Damian membuang napas gusar. Ia melirik jam di dinding, kemudian kembali menghela napas. Gundah. Damian merasa gelisah memikirkan apa yang tengah terjadi di Rainelle saat ini.Akankah Serpenquila berhasil?Ayahnya, Andrius, Massimo, dan empat anggota senior yang lain pergi ke Rainelle untuk menemui organisasi Paman Velvet. Anggota merekalah yang telah melakukan penyerangan pada Bella malam itu. Serpenquila ingin menuntut balas, tetapi sayang sekali, Damian tidak bisa ikut.Sekarang ketika Bella tertidur, ia merasa cemas memikirkan apa yang terjadi. Jika kesepakatan tidak mencapai titik temu, maka sudah pasti ada darah yang mengalir.Damian menebak opsi kedua yang akan terjadi, mengingat ini bukan masalah sepele. Menyerang seseorang yang bukan anggota organisasi adalah suatu kejahatan besar, melampaui aturan yang seharusnya dijunjung tinggi oleh setiap mafia.Yah, Damian tahu tidak semua mafioso mematuhinya, tetapi setidaknya Paman Velvet tahu resiko yang akan dia tanggung jika melampa
Semua pelayan kembali ke mansion sore ini. Martinez menginginkan sebuah perayaan kecil untuk keberhasilan mereka, jadi para pelayan kembali lebih awal. Terhitung sejak jam lima, mereka telah mondar-mandir membawa makanan, minuman, dan juga beberapa perlengkapan lain yang dibutuhkan. Cuaca cerah malam ini. Bintang-bintang menghiasi langit dan salju tidak turun, jadi acara makan-makan itu dilaksanakan di halaman depan mansion. Tepat pada pukul tujuh malam, para anggota senior telah duduk di depan meja panjang, berdampingan dengan Martinez dan Mirabesy. Damian dan Bella memilih tempat di kursi paling ujung. “Sial, kalkun ini sangat lezat,” sahut Bogdan saat mereka mulai menyantap makanan. Anggota lain kontan terkekeh mendengar komentarnya. Dari semua anggota senior yang cenderung tenang dan tidak banyak bicara, Bogdan-lah yang selalu mencairkan suasana dengan tingkahnya yang berbanding terbalik dengan image ‘pria terhormat’ untuk para mafia. “Yah kau tahu Tuan Martinez memilik
“Piceus!”Bella memekik dan berlari cepat melintasi tanah landai tatkala kuda hitam gagah itu terlihat dalam pandangannya.“Piceus! Ya Tuhan!”Kuda itu meringkik keras dan menendang-nendang tanah mendengar suara Bella.Bella tertawa, lalu mengulurkan tangannya, menyentuh lembut puncak kepala Piceus. Dia menjadi lebih tenang, kemudian mendenguskan napasnya ke telapak tangan Bella.“Dia baik-baik saja, Damian!” sahut Bella pada Damian yang menyusul di belakang.Damian terkekeh dan bergegas mendekat. “Aku tahu dia kuda yang cerdas,” ucapnya. Saat penyerangan itu terjadi, rupanya Piceus bersembunyi di belakang tumpukan jerami yang berada di ujung hutan.Damian sempat berpikir kalau Piceus kabur melewati dinding pembatas, sebab terkejut oleh suara tembakan yang menggelegar. Tetapi rupanya dia cukup cerdik dengan tidak menampakkan diri pada dua pria penyerang itu. Damian bersyukur Piceus bisa ditemukan kembali, tanpa lecet sedikit pun.Sore ini, Piceus dibawa ke kandangnya, bergabung dengan
Bagaimana mungkin ia bisa mengenakannya di depan Damian?Bella termangu di tempat, tatapannya terpaku pada beberapa lembar gaun tidur mahal yang diberikan oleh ibu mertuanya. Kainnya tipis dan halus, terbuat dari sutra dengan hiasan renda di bagian atasnya. Potongan dadanya berbentuk V, sementara panjangnya hanya sebatas paha atas Bella.Katanya, gaun itu adalah keluaran terbaru untuk dipajang di butik ibu mertuanya. Dia memberikan beberapa pada Bella untuk dikenakan.Bella meraih satu gaun berwarna hitam dan mendekat ke cermin. Ibu mertuanya menyuruhnya untuk mengenakannya malam ini, mengingat Damian pasti akan menyukainya.Jadi, ini yang mereka bicarakan lewat tatapan mata mereka.Hanya dengan membayangkan reaksi Damian, pipi Bella jadi terbakar. Ia tahu benar Damian akan menyukainya, tetapi ia merasa malu untuk memakainya.Bella melirik jam dan menggigit-gigiti bibir. Setelah makan malam, Damian pergi ke sayap barat untuk melakukan diskusi dengan anggota organisasinya. Sudah seteng
