang waktu. Ia tidak bisa berhenti memikirkan hilangnya Bella dan bagaimana ia bisa menemukan gadisnya. Sudah tiga hari berlalu, tetapi mereka belum mendapatkan lokasi pasti tempat di mana Bella berada.Tiap detik yang berlalu terasa membunuhnya. Tiap detik yang terbuang dan Damian merasa akan menggila. Bella masih berada di sana, d
“Ibu, Ayah di mana? Kenapa Ayah tidak pernah pulang lagi? Apakah Ayah mencari uang di tempat yang sangat jauh?”Bella menatap ibunya dengan heran. Sudah hampir sebulan berlalu, tetapi ayahnya tidak kunjung menampakkan diri.Bella sudah bosan makan roti dari tepung biji ek, jamur tumis liar, dan jus apel. Ia ingin makan daging atau setidaknya roti gandum. Tetapi gandum cukup mahal akhir-akhir ini, jadi ibunya tidak bisa membelinya. Apalagi daging yang harganya berkali-kali lipat.Ayam mereka telah habis dimakan oleh musang dan rakun liar yang berkeliaran di sekitar hutan. Mereka tidak memiliki ternak domba atau sapi seperti warga lainnya. Bella pikir mereka juga tidak menyukai ibunya dan tidak pernah berbagi apa pun saat perayaan. Hanya keluarga Damian yang baik padanya, tetapi mereka juga bukan orang kaya.“Ayah akan pulang, Sayang. Tapi kita harus bersabar.” Helena berjongkok dan membelai wajah putrinya dengan sayang. “Kau harus bersabar sedikit lagi, ya? Ibu akan buatkan kue enak da
“Apa kau sudah menyuntiknya dengan obat itu?”“Ya, Tuan. Dia sudah tidak sadarkan diri di ruangan itu.”“Bagus.” Van mengangguk dan melirik Fabrizio yang sedang sibuk bicara dengan seseorang di telepon. Van lantas mengisyaratkan Lester untuk pergi, sementara ia menghubungi asistennya agar terus mengawasi Helena.Van akan kembali menemuinya malam ini.Helena masih enggan bicara padanya, tetapi ia tidak peduli. Selama wanita itu berada dalam genggamannya, maka ia pasti bisa membalikkan keadaan suatu saat nanti. Jika ia berhasil menemukan putrinya kembali, ia yakin Helena mau berkompromi dan memaafkannya.Ini hanya masalah waktu.Van memasukkan ponselnya ke saku saat Fabrizio mendekat. Dia menyelipkan pistolnya ke saku dan mengangguk pada Van.“Ayo.”Van berjalan lebih dulu, sementaraFabrizio mengikutinya dari belakang. Mereka menyusuri lorong gedung tua terbengkalai itu dengan tenang, sampai akhirnya tiba di ruangan yang dituju.Van mendorong pintu terbuka secara perlahan. Ia melangkah
Ada sesuatu yang terasa berdenyut di bagian belakang kepala Bella. Denyut itu terus membesar setiap detiknya hingga rasanya tengkoraknya akan pecah. Bella berusaha membuka matanya yang berat, tetapi pandangannya sangat buram, lebih buruk dari sekadar melihat dari kaca berembun.Ia berkedip-kedip beberapa kali sampai pandangannya sedikit lebih baik, tetapi rasa sakit lain di tubuhnya mulai muncul. Rasanya seolah ia telah dipukul habis-habisan. Yang paling nyeri adalah kedua pergelangannya. Bella tidak bisa mengangkatnya, sepertinya tangannya benar-benar telah patah.Ia meraba papan kayu di bawahnya—kotor dan berdebu. Sekelilingnya gelap, hanya sedikit cahaya yang berhasil masuk dari celah kecil di atas jendela yang ditutupi gorden. Ia tidak tahu apa sekarang sudah malam atau cuaca sedang mendung di luar. Ia bahkan tidak tahu apa ia masih berada di Norfolk atau kota lain.Damian...Wajah pria itu melintas di benaknya. Suasana pesta yang kacau terbayang-bayang. Hati Bella mencelos mengin
Ibunya selalu bilang bahwa takdir itu sulit ditebak, kau tidak tahu hal mengejutkan apa yang akan terjadi satu jam kedepan, satu menit ke depan, atau bahkan satu detik ke depan.Itu sebabnya Ibunya selalu memiliki harapan untuknya, bahwa Bella bisa terbebas dari perbudakan dan menjalani kehidupan yang lebih baik di masa depan.Setelah bertemu Damian kembali, hidupnya terasa dijungkir-balikkan. Ada lebih banyak kebahagiaan yang datang padanya dibanding kesedihan yang selama ini mengungkungnya. Tetapi, ia tahu bahwa tidak selamanya kehidupan seseorang akan penuh dengan bunga yang mekar. Ada kalanya bahaya dan kesedihan itu datang mengintai, menghempas apa pun layaknya badai.Dan Bella tahu itulah yang terjadi malam ini.Tembakan mendesing ke segala penjuru. Suasana pesta yang tadinya tenang seketika menjadi kacau. Semua orang berlarian dengan panik, jeritan ketakutan mereka memenuhi ruangan.Bella terhuyung di tempat, bahunya sakit setelah ditubruk berulang kali. Ia berusaha untuk berla