แชร์

Pertemuan Daniel dan Charlotte

ผู้เขียน: Author Mars
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-03-05 14:47:54

Calvin yang kesakitan menatap Charlotte dengan cemas, merasa dadanya sesak bukan hanya karena rasa sakit fisik tetapi juga ketakutan akan apa yang akan terjadi. Wanita yang berada di sebelahnya, seorang wanita berpenampilan modis dengan rambut tergerai panjang, menatap Charlotte dengan kebingungan sekaligus kemarahan.

"Ke-kenapa kamu ada di sini?" tanya Calvin dengan suara bergetar, berusaha bangkit dari rasa sakit yang menjalar di tubuhnya.

Namun sebelum Calvin bisa menjelaskan lebih jauh, wanita itu, yang tampak tidak tahu malu, melipat tangan di dada dan menatap Charlotte dengan pandangan merendahkan. "Hei, apa kau adalah pacarnya yang ceroboh itu? Kenapa kau begitu kasar?" tanyanya dengan nada sinis.

Charlotte tidak menjawab. Matanya hanya menatap wanita itu tajam, penuh amarah yang sudah tidak bisa dibendung. Dengan gerakan cepat, ia meraih cangkir berisi minuman di meja dan menyiramkan isinya ke wajah wanita itu tanpa peringatan. Cairan hangat itu mengalir di wajah wanita itu, membuatnya menjerit pelan.

"Menjadi selingkuhan dan masih berani ikut campur? Lebih baik kau diam sebelum aku menghajarmu juga," ujar Charlotte dingin, suaranya seperti pedang yang menusuk langsung ke hati wanita itu.

Calvin yang panik langsung bangkit, meski langkahnya goyah. "Lolipop, aku bisa menjelaskan semuanya," katanya dengan nada memelas, mencoba mendekati Charlotte.

Namun, Charlotte mengangkat tangannya, menghentikan Calvin yang mendekat. "Senyuman, pegang tangan, cium tangan, apa lagi yang harus kau jelaskan?" tanyanya dengan nada penuh kekecewaan, sebelum tiba-tiba ia melayangkan galon kosong yang dipegangnya. Dalam satu gerakan cepat, ia menghantamkan galon itu ke kepala Calvin.

Brak!

Suara benturan keras itu membuat para pengunjung kafe terkejut, sementara Calvin terhuyung ke belakang dan terjatuh ke lantai, terkapar dalam keadaan pusing.

"Aahh!" Calvin mengerang kesakitan, memegangi kepalanya yang kini terasa berdenyut hebat.

Wanita yang tadi berdiri di dekat Calvin langsung menjerit panik. "Calvin!" Ia berlutut, memegang bahunya dengan wajah cemas.

Charlotte hanya berdiri diam, menatap pemandangan itu dengan dingin. Ia melipat tangan di dada, lalu melangkah mendekati Calvin yang masih terbaring. "Sekarang aku yang mencampakkanmu," ucapnya tegas dengan suara rendah namun tajam. Tatapannya lalu beralih kepada wanita itu. "Kalau kau suka, ambil saja. Aku tidak mau lagi!" Setelah berkata demikian, Charlotte melemparkan galon kosong itu ke arah Calvin, meski tidak mengenainya, lalu berbalik, meninggalkan tempat itu tanpa sedikit pun menoleh.

Sementara itu, di pojok kafe, pria yang berpenampilan rapi dengan setelan jas hitam mengamati adegan tersebut dengan penuh minat. Ia menyilangkan kaki, tangannya yang memegang cangkir kopi berhenti di tengah perjalanan menuju bibirnya. Sudut bibirnya terangkat, membentuk senyuman kecil.

"Menarik," gumamnya pelan sambil memperhatikan Charlotte yang melangkah keluar dengan langkah penuh emosi. Ia tampak memikirkan sesuatu yang tidak seorang pun tahu.

Tak lama kemudian, seorang pelayan kafe mendekatinya dengan hati-hati, membawa secarik kertas di tangannya. "Tuan Harris, ini adalah alamat yang Anda minta," ujar pelayan itu dengan nada sopan, menyerahkan kertas tersebut.

Pria yang dipanggil Tuan Harris itu mengambil kertas tersebut tanpa tergesa, membacanya sekilas. Ia lalu mengeluarkan selembar uang dolar dan meletakkannya di meja sebagai tip. "Baiklah," jawabnya singkat sebelum berdiri. Senyum misterius masih tersungging di wajahnya.

Ia melangkah keluar, niatnya sudah bulat. Charlotte telah menarik perhatiannya, dan ia tidak berniat membiarkan wanita itu pergi begitu saja.

***

Malam itu, suasana di klub malam begitu ramai. Lampu-lampu neon berwarna-warni memantul di lantai dansa, menciptakan suasana yang semarak. Musik berdentum keras, menggetarkan dinding-dinding dan mengisi seluruh ruangan. Di salah satu sudut klub, Charlotte duduk bersama rekan kerjanya, Sally, di sebuah meja kecil yang penuh dengan gelas dan botol kosong. Matanya sedikit sayu, pipinya memerah akibat beberapa gelas minuman yang telah ia habiskan.

Sementara itu, di dekat resepsionis, seorang pria berpenampilan rapi, Tuan Harris, duduk dengan tenang sambil memegang segelas minuman. Ia tampak tidak tertarik dengan hingar-bingar di sekitarnya, tatapannya terfokus ke satu arah—Charlotte. Senyumnya tipis, namun matanya menyiratkan rasa penasaran yang dalam.

"Gadis semanis dia, malah dikhianati," gumamnya pelan, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri.

Di sisi lain, Charlotte sedang melampiaskan kekesalannya. Sally, yang duduk di sebelahnya, mencoba menenangkan suasana. "Lolipop, aku tahu kau sedang putus cinta. Tapi jangan sampai mabuk. Kau sudah menghabiskan beberapa gelas minuman," ujar Sally sambil menatap Charlotte dengan khawatir.

Charlotte mendengus, lalu mengangkat gelasnya lagi, menatap isinya yang hampir habis. "Kami pacaran dua tahun," katanya dengan nada kesal, suaranya sedikit tersendat karena emosi. "Dua tahun, Sally! Dan dia akhirnya berselingkuh. Aku menyesal sekali karena tidak pecahkan saja kepalanya tadi," gerutunya.

"Charlotte, kamu masih muda. Tidak usah pikirkan lagi, biarkan saja dia pergi!" kata Sally dengan nada lembut. "Lagi pula, pekerjaanmu sudah bagus. Lebih baik fokus saja pada dirimu sendiri."

Charlotte hanya menatap kosong ke arah gelasnya sebelum akhirnya tersenyum pahit. "Aku ingin ke toilet," ujarnya sambil berdiri, meski langkahnya sedikit terhuyung akibat efek alkohol yang mulai mempengaruhi tubuhnya.

Di meja dekat resepsionis, Tuan Harris terus mengawasi Charlotte yang berjalan menjauh. Sorot matanya tajam, seperti sedang mempelajari setiap gerakan wanita itu. Ia kemudian mengikuti langkah gadis itu yang menuju ke lorongan club malam.

Beberapa saat kemudian, Charlotte keluar dari toilet dengan langkah terhuyung-huyung. Wajahnya merah karena emosi yang ditahan.

"Dasar pria brengsek! Kalau kita bertemu lagi, aku tidak akan segan-segan memukul kepalamu!" gumamnya dengan suara pelan namun penuh amarah.

Namun, langkahnya terhenti ketika seseorang berdiri di hadapannya, menghalangi jalannya. Tuan Harris menatapnya tajam, senyum tipis terukir di wajahnya.

"Siapa kau? Jangan menghalangi jalanku," ujar Charlotte dengan nada kesal.

