Share

106. Perayaan Kecil

Penulis: rainaxdays
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-10 00:49:06
Semua pelayan kembali ke mansion sore ini.

Martinez menginginkan sebuah perayaan kecil untuk keberhasilan mereka, jadi para pelayan kembali lebih awal. Terhitung sejak jam lima, mereka telah mondar-mandir membawa makanan, minuman, dan juga beberapa perlengkapan lain yang dibutuhkan.

Cuaca cerah malam ini. Bintang-bintang menghiasi langit dan salju tidak turun, jadi acara makan-makan itu dilaksanakan di halaman depan mansion.

Tepat pada pukul tujuh malam, para anggota senior telah duduk di depan meja panjang, berdampingan dengan Martinez dan Mirabesy. Damian dan Bella memilih tempat di kursi paling ujung.

“Sial, kalkun ini sangat lezat,” sahut Bogdan saat mereka mulai menyantap makanan.

Anggota lain kontan terkekeh mendengar komentarnya. Dari semua anggota senior yang cenderung tenang dan tidak banyak bicara, Bogdan-lah yang selalu mencairkan suasana dengan tingkahnya yang berbanding terbalik dengan image ‘pria terhormat’ untuk para mafia.

“Yah kau tahu Tuan Martinez memilik
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   107. Sesuatu dari Ibu Mertuanya

    “Piceus!”Bella memekik dan berlari cepat melintasi tanah landai tatkala kuda hitam gagah itu terlihat dalam pandangannya.“Piceus! Ya Tuhan!”Kuda itu meringkik keras dan menendang-nendang tanah mendengar suara Bella.Bella tertawa, lalu mengulurkan tangannya, menyentuh lembut puncak kepala Piceus. Dia menjadi lebih tenang, kemudian mendenguskan napasnya ke telapak tangan Bella.“Dia baik-baik saja, Damian!” sahut Bella pada Damian yang menyusul di belakang.Damian terkekeh dan bergegas mendekat. “Aku tahu dia kuda yang cerdas,” ucapnya. Saat penyerangan itu terjadi, rupanya Piceus bersembunyi di belakang tumpukan jerami yang berada di ujung hutan.Damian sempat berpikir kalau Piceus kabur melewati dinding pembatas, sebab terkejut oleh suara tembakan yang menggelegar. Tetapi rupanya dia cukup cerdik dengan tidak menampakkan diri pada dua pria penyerang itu. Damian bersyukur Piceus bisa ditemukan kembali, tanpa lecet sedikit pun.Sore ini, Piceus dibawa ke kandangnya, bergabung dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-10
  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   108. Hanya Kita Berdua

    Bagaimana mungkin ia bisa mengenakannya di depan Damian?Bella termangu di tempat, tatapannya terpaku pada beberapa lembar gaun tidur mahal yang diberikan oleh ibu mertuanya. Kainnya tipis dan halus, terbuat dari sutra dengan hiasan renda di bagian atasnya. Potongan dadanya berbentuk V, sementara panjangnya hanya sebatas paha atas Bella.Katanya, gaun itu adalah keluaran terbaru untuk dipajang di butik ibu mertuanya. Dia memberikan beberapa pada Bella untuk dikenakan.Bella meraih satu gaun berwarna hitam dan mendekat ke cermin. Ibu mertuanya menyuruhnya untuk mengenakannya malam ini, mengingat Damian pasti akan menyukainya.Jadi, ini yang mereka bicarakan lewat tatapan mata mereka.Hanya dengan membayangkan reaksi Damian, pipi Bella jadi terbakar. Ia tahu benar Damian akan menyukainya, tetapi ia merasa malu untuk memakainya.Bella melirik jam dan menggigit-gigiti bibir. Setelah makan malam, Damian pergi ke sayap barat untuk melakukan diskusi dengan anggota organisasinya. Sudah seteng

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-11
  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   109. Van dan Helena

    Van mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja dengan gusar. Matanya terus tertuju pada pintu yang tertutup, menunggu sang kepala pelayan untuk menampakkan diri.Malam ini, ia berniat untuk menunjukkan dirinya pada Helena.Setelah berjam-jam memikirkan hal itu, ia pikir inilah waktu yang tepat. Van tidak bisa terus bersembunyi dari wanita itu dan menunggu sampai ia menemukan putrinya.Van sangat ingin tahu bagaimana reaksi Helena ketika melihatnya. Wanita itu jelas akan syok berat, tetapi lebih dari itu, ia penasaran apakah Helena masih melihatnya sebagai pria yang sama.Pria yang dia cintai selama bertahun-tahun, sampai ia terpaksa pergi karena membutuhkan uang. Van menyesali sikapnya waktu itu, namun tidak ada yang bisa ia lakukan untuk memperbaikinya.Masa lalu hanya masa lalu. Meskipun faktanya, masa lalu lah yang menentukan masa depan seseorang.Van menarik napas panjang, tetapi rasa gelisah di hatinya hanya semakin bertambah. Jantungnya berdentum keras, keringat dingin mulai membasahi t

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   110. Gadis Peri

    Damian berjalan cepat menuju pintu markas. Penjaga menyapanya seperti biasa dan ia mengangguk singkat sebagai jawaban.“Selamat pagi, Tuan Damian!”“Selamat pagi,” balas Damian, melambai ringan pada beberapa anggota yang bergantian menyapanya.Ia langsung berjalan menuju ruang penyimpanan senjata, dan mengeluarkan beberapa pistol rakitan ayahnya. Damian ingin mengganti pistolnya yang sempat lecet saat menghadapi kekacauan di Rainelle.Ada banyak hal yang perlu diurus hari ini.Massimo memberitahu bahwa Ymar tidak bisa ditemukan di mana pun. Dia sengaja disembunyikan di suatu tempat. Massimo bahkan pergi ke tempat tinju liar di Rainelle setiap malam, tetapi mereka (Ymar dan Lester) tidak pernah menampakkan diri lagi. Mereka bermain dengan rapi.Andrius juga memberi kabar tentang Axel yang menolak untuk bicara sampai akhir. Dia akan dieksekusi hari ini, sebab tidak ada gunanya lagi untuk mempertahankannya.Terakhir adalah pembahasan tentang organisasi Paman Velvet yang telah tumbang. Si

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   111. Pria Misterius (2)

    “Butik sengaja dikosongkan hari ini, jadi kita bisa melihat koleksi terbaru dengan lebih leluasa, Sayang.”Bella tersenyum dan mengamit lengan ibu mertuanya. Ia diajak untuk berkunjung ke butik hari ini, mengingat Damian harus pergi ke markasnya di Alderson. Dia baru akan kembali menjelang makan malam.Bella sejujurnya tak lagi merasa takut, tetapi ia tetap mengawasi sekitar dengan waspada. Pistol mininya berada dalam tas selempangnya. Damian memberitahunya untuk tetap membawanya, sekalipun ia hanya pergi ke butik bersama ibunya.“Apa kau memakai gaun tidur yang Ibu berikan?”Pertanyaan tiba-tiba itu membuat Bella lengah. Ia langsung tersipu mengingat kejadian semalam. ”Iya, Ibu,” jawabnya dengan suara pelan.Mirabesy tersenyum tipis. Tak perlu bertanya lebih jauh, hanya melihat rona merah di wajah gadis itu, ia sudah bisa menebak apa yang terjadi. “Ibu harap kau menyukainya,” ucapnya, lantas menarik Bella untuk memasuki butik. Beberapa karyawan menyambut mereka dengan hormat.“Aku m

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   112. Ajakan ke Pesta

    Damian:[Apa kau masih di sana, Sayangku?][Aku menunggumu di sini.][Aku merindukanmu.]Wajah Bella berseri-seri ketika melihat tiga pesan berturut-turut yang dikirim oleh Damian. Meskipun masih sore, dia rupanya pulang lebih awal dan kini menunggunya di mansion.Bella melirik ibu mertuanya yang masih berbicara dengan karyawan, dan buru-buru mengetik pesan balasan.Bella:[Kami akan pulang sebentar lagi.][Dan aku juga sangat merindukanmu.]Bella menekan tombol ‘send’ dan menyimpan ponselnya ke dalam tas selempang. Ia sudah cukup mahir dalam mengoperasikan ponsel, terutama saat mengetik pesan.Ibu mertuanya akhirnya menutup pembicaraan dan melambai pelan. “Maaf agak lama, Nak. Ibu harus memberi pengarahan sebelum datang mengecek sebulan lagi,” jelasnya.Bella mengangguk mengerti. Ibu mertuanya tersenyum dan menarik tangannya menuju supir yang telah menunggu. Beberapa tas kertas berisi gaun memenuhi tangan kanannya, itu adalah gaun yang akan ia pakai sebagai pasangan Damian di pesta b

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   113. Kekhawatiran Damian

    Damian terbangun mendengar suara berisik dari halaman belakang. Ia meraba sisi ranjang yang dingin dan membuka mata. Bella sudah lama bangun, pikirnya. Hari telah cerah di luar, sinar matahari menelusup ke dalam kamar. Cabang-cabang pinus yang bergoyang tertiup angin terdengar bersama kicauan burung. Damian melirik jam, hampir pukul sembilan pagi. “Astaga,” gumamnya, beranjak bangun dari kasur. Ia tidur terlalu lama dan kepalanya sakit karena minum alkohol sebotol penuh semalam. Ia bergegas ke kamar mandi, sekadar mencuci muka dan berganti baju. Damian mengambil obat dan langsung pergi ke aula utama. Dari balik jendela kaca, ia bisa melihat Bella yang tengah berbicara dengan Erina dan Verona. Rupanya, suara berisik itu berasal dari mereka. Damian tersenyum, senang gadis itu bisa menikmati waktunya bersama teman-temannya. Damian sendiri memiliki diskusi dengan ayahnya, jadi ia tidak akan mengganggu Bella. Pesta Evren katanya akan diselenggarakan dalam dua minggu. Ada beberap

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   114. Topik tentang Bayi

    “Apa kau pernah membayangkan hidup di luar sana tanpa terjerat dengan bisnis ilegal?”Damian yang sedang menyandarkan kepalanya di bathtub perlahan membuka mata. Bella tak lagi bersandar di dadanya, kepalanya menengadah, menatap ekspresinya dengan penasaran.“Ya, sering,” desah Damian, tersenyum tipis. Tetapi, tatapannya terlihat pahit dan menyakitkan untuk dilihat. “Kau tahu, itu hanya sebatas imajinasi. Aku membayangkannya ketika pekerjaan membuatku stres. Atau ada masalah yang terjadi organisasi kami. Tapi itu dulu.”“Dan sekarang?”“Sekarang aku sudah bisa menerima segalanya,” jawab Damian, mengembuskan napas.Bella mengangguk dan kembali menyandarkan kepalanya di dada Damian. Mereka hanya berendam di bathtub sejak 15 menit yang lalu tanpa melakukan apa pun. Bella rebah di tubuh Damian, sementara tangan pria itu memeluk perutnya.“Dan kau sendiri?” Damian balik bertanya.“Aku juga sering membayangkannya saat masih menjadi budak.” Bella meraih tangan Damian dan menjalin jemari mere

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18

Bab terbaru

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   131. ‘Ibumu ada di sini’

    “Hei Putri Tidur, sampai kapan kau akan terus menutup matamu?”Sebuah guncangan terasa di pundak Bella, disusul suara yang tidak asing. Aroma alkohol menerpa penciumannya dan membuat hidung Bella berkerut.“Putri Tidur? Apa aku perlu menciummu agar kau mau bangun? Atau kau ingin berhibernasi seperti seekor beruang bodoh?”Suara kasar itu kembali menyerbu pendengarannya. Bella berusaha membuka kelopak matanya yang terasa berat, rasanya seolah ada lem yang menempel di sana.“Akhirnya Putri Tidur kita bangun juga,” kata Lester dengan seringai tipis. Ia duduk di tepi ranjang dan menatap Bella dengan saksama.Bella terperanjat dari tempatnya dan hendak bangun, tetapi seluruh tubuhnya terasa lemas. Ia membuka mulut untuk bicara, tetapi hanya suara serak yang keluar.Ke mana suaranya pergi?Bella kira kondisinya telah membaik, tetapi mendadak saja ia merasa begitu lemas. Setelah pertemuan mengejutkannya dengan Van, ia sepertinya mengalami serangan panik dan pingsan.Ketika ia bangun, Lester

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   130. Hasil Tes DNA

    “Kau yakin ini hasilnya?”Van menatap hasil tes DNA dengan mata melebar tidak percaya. Ditatapnya Joseph yang mengangguk dengan ekspresi meyakinkan, sama sekali tidak ada keraguan di sana.Van tidak akan pernah meragukan Joseph, tetapi hasil di kertas ini...Bagaimana mungkin ini nyata?Van terduduk lemas di kursi dan menyentuh kepalanya yang terasa sakit. Dari semua hal yang telah ia usahakan setengah mati selama bertahun-tahum, bagaimana mungkin ia bisa melewatkan informasi sepenting ini?Bella adalah anaknya.Arabella Charlotte.Kekasih Damian, musuhnya. Bella yang telah ia siksa. Bella yang ia kira hanyalah bagian dari musuhnya. Bella yang ia jadikan sandera...Bagaimana mungkin dia adalah Bella yang selama ini ia cari? Malaikat kecilnya. Anaknya dengan Helena. Putrinya yang ia tinggalkan bertahun-tahun yang lalu...Bagaimana mungkin mereka adalah satu orang yang sama?Van memijat kepalanya dan terdiam untuk waktu yang lama. Fakta itu hanya membuatnya terguncang dengan perasaan ka

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   129. Pengkhianat Harus Dibungkam

    Damian menegakkan tubuhnya dan menoleh ke luar jendela. Matanya dengan awas meneliti sekitar.Ada sesuatu yang tidak beres.Intuisinya mengatakan bahwa ada seseorang yang tengah mengawasinya. Ia hanya berhenti untuk menerima telepon dari Andrius, tetapi rasanya seolah ada yang sedang mengintainya sekarang.Angin dingin berembus dari arah timur, menerbangkan rambutnya hingga jatuh ke dahi. Damian hanya terus menatap kaca spion mobil selama beberapa detik, kemudian kembali mengawasi sekitar dengan saksama.Pohon dan bangunan tua terbengkalai. Rainelle terlihat sepi tanpa penghuni, tetapi Damian yakin ada sesuatu yang tengah menunggunya jika ia melajukan mobilnya sekarang.Ia baru saja mengambil senjata di markas, dan berniat kembali ke mansion. Ia harus memberitahu ayahnya terlebih dahulu sebelum menyerang ke tempat Van. Waktunya semakin menipis, tetapi pergi tanpa persiapan apa pun sama saja dengan membunuh dirinya sendiri dan Bella.Damian tidak ingin membiarkan semuanya berakhir sia-

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   128. Kesepakatan

    “Anda tahu saya tidak akan memberikan informasi apa pun, bukan?” Valeriy bersandar di mobil rongsokannya dan menatap Damian. “Informasi yang kuberikan waktu itu sudah cukup. Sekalipun Anda memberikan senjata rakitan lagi, saya tetap tidak bisa.”Damian tahu bahwa Valeriy memegang teguh peraturan dalam organisasinya, tetapi ini tentang hidup dan matinya. Damian akan melakukan apa pun, meskipun itu berarti ia harus melanggar kode etik yang sepatutnya ia taati. Ia tidak peduli apa pun lagi selain menyelamatkan gadisnya.“Baiklah, saya harus pergi.” Valeriy sudah hendak berbalik ketika Damian melontarkan seutas kalimat yang membuatnya membeku di tempat.“Adikmu berada di penjara Alcatraz, bukan?”Valeriy berbalik dengan mata menyipit. Mulutnya terbuka, uap berembus keluar, tetapi dia seolah kehilangan kata-kata.“Aku bisa mengeluarkannya dari sana,” lanjut Damian.Valeriy terlihat goyah dan matanya menatap Damian dengan saksama. Ekspresi Damian keras dan tatapannya yang tajam menunjukkan

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   127. Pencarian Damian

    Damian terus mondar-mandir dengan gusar. Ia merasa akan meledak saat ini juga. Khawatir, tegang, takut, cemas, ngeri, marah, kesal, sedih, semuanya bercampur menjadi satu. Ia tidak bisa duduk diam, sementara gadisnya entah berada di mana dan dalam keadaan apa.Damian menggeram. “Apa komputer sialan itu sudah terhubung dengan pelacaknya?!”“Diam brengsek! Aku sedang berusaha!” Bogdan balas berteriak. Wajah memerah murka dan Martinez akhirnya bangkit berdiri.“Duduk, Damian.”Damian berdecak dan melemparkan tubuhnya ke kursi. Ia memijat sisi kepalanya yang berdenyut sakit dan menghela napas keras.Stres berat. Itulah yang ia rasakan. Ia tegang dan cemas sepanjang waktu. Ia tidak bisa berhenti memikirkan hilangnya Bella dan bagaimana ia bisa menemukan gadisnya. Sudah tiga hari berlalu, tetapi mereka belum mendapatkan lokasi pasti tempat di mana Bella berada.Tiap detik yang berlalu terasa membunuhnya. Tiap detik yang terbuang dan Damian merasa akan menggila. Bella masih berada di sana, d

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   126. Tes DNA

    “Ibu, Ayah di mana? Kenapa Ayah tidak pernah pulang lagi? Apakah Ayah mencari uang di tempat yang sangat jauh?”Bella menatap ibunya dengan heran. Sudah hampir sebulan berlalu, tetapi ayahnya tidak kunjung menampakkan diri.Bella sudah bosan makan roti dari tepung biji ek, jamur tumis liar, dan jus apel. Ia ingin makan daging atau setidaknya roti gandum. Tetapi gandum cukup mahal akhir-akhir ini, jadi ibunya tidak bisa membelinya. Apalagi daging yang harganya berkali-kali lipat.Ayam mereka telah habis dimakan oleh musang dan rakun liar yang berkeliaran di sekitar hutan. Mereka tidak memiliki ternak domba atau sapi seperti warga lainnya. Bella pikir mereka juga tidak menyukai ibunya dan tidak pernah berbagi apa pun saat perayaan. Hanya keluarga Damian yang baik padanya, tetapi mereka juga bukan orang kaya.“Ayah akan pulang, Sayang. Tapi kita harus bersabar.” Helena berjongkok dan membelai wajah putrinya dengan sayang. “Kau harus bersabar sedikit lagi, ya? Ibu akan buatkan kue enak da

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   125. Pertemuan Van dan Bella

    “Apa kau sudah menyuntiknya dengan obat itu?”“Ya, Tuan. Dia sudah tidak sadarkan diri di ruangan itu.”“Bagus.” Van mengangguk dan melirik Fabrizio yang sedang sibuk bicara dengan seseorang di telepon. Van lantas mengisyaratkan Lester untuk pergi, sementara ia menghubungi asistennya agar terus mengawasi Helena.Van akan kembali menemuinya malam ini.Helena masih enggan bicara padanya, tetapi ia tidak peduli. Selama wanita itu berada dalam genggamannya, maka ia pasti bisa membalikkan keadaan suatu saat nanti. Jika ia berhasil menemukan putrinya kembali, ia yakin Helena mau berkompromi dan memaafkannya.Ini hanya masalah waktu.Van memasukkan ponselnya ke saku saat Fabrizio mendekat. Dia menyelipkan pistolnya ke saku dan mengangguk pada Van.“Ayo.”Van berjalan lebih dulu, sementaraFabrizio mengikutinya dari belakang. Mereka menyusuri lorong gedung tua terbengkalai itu dengan tenang, sampai akhirnya tiba di ruangan yang dituju.Van mendorong pintu terbuka secara perlahan. Ia melangkah

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   124. Pengakuan Lester

    Ada sesuatu yang terasa berdenyut di bagian belakang kepala Bella. Denyut itu terus membesar setiap detiknya hingga rasanya tengkoraknya akan pecah. Bella berusaha membuka matanya yang berat, tetapi pandangannya sangat buram, lebih buruk dari sekadar melihat dari kaca berembun.Ia berkedip-kedip beberapa kali sampai pandangannya sedikit lebih baik, tetapi rasa sakit lain di tubuhnya mulai muncul. Rasanya seolah ia telah dipukul habis-habisan. Yang paling nyeri adalah kedua pergelangannya. Bella tidak bisa mengangkatnya, sepertinya tangannya benar-benar telah patah.Ia meraba papan kayu di bawahnya—kotor dan berdebu. Sekelilingnya gelap, hanya sedikit cahaya yang berhasil masuk dari celah kecil di atas jendela yang ditutupi gorden. Ia tidak tahu apa sekarang sudah malam atau cuaca sedang mendung di luar. Ia bahkan tidak tahu apa ia masih berada di Norfolk atau kota lain.Damian...Wajah pria itu melintas di benaknya. Suasana pesta yang kacau terbayang-bayang. Hati Bella mencelos mengin

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   123. Pria Familier

    Ibunya selalu bilang bahwa takdir itu sulit ditebak, kau tidak tahu hal mengejutkan apa yang akan terjadi satu jam kedepan, satu menit ke depan, atau bahkan satu detik ke depan.Itu sebabnya Ibunya selalu memiliki harapan untuknya, bahwa Bella bisa terbebas dari perbudakan dan menjalani kehidupan yang lebih baik di masa depan.Setelah bertemu Damian kembali, hidupnya terasa dijungkir-balikkan. Ada lebih banyak kebahagiaan yang datang padanya dibanding kesedihan yang selama ini mengungkungnya. Tetapi, ia tahu bahwa tidak selamanya kehidupan seseorang akan penuh dengan bunga yang mekar. Ada kalanya bahaya dan kesedihan itu datang mengintai, menghempas apa pun layaknya badai.Dan Bella tahu itulah yang terjadi malam ini.Tembakan mendesing ke segala penjuru. Suasana pesta yang tadinya tenang seketika menjadi kacau. Semua orang berlarian dengan panik, jeritan ketakutan mereka memenuhi ruangan.Bella terhuyung di tempat, bahunya sakit setelah ditubruk berulang kali. Ia berusaha untuk berla

DMCA.com Protection Status