"Diam saja dan turuti mereka. Apa kau mengerti? Jika tidak, tubuhmu akan dijual ke pasar gelap dan itu akan jauh lebih mengerikan." Bella tidak tahu sudah berapa kali ia menangis dalam tiga hari terakhir. Sejak pria pembuang mayat itu menjualnya pada seorang wanita bernama Nyonya Poppy, kesadarannya seperti kabut di pagi yang membekukan. Ia tidak tahu apa yang terjadi padanya. Ia diberi semacam obat setiap hari dan kesadarannya terasa melayang-layang. Tubuhnya lemah, bahkan jarinya sulit untuk digerakkan. Ia hanya terbaring di atas kasur yang tipis dan selimut yang sama tipisnya. Tubuhnya menggigil setiap malam. Musim gugur membawa udara dingin yang menusuk hingga ke tulang. Ruangan yang ia tempati kosong, nyaris tidak terdengar suara apa pun, bahkan detik jam. Bella hanya terus berbaring sambil menatap jendela kecil di ujung ruangan. Pikirannya terbelenggu dalam kesunyian, ia kesulitan memikirkan apa pun. Terkadang kenangan masa kecilnya yang bahagia melintas, membuatnya bertanya
Dua gadis lainnya telah dibawa pergi setelah harga berhasil disepakati oleh kedua belah pihak. Bella tidak bisa berhenti gemetar. Bibirnya sudah nyaris berdarah karena ia tidak bisa berhenti menggigitnya sebagai pelampiasan. Belum lagi perasaan mual yang mengaduk-aduk perutnya. Napasnya agak sesak. Rasa takutnya seolah telah berubah menjadi simpul besar yang mengikat kuat dadanya. Bella rasanya ingin menangis, tetapi bahkan air matanya sudah tidak bisa keluar. Kedua maniknya terus terpaku pada kakinya yang terlihat licin dan halus, entah diolesi apa. Ia tidak ingin menatap para pria berjas yang sejak tadi memandangnya dengan tatapan melecehkan. Terutama barisan depan yang melemparkan kata-kata kotor. "Aku ingin kau menaikkan harga gadis itu. Penawarannya ternyata jauh lebih tinggi dari yang aku bayangkan." Suara Nyonya Poppy terdengar dari sisi jeruji. Ia tengah berbicara dengan pria bertato yang ternyata bernama Tuan Terron. Terron mengangguk dan menyuruh asistennya untuk mencata
'Tidak peduli seberapa gelap malam membawamu pergi, pasti akan ada cahaya yang muncul. Tidak peduli seberapa berat masalah yang menimpamu, pasti akan ada jalan keluar'. Kalimat itu terngiang-ngiang dalam kepala Bella. Salah satu dari sekian banyak nasehat ibunya. Malam ini, apa yang dikatakan ibunya benar-benar nyata adanya. Seseorang menyelamatkannya. Seseorang telah mengeluarkannya dari pelelangan mengerikan itu. Damian Linford. Ketika Bella diserahkan pada pria itu setelah penawaran disepakati, tubuhnya tidak bisa berhenti gemetar. Wajahnya pucat seperti kertas karena ketakutan memikirkan apa yang akan terjadi. Tetapi pria itu seolah bisa menebak pikiran Bella dan dengan tegas mengatakan bahwa ia tidak akan menyentuh Bella dengan cara yang salah. Ia membeli Bella bukan untuk dijadikan pemuas nafsu, melainkan sebagai pelayan di rumahnya. Ia bilang, ia hanya sedang berbaik hati dengan mengeluarkan uang puluhan ribu dolar demi seorang budak. Padahal, harga budak tidak setinggi it
Bella terpaku di tempatnya cukup lama, menatap kagum mansion megah bergaya Eropa klasik tahun 80-an. Rumahnya jauh lebih besar dari milik Tuan Hugo dan Nyonya Deborah. Bunga-bunga mawar memenuhi halaman depan mansion. Aroma semerbak yang tercium terasa begitu menenangkan. "Mari," panggil Dhruv, membuyarkan lamunan Bella. Gadis itu tersentak dan buru-buru mengikuti si pria berambut pirang. Di bawah sinar matahari yang cerah, Bella baru sadar kalau pria itu memiliki simbol organisasi yang sama dengan Damian, hanya saja tatonya sudah agak memudar. Pria itu mungkin hanya lebih tua setahun atau dua tahun darinya, tetapi pembawaannya tampak dewasa. Keduanya melangkah melewati gerbang besar dengan emblem burung elang yang berada di puncaknya. Dhruv menuntun Bella memutari sisi labirin tanaman yang sangat luas dan besar, menuju halaman belakang mansion. Bella bisa melihat dua pintu kayu mahoni yang sekelilingnya ditumbuhi oleh tanaman mawar yang merambat. Dhruv mengetuk pintu di bagian kir
"Coba berbalik." Bella tidak mengerti apa yang Nyonya Mochelle ingin lakukan, tetapi ia tetap menurut. Ia berjengit ketika mendadak, Nyonya Mochelle mengangkat bajunya ke atas. Tubuhnya bergidik merasakan angin dingin yang menelusup dari celah jendela, membelai kulit telanjangnya. "Sudah tidak terlihat," gumam Nyonya Mochelle. Tangannya meraba pundak hingga punggung Bella. "Sudah tidak terasa juga. Kemungkinan besar telah menyatu dengan tubuhmu. Apalagi jika sudah tertanam cukup lama." Apa Nyonya Mochelle berbicara mengenai pelacaknya? "Kapan kau dipasangi pelacak, Nak?" Ternyata memang benar. "Umur 13 tahun, Nyonya," jawab Bella. Terdengar helaan napas berat, kemudian Nyonya Mochelle menurunkan pakaiannya kembali. Ia lalu memutar tubuh Bella agar menghadap ke arahnya. "Enam tahun ya, itu sudah lama sekali. Kami tidak bisa mengeluarkan pelacaknya dari tubuhmu, jadi kami akan mencari tahu dan melihat apa pelacaknya masih aktif," jelas Nyonya Mochelle. "Tapi tenang saja, Dhruv me
Kamar yang Bella tempati sangat luas. Dibanding dengan tempat tinggalnya di gudang, ruangan ini terlalu luar biasa untuknya. Matanya dengan takjub memindai ruangan yang didominasi warna cokelat dan putih tersebut.Tempat tidur berkanopi ditempatkan di ujung ruangan, dekat dengan jendela. Karpet membentang di depannya. Sebuah lemari kayu berukuran besar menempel di salah satu dinding. Tidak jauh dari lemari, ada sofa panjang dan meja kaca.Bella menutup pintu dan mendudukkan diri di tepi kasur yang empuk. Seprainya selembut sutra. Sangat jauh berbeda dengan kasur tua dan lapuk yang ia tempati selama bertahun-tahun. Ia hanya duduk di sana untuk waktu yang lama. Pikirannya kembali memutar ulang kejadian di mana ia melarikan diri hingga tiba di sini.Semuanya terasa sangat mengejutkan dan aneh.Ia masih tidak menyangka bahwa ia bisa pergi dari rumah majikan lamanya.Selama ini, Bella terus berpikir bahwa ia akan terkungkung di rumah majikannya hingga tua. Lalu Tuan Hugo akan melenyapkann
"Jadi kau benar-benar akan menjadi pelayan pribadi Tuan Damian. Kau bertugas untuk membersihkan kamarnya, mencuci pakaiannya, juga membersihkan lorong di lantai dua dan tiga. Aku akan menunjukkannya nanti." Nyonya Mochelle berhenti sejenak dan menatap Bella yang duduk di seberang meja. "Itu tugas utama. Selain itu, jika Tuan Damian tidak menyuruhmu, maka kau bisa beristirahat." "Saya mengerti, Nyonya." Malam ini, setelah makan malam bersama seluruh pelayan yang berjumlah 20 orang, Bella mulai diperkenalkan secara resmi. Bella sebenarnya agak terkejut karena mendapat makanan disaat ia tidak melakukan apa pun selama hampir sehari. Nyonya Mochelle menjelaskan bahwa setiap pelayan diberi makan tiga kali sehari—bekerja atau tidak—bahkan lebih jika Bella mau. Makan sekali saja sehari, Bella sudah sangat bersyukur. Jadi ia hanya akan mengikuti peraturan yang ada dan tidak melampauinya. Setelah pelayan lainnya pergi, Nyonya Mochelle mulai menjelaskan banyak hal pada Bella. Dimulai dari jam
Bella menyisir rambut panjangnya di depan cermin. Senyum kecil menghiasi bibirnya melihat betapa halusnya helai rambutnya. Ia telah mencoba shampoo yang ada di rak kamar mandi. Rambutnya yang kusut dan menggumpal akhirnya bisa terurai lagi. Bella memilih dress bermotif bunga sakura dan mengambil salah satu sepatu bersol datar. Ia menatap pantulannya di cermin untuk waktu yang sangat lama—perasaannya tidak karuan. Ia merasa senang juga cemas di saat bersamaan. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja dan ia berharap tidak ada masalah yang terjadi. Jam dinding baru yang dibawa oleh Nyonya Mochelle menunjukkan pukul 06.28 pagi. Masih ada setengah jam tersisa sebelum ia pergi ke dapur untuk sarapan. Bella sudah siap sekitar sejam yang lalu dan ia menimbang-nimbang untuk langsung pergi ke sana atau menunggu waktunya tepat saja. Sebagai pelayan baru, sepertinya ia harus pergi lebih awal. Bella beranjak dari tempatnya dan bergegas keluar. Ia mengintip dari pintu sejenak, sepi, lalu keluar