Van mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja dengan gusar. Matanya terus tertuju pada pintu yang tertutup, menunggu sang kepala pelayan untuk menampakkan diri.Malam ini, ia berniat untuk menunjukkan dirinya pada Helena.Setelah berjam-jam memikirkan hal itu, ia pikir inilah waktu yang tepat. Van tidak bisa terus bersembunyi dari wanita itu dan menunggu sampai ia menemukan putrinya.Van sangat ingin tahu bagaimana reaksi Helena ketika melihatnya. Wanita itu jelas akan syok berat, tetapi lebih dari itu, ia penasaran apakah Helena masih melihatnya sebagai pria yang sama.Pria yang dia cintai selama bertahun-tahun, sampai ia terpaksa pergi karena membutuhkan uang. Van menyesali sikapnya waktu itu, namun tidak ada yang bisa ia lakukan untuk memperbaikinya.Masa lalu hanya masa lalu. Meskipun faktanya, masa lalu lah yang menentukan masa depan seseorang.Van menarik napas panjang, tetapi rasa gelisah di hatinya hanya semakin bertambah. Jantungnya berdentum keras, keringat dingin mulai membasahi t
Damian berjalan cepat menuju pintu markas. Penjaga menyapanya seperti biasa dan ia mengangguk singkat sebagai jawaban.“Selamat pagi, Tuan Damian!”“Selamat pagi,” balas Damian, melambai ringan pada beberapa anggota yang bergantian menyapanya.Ia langsung berjalan menuju ruang penyimpanan senjata, dan mengeluarkan beberapa pistol rakitan ayahnya. Damian ingin mengganti pistolnya yang sempat lecet saat menghadapi kekacauan di Rainelle.Ada banyak hal yang perlu diurus hari ini.Massimo memberitahu bahwa Ymar tidak bisa ditemukan di mana pun. Dia sengaja disembunyikan di suatu tempat. Massimo bahkan pergi ke tempat tinju liar di Rainelle setiap malam, tetapi mereka (Ymar dan Lester) tidak pernah menampakkan diri lagi. Mereka bermain dengan rapi.Andrius juga memberi kabar tentang Axel yang menolak untuk bicara sampai akhir. Dia akan dieksekusi hari ini, sebab tidak ada gunanya lagi untuk mempertahankannya.Terakhir adalah pembahasan tentang organisasi Paman Velvet yang telah tumbang. Si
“Butik sengaja dikosongkan hari ini, jadi kita bisa melihat koleksi terbaru dengan lebih leluasa, Sayang.”Bella tersenyum dan mengamit lengan ibu mertuanya. Ia diajak untuk berkunjung ke butik hari ini, mengingat Damian harus pergi ke markasnya di Alderson. Dia baru akan kembali menjelang makan malam.Bella sejujurnya tak lagi merasa takut, tetapi ia tetap mengawasi sekitar dengan waspada. Pistol mininya berada dalam tas selempangnya. Damian memberitahunya untuk tetap membawanya, sekalipun ia hanya pergi ke butik bersama ibunya.“Apa kau memakai gaun tidur yang Ibu berikan?”Pertanyaan tiba-tiba itu membuat Bella lengah. Ia langsung tersipu mengingat kejadian semalam. ”Iya, Ibu,” jawabnya dengan suara pelan.Mirabesy tersenyum tipis. Tak perlu bertanya lebih jauh, hanya melihat rona merah di wajah gadis itu, ia sudah bisa menebak apa yang terjadi. “Ibu harap kau menyukainya,” ucapnya, lantas menarik Bella untuk memasuki butik. Beberapa karyawan menyambut mereka dengan hormat.“Aku m
Damian:[Apa kau masih di sana, Sayangku?][Aku menunggumu di sini.][Aku merindukanmu.]Wajah Bella berseri-seri ketika melihat tiga pesan berturut-turut yang dikirim oleh Damian. Meskipun masih sore, dia rupanya pulang lebih awal dan kini menunggunya di mansion.Bella melirik ibu mertuanya yang masih berbicara dengan karyawan, dan buru-buru mengetik pesan balasan.Bella:[Kami akan pulang sebentar lagi.][Dan aku juga sangat merindukanmu.]Bella menekan tombol ‘send’ dan menyimpan ponselnya ke dalam tas selempang. Ia sudah cukup mahir dalam mengoperasikan ponsel, terutama saat mengetik pesan.Ibu mertuanya akhirnya menutup pembicaraan dan melambai pelan. “Maaf agak lama, Nak. Ibu harus memberi pengarahan sebelum datang mengecek sebulan lagi,” jelasnya.Bella mengangguk mengerti. Ibu mertuanya tersenyum dan menarik tangannya menuju supir yang telah menunggu. Beberapa tas kertas berisi gaun memenuhi tangan kanannya, itu adalah gaun yang akan ia pakai sebagai pasangan Damian di pesta b