Home / Romansa / Gadis Kesayangan Sang Mafia / 113. Kekhawatiran Damian

Share

113. Kekhawatiran Damian

Author: rainaxdays
last update Last Updated: 2024-06-14 23:57:11
Damian terbangun mendengar suara berisik dari halaman belakang. Ia meraba sisi ranjang yang dingin dan membuka mata.

Bella sudah lama bangun, pikirnya.

Hari telah cerah di luar, sinar matahari menelusup ke dalam kamar. Cabang-cabang pinus yang bergoyang tertiup angin terdengar bersama kicauan burung. Damian melirik jam, hampir pukul sembilan pagi.

“Astaga,” gumamnya, beranjak bangun dari kasur. Ia tidur terlalu lama dan kepalanya sakit karena minum alkohol sebotol penuh semalam.

Ia bergegas ke kamar mandi, sekadar mencuci muka dan berganti baju. Damian mengambil obat dan langsung pergi ke aula utama. Dari balik jendela kaca, ia bisa melihat Bella yang tengah berbicara dengan Erina dan Verona. Rupanya, suara berisik itu berasal dari mereka.

Damian tersenyum, senang gadis itu bisa menikmati waktunya bersama teman-temannya. Damian sendiri memiliki diskusi dengan ayahnya, jadi ia tidak akan mengganggu Bella.

Pesta Evren katanya akan diselenggarakan dalam dua minggu. Ada beberap
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   114. Topik tentang Bayi

    “Apa kau pernah membayangkan hidup di luar sana tanpa terjerat dengan bisnis ilegal?”Damian yang sedang menyandarkan kepalanya di bathtub perlahan membuka mata. Bella tak lagi bersandar di dadanya, kepalanya menengadah, menatap ekspresinya dengan penasaran.“Ya, sering,” desah Damian, tersenyum tipis. Tetapi, tatapannya terlihat pahit dan menyakitkan untuk dilihat. “Kau tahu, itu hanya sebatas imajinasi. Aku membayangkannya ketika pekerjaan membuatku stres. Atau ada masalah yang terjadi organisasi kami. Tapi itu dulu.”“Dan sekarang?”“Sekarang aku sudah bisa menerima segalanya,” jawab Damian, mengembuskan napas.Bella mengangguk dan kembali menyandarkan kepalanya di dada Damian. Mereka hanya berendam di bathtub sejak 15 menit yang lalu tanpa melakukan apa pun. Bella rebah di tubuh Damian, sementara tangan pria itu memeluk perutnya.“Dan kau sendiri?” Damian balik bertanya.“Aku juga sering membayangkannya saat masih menjadi budak.” Bella meraih tangan Damian dan menjalin jemari mere

    Last Updated : 2024-06-18
  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   115. Rumah

    Pengajar yang akan mengajari Bella datang pagi ini, tepat pada pukul sembilan. Dia adalah wanita berusia 35 tahun, wajahnya keibuan dan suaranya sangat lembut. Kegugupan Bella sejak bangun pagi perlahan menghilang, menyadari pengajarnya adalah wanita yang sangat pengertian. Bella belajar di serambi sayap timur, dekat dengan jendela lebar yang memperlihatkan halaman samping mansion. Seorang pria bertubuh kekar—pria yang sama yang Bella lihat di rumah sakit saat Damian keracunan—terlihat berjaga, sesekali muncul dalam pandangan Bella. Bella tidak akan memprotes apa pun yang Damian lakukan. Setelah penyerangan itu, dia menjadi lebih berhati-hati. Mengantisipasi bahaya yang mungkin saja terjadi adalah hal yang bagus. Damian telah pergi ke markasnya saat sinar matahari baru menyinari puncak-puncak pepohonan. Cuaca jauh lebih cerah akhir-akhir ini, tak lagi muram seperti sebelumnya. Hal itu ternyata cukup mempengaruhi suasana mansion, menjadikan kegiatan yang mereka lakukan jauh lebih

    Last Updated : 2024-06-19
  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   116. Pesta Besar Para Mafia (1)