Tuan Harris mendekatkan wajahnya ke telinga Charlotte, membuat gadis itu mundur selangkah. Dengan suara rendah namun penuh ancaman, ia berbisik, "Aku adalah pria yang akan selalu mengincarmu, ke mana pun kau pergi."

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Daniel Terobsesi Pada Charlotte

    "Tidak waras!" gumam Charlotte dengan kesal, berusaha melangkah pergi meninggalkan pria asing itu.Namun, sebelum ia sempat bergerak lebih jauh, Tuan Harris, yang tersenyum tipis penuh arti, tiba-tiba membungkuk dan mengangkat tubuhnya dengan mudah. Charlotte terkejut, matanya membesar, dan ia langsung meronta-ronta di dalam pelukan pria itu."Hei, hei! Lepaskan aku! Apa yang kau lakukan?!" teriak Charlotte sambil memukul-mukul bahunya, namun kekuatan pria itu jauh melampaui tenaganya.Tuan Harris tidak menghiraukan protesnya. Dengan langkah mantap, ia membawa gadis itu keluar dari tempat itu menuju mobilnya.Beberapa saat kemudian, Charlotte yang mulai kehilangan kesadarannya akibat alkohol, dibawa ke sebuah hotel mewah. Tuan Harris, yang sudah memesan kamar sebelumnya, langsung membawa gadis itu ke salah satu suite yang nyaman. Ia membuka pintu, menyalakan lampu, lalu menidurkan tubuh Charlotte yang lemah di atas ranjang empuk.Pria itu berdiri di tepi ranjang, menatap Charlotte yan

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-05
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Menyelidiki Latar Belakang Charlotte

    Charlotte berjalan pelan menyusuri deretan rumah yang terlihat seragam, dengan model dan warna hijau yang sama persis. Wajahnya tampak bingung, seolah memikirkan sesuatu yang mengganjal di benaknya."Kalau kami benar-benar melakukannya, seharusnya aku pasti merasa sakit..." gumamnya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Ia mengernyitkan dahi, menatap langkah kakinya yang terus membawa dirinya maju. "Tapi kenapa aku tidak merasakan apa-apa? Tidak mungkin seorang pria melepaskan semua pakaianku tanpa melakukan apa pun." Ia berhenti sejenak, menatap ke depan dengan pandangan kosong. "Di dunia ini, mana ada pria yang tidak tergoda dengan tubuh wanita..." lanjutnya dengan nada lirih, mencoba mencari jawaban atas kebingungannya.Charlotte menghela napas panjang, akhirnya sampai di salah satu rumah. Dengan santai, ia membuka pintu dan melangkah masuk. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat orang-orang di dalam rumah tersebut. Semua kepala menoleh ke arahnya dengan pandangan heran."Charlot

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-05
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Dendam Masa Lalu Daniel

    Elvis duduk diam di kamarnya, menatap sebuah foto keluarga dengan tatapan dalam. Dalam foto itu, seorang wanita muda berdiri di sampingnya, menggendong bayi perempuan yang lucu, sementara ibunya juga berdiri di sisi lain. Wanita muda itu adalah istrinya, Zean—seseorang yang telah lama pergi meninggalkannya."Zean, kamu pergi terlalu cepat..." gumam Elvis lirih. "Anak gadis kita sudah besar dan mandiri sekarang. Dia menjadi seorang fotografer profesional, bekerja dengan baik, memiliki banyak teman, dan ceria seperti dirimu."Ia menghela napas panjang sebelum melanjutkan, "Selama ini aku menikah-cerai, berharap ada seseorang yang bisa merawatnya. Tapi sayang, pernikahanku tidak pernah berjalan mulus."Elvis terdiam sejenak, lalu menatap foto itu lebih lekat. Suaranya berubah menjadi lebih dalam, penuh rahasia yang selama ini ia pendam."Aku adalah Samuel Wilson Franz," bisiknya. "Harus menyamar sebagai orang biasa demi melindungi anak kita. Semasa muda, aku memiliki banyak musuh. Setela

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