    Waktu dua minggu tak terasa berlalu dengan sangat cepat.Jika Bella menghitung dengan jari hari-hari yang berlalu, ia tidak akan bisa mengimbangi cepatnya waktu berlari.Dan sekarang, menatap refleksinya di cermin, Bella sangat gugup. Damian berulang kali mengatakan betapa cantiknya ia, tetapi tetap saja kegugupannya terus meningkat di setiap detiknya.Ia memakai gaun biru tua yang dipesankan ibu mertuanya. Potongannya sederhana dan dilapisi kain tulle berlapis dengan hiasan bunga mawar kecil berwarna putih. Kain lengannya memanjang sampai sikunya dan roknya menggantung tepat di bawah lututnya. Rambutnya dibiarkan tergerai dengan jepitan mutiara di sisi kepalanya.Damian sendiri memakai tuxedo dan menyisir rambutnya ke belakang. Rambutnya licin dan berkilau, dia terlihat seperti model tahun 90-an di majalah. Berkelas dan seksi.Dia sedang bicara dengan seseorang di telepon, mondar-mandir sambil membicarakan sesuatu yang berkaitan dengan senjata. Bella menyisiri rambutnya dengan tangan

    Last Updated : 2024-06-20
  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   117. Pesta Besar Para Mafia (2)

    Pintu dibuka dengan suara derak keras. Atensi para tamu seketika berpaling ke arah Damian dan Bella. Wajah mereka dipenuhi rasa penasaran, dan mereka mulai berbisik-bisik satu sama lain. “Tarik napas, Sayangku,” bisik Damian di puncak kepalanya. Bella mengangguk, dan berjalan perlahan di sisi Damian, berusaha agar kakinya tidak mempermalukannya. Ruangan itu disinari cahaya hangat dari kandelar besar yang menggantung. Sekeliling ruangan dilapisi oleh kertas dinding hitam bermotif batu-bata, sangat kontras dengan meja putih tempat hidangan disediakan. Ada panggung kecil di sudut ruangan, sepertinya tempat penyambutan berlangsung. Para tamu saling membaur sambil membawa gelas minuman yang ditawarkan oleh pelayan. Kebanyakan yang hadir adalah laki-laki. Mereka semua mengenakan pakaian glamor dari desainer ternama. Bella tanpa sadar mengerutkan hidung mencium bau familier yang menyapa penciuman. Campuran aroma alkohol, tembakau, dan juga cologne yang digunakan oleh para tamu. Samar

    Last Updated : 2024-06-22
  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   118. Nasib Para Budak

    Bukankah dia... gadis yang ikut dilelang di tempat Nyonya Poppy?Helena Collen, jika Bella tidak salah ingat. Dia dibawa pergi bersama gadis bernama Pearl Bridget yang berasal dari Tigris.Wanita itu menekan tangannya ke paha, bibirnya menyunggingkan senyum tipis, tetapi tatapan matanya... dia terlihat ingin melarikan diri. Sementara pria yang merangkul pinggangnya sibuk membalik kartu, tidak memperhatikan—atau mungkin tidak peduli dengan—ketidaknyamanan wanita itu.Bella hanya ingat kalau dia dibawa pergi setelah harga disepakati. Ia tidak pernah menyangka bahwa mereka akan bertemu lagi di tempat seperti ini.Tidak ada bekas luka di tubuh wanita itu, tetapi wajahnya sangat pucat dan lelah, dia sepertinya kurang tidur. Dia mungkin tidak disiksa secara fisik, tetapi hanya dengan melihat ekspresinya, sudah jelas mentalnya-lah yang tersiksa.Bella tanpa sadar terus memperhatikan wanita itu sampai dia mengangkat kepala. Tatapan mereka bertemu dan dia mengernyit. Bella yakin dia sama sekal

    Last Updated : 2024-06-24
  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   119. Ymar

    “Yah, aku tahu, organisasimu yang menyedihkan itu hampir hancur, bukan?”“Tidak, Bung. Organisasimu yang hampir hancur.”“Tidak, tapi organisasimu, dasar banci.”“Organisasimu, demi Tuhan!”Bella menghela napas dan menyandarkan kepalanya di pundak Damian. Pesta Evren telah hampir berada di penghujung acara, dan penghuni ruangan ini diisi oleh orang-orang yang saling memaki karena mabuk.Mereka tidak sempoyongan dan masih bisa bergerak ke sana ke mari tanpa tersandung, tetapi obrolan mereka sungguh kacau. Musik bahkan telah diganti dengan senandung tidur untuk anak-anak.Tidak ada yang beres di sini, begitu kata Damian sebelum larut dalam pekerjaannya.Bella mengangkat kepala dari pundak Damian dan melirik jam, sudah lewat pukul 11 malam. Di sudut ruangan, televisi layar lebar memutar acara yang menampilkan permainan ski dan kereta luncur di pegunungan Norfolk.Bella beralih menatap Damian yang sibuk membaca berkas-berkas di hadapannya. Dia telah memilah-milah dokumen dari satu map ke

    Last Updated : 2024-06-26
  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   120. Kematian Dhruv

    Satu map lagi dan selesai.Damian meregangkan tubuhnya sejenak, merasa lelah untuk memeriksa berkas-berkas di hadapannya. Seharusnya ia bisa melakukannya di markas, tetapi ayah Evren bersikeras untuk menyelesaikannya malam ini.Sebagai seorang senior—sama seperti ayahnya—Damian tidak bisa membantah pria itu. Evren mungkin lebih lunak untuk diajak bernegosiasi, tetapi ayahnya yang seperti tiran itu berdinding baja. Apa yang keluar dari mulutnya harus dipatuhi, selama itu bukan hal yang membawa bahaya.Damian menatap ke tempat Bella sejenak, dia masih berdiri di dekat jendela, mengamati pemandangan di luar. Dhruv berdiri tak jauh di belakangnya, mengawasinya.Damian menghela napas dan kembali berkutat dalam berkasnya. Tetapi hanya berselang beberapa detik, suara tembakan mendadak terdengar. Pintu belakang terbanting terbuka dan kelompok pria yang memakai kain penutup wajah melangkah masuk.Mata Damian melebar ketika mereka mulai menembaki seluruh penjuru ruangan dengan membabi buta. Let

    Last Updated : 2024-06-28
  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   121. Hilangnya Bella

    Damian masih ingat hari di mana ia bertemu dengan Dhruv di jalanan Alderson.Saat itu awal musim semi. Salju baru mencair dan aroma rumput segar memenuhi penciuman. Damian yang masih remaja ikut menjelajah bersama ayahnya. Mereka akan bertemu rekan Martinez yang memesan sebuah senjata rakitan.Damian agak lelah setelah seharian berlatih pistol, tetapi ia tidak ingin mengecewakan ayah angkatnya yang memintanya untuk ikut. Ia telah berjanji untuk bergabung dengan Serpenquila, jadi ia perlu tahu banyak hal. Terutama bagaimana transaksi itu berjalan.Martinez biasanya menyuruh asistennya untuk mengantar barang, tetapi hari ini berbeda. Damian yakin itu sesuatu yang sangat penting dan Martinez harus memastikan semuanya berjalan lancar dengan tangannya sendiri.Damian terus mengikuti di belakang sambil memegang erat pistolnya. Tangannya terasa membeku. Ia hanya memakai jaket tipis dan tidak menyangka cuaca di Alderson masih sedingin ini.Mereka akhirnya tiba di sebuah rumah tua yang terliha

    Last Updated : 2024-06-30

Latest chapter

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   131. ‘Ibumu ada di sini’

    “Hei Putri Tidur, sampai kapan kau akan terus menutup matamu?”Sebuah guncangan terasa di pundak Bella, disusul suara yang tidak asing. Aroma alkohol menerpa penciumannya dan membuat hidung Bella berkerut.“Putri Tidur? Apa aku perlu menciummu agar kau mau bangun? Atau kau ingin berhibernasi seperti seekor beruang bodoh?”Suara kasar itu kembali menyerbu pendengarannya. Bella berusaha membuka kelopak matanya yang terasa berat, rasanya seolah ada lem yang menempel di sana.“Akhirnya Putri Tidur kita bangun juga,” kata Lester dengan seringai tipis. Ia duduk di tepi ranjang dan menatap Bella dengan saksama.Bella terperanjat dari tempatnya dan hendak bangun, tetapi seluruh tubuhnya terasa lemas. Ia membuka mulut untuk bicara, tetapi hanya suara serak yang keluar.Ke mana suaranya pergi?Bella kira kondisinya telah membaik, tetapi mendadak saja ia merasa begitu lemas. Setelah pertemuan mengejutkannya dengan Van, ia sepertinya mengalami serangan panik dan pingsan.Ketika ia bangun, Lester

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   130. Hasil Tes DNA

    “Kau yakin ini hasilnya?”Van menatap hasil tes DNA dengan mata melebar tidak percaya. Ditatapnya Joseph yang mengangguk dengan ekspresi meyakinkan, sama sekali tidak ada keraguan di sana.Van tidak akan pernah meragukan Joseph, tetapi hasil di kertas ini...Bagaimana mungkin ini nyata?Van terduduk lemas di kursi dan menyentuh kepalanya yang terasa sakit. Dari semua hal yang telah ia usahakan setengah mati selama bertahun-tahum, bagaimana mungkin ia bisa melewatkan informasi sepenting ini?Bella adalah anaknya.Arabella Charlotte.Kekasih Damian, musuhnya. Bella yang telah ia siksa. Bella yang ia kira hanyalah bagian dari musuhnya. Bella yang ia jadikan sandera...Bagaimana mungkin dia adalah Bella yang selama ini ia cari? Malaikat kecilnya. Anaknya dengan Helena. Putrinya yang ia tinggalkan bertahun-tahun yang lalu...Bagaimana mungkin mereka adalah satu orang yang sama?Van memijat kepalanya dan terdiam untuk waktu yang lama. Fakta itu hanya membuatnya terguncang dengan perasaan ka

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   129. Pengkhianat Harus Dibungkam

    Damian menegakkan tubuhnya dan menoleh ke luar jendela. Matanya dengan awas meneliti sekitar.Ada sesuatu yang tidak beres.Intuisinya mengatakan bahwa ada seseorang yang tengah mengawasinya. Ia hanya berhenti untuk menerima telepon dari Andrius, tetapi rasanya seolah ada yang sedang mengintainya sekarang.Angin dingin berembus dari arah timur, menerbangkan rambutnya hingga jatuh ke dahi. Damian hanya terus menatap kaca spion mobil selama beberapa detik, kemudian kembali mengawasi sekitar dengan saksama.Pohon dan bangunan tua terbengkalai. Rainelle terlihat sepi tanpa penghuni, tetapi Damian yakin ada sesuatu yang tengah menunggunya jika ia melajukan mobilnya sekarang.Ia baru saja mengambil senjata di markas, dan berniat kembali ke mansion. Ia harus memberitahu ayahnya terlebih dahulu sebelum menyerang ke tempat Van. Waktunya semakin menipis, tetapi pergi tanpa persiapan apa pun sama saja dengan membunuh dirinya sendiri dan Bella.Damian tidak ingin membiarkan semuanya berakhir sia-

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   128. Kesepakatan

    “Anda tahu saya tidak akan memberikan informasi apa pun, bukan?” Valeriy bersandar di mobil rongsokannya dan menatap Damian. “Informasi yang kuberikan waktu itu sudah cukup. Sekalipun Anda memberikan senjata rakitan lagi, saya tetap tidak bisa.”Damian tahu bahwa Valeriy memegang teguh peraturan dalam organisasinya, tetapi ini tentang hidup dan matinya. Damian akan melakukan apa pun, meskipun itu berarti ia harus melanggar kode etik yang sepatutnya ia taati. Ia tidak peduli apa pun lagi selain menyelamatkan gadisnya.“Baiklah, saya harus pergi.” Valeriy sudah hendak berbalik ketika Damian melontarkan seutas kalimat yang membuatnya membeku di tempat.“Adikmu berada di penjara Alcatraz, bukan?”Valeriy berbalik dengan mata menyipit. Mulutnya terbuka, uap berembus keluar, tetapi dia seolah kehilangan kata-kata.“Aku bisa mengeluarkannya dari sana,” lanjut Damian.Valeriy terlihat goyah dan matanya menatap Damian dengan saksama. Ekspresi Damian keras dan tatapannya yang tajam menunjukkan

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   127. Pencarian Damian

    Damian terus mondar-mandir dengan gusar. Ia merasa akan meledak saat ini juga. Khawatir, tegang, takut, cemas, ngeri, marah, kesal, sedih, semuanya bercampur menjadi satu. Ia tidak bisa duduk diam, sementara gadisnya entah berada di mana dan dalam keadaan apa.Damian menggeram. “Apa komputer sialan itu sudah terhubung dengan pelacaknya?!”“Diam brengsek! Aku sedang berusaha!” Bogdan balas berteriak. Wajah memerah murka dan Martinez akhirnya bangkit berdiri.“Duduk, Damian.”Damian berdecak dan melemparkan tubuhnya ke kursi. Ia memijat sisi kepalanya yang berdenyut sakit dan menghela napas keras.Stres berat. Itulah yang ia rasakan. Ia tegang dan cemas sepanjang waktu. Ia tidak bisa berhenti memikirkan hilangnya Bella dan bagaimana ia bisa menemukan gadisnya. Sudah tiga hari berlalu, tetapi mereka belum mendapatkan lokasi pasti tempat di mana Bella berada.Tiap detik yang berlalu terasa membunuhnya. Tiap detik yang terbuang dan Damian merasa akan menggila. Bella masih berada di sana, d

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   126. Tes DNA

    “Ibu, Ayah di mana? Kenapa Ayah tidak pernah pulang lagi? Apakah Ayah mencari uang di tempat yang sangat jauh?”Bella menatap ibunya dengan heran. Sudah hampir sebulan berlalu, tetapi ayahnya tidak kunjung menampakkan diri.Bella sudah bosan makan roti dari tepung biji ek, jamur tumis liar, dan jus apel. Ia ingin makan daging atau setidaknya roti gandum. Tetapi gandum cukup mahal akhir-akhir ini, jadi ibunya tidak bisa membelinya. Apalagi daging yang harganya berkali-kali lipat.Ayam mereka telah habis dimakan oleh musang dan rakun liar yang berkeliaran di sekitar hutan. Mereka tidak memiliki ternak domba atau sapi seperti warga lainnya. Bella pikir mereka juga tidak menyukai ibunya dan tidak pernah berbagi apa pun saat perayaan. Hanya keluarga Damian yang baik padanya, tetapi mereka juga bukan orang kaya.“Ayah akan pulang, Sayang. Tapi kita harus bersabar.” Helena berjongkok dan membelai wajah putrinya dengan sayang. “Kau harus bersabar sedikit lagi, ya? Ibu akan buatkan kue enak da

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   125. Pertemuan Van dan Bella

    “Apa kau sudah menyuntiknya dengan obat itu?”“Ya, Tuan. Dia sudah tidak sadarkan diri di ruangan itu.”“Bagus.” Van mengangguk dan melirik Fabrizio yang sedang sibuk bicara dengan seseorang di telepon. Van lantas mengisyaratkan Lester untuk pergi, sementara ia menghubungi asistennya agar terus mengawasi Helena.Van akan kembali menemuinya malam ini.Helena masih enggan bicara padanya, tetapi ia tidak peduli. Selama wanita itu berada dalam genggamannya, maka ia pasti bisa membalikkan keadaan suatu saat nanti. Jika ia berhasil menemukan putrinya kembali, ia yakin Helena mau berkompromi dan memaafkannya.Ini hanya masalah waktu.Van memasukkan ponselnya ke saku saat Fabrizio mendekat. Dia menyelipkan pistolnya ke saku dan mengangguk pada Van.“Ayo.”Van berjalan lebih dulu, sementaraFabrizio mengikutinya dari belakang. Mereka menyusuri lorong gedung tua terbengkalai itu dengan tenang, sampai akhirnya tiba di ruangan yang dituju.Van mendorong pintu terbuka secara perlahan. Ia melangkah

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   124. Pengakuan Lester

    Ada sesuatu yang terasa berdenyut di bagian belakang kepala Bella. Denyut itu terus membesar setiap detiknya hingga rasanya tengkoraknya akan pecah. Bella berusaha membuka matanya yang berat, tetapi pandangannya sangat buram, lebih buruk dari sekadar melihat dari kaca berembun.Ia berkedip-kedip beberapa kali sampai pandangannya sedikit lebih baik, tetapi rasa sakit lain di tubuhnya mulai muncul. Rasanya seolah ia telah dipukul habis-habisan. Yang paling nyeri adalah kedua pergelangannya. Bella tidak bisa mengangkatnya, sepertinya tangannya benar-benar telah patah.Ia meraba papan kayu di bawahnya—kotor dan berdebu. Sekelilingnya gelap, hanya sedikit cahaya yang berhasil masuk dari celah kecil di atas jendela yang ditutupi gorden. Ia tidak tahu apa sekarang sudah malam atau cuaca sedang mendung di luar. Ia bahkan tidak tahu apa ia masih berada di Norfolk atau kota lain.Damian...Wajah pria itu melintas di benaknya. Suasana pesta yang kacau terbayang-bayang. Hati Bella mencelos mengin

  • Gadis Kesayangan Sang Mafia   123. Pria Familier

    Ibunya selalu bilang bahwa takdir itu sulit ditebak, kau tidak tahu hal mengejutkan apa yang akan terjadi satu jam kedepan, satu menit ke depan, atau bahkan satu detik ke depan.Itu sebabnya Ibunya selalu memiliki harapan untuknya, bahwa Bella bisa terbebas dari perbudakan dan menjalani kehidupan yang lebih baik di masa depan.Setelah bertemu Damian kembali, hidupnya terasa dijungkir-balikkan. Ada lebih banyak kebahagiaan yang datang padanya dibanding kesedihan yang selama ini mengungkungnya. Tetapi, ia tahu bahwa tidak selamanya kehidupan seseorang akan penuh dengan bunga yang mekar. Ada kalanya bahaya dan kesedihan itu datang mengintai, menghempas apa pun layaknya badai.Dan Bella tahu itulah yang terjadi malam ini.Tembakan mendesing ke segala penjuru. Suasana pesta yang tadinya tenang seketika menjadi kacau. Semua orang berlarian dengan panik, jeritan ketakutan mereka memenuhi ruangan.Bella terhuyung di tempat, bahunya sakit setelah ditubruk berulang kali. Ia berusaha untuk berla

DMCA.com Protection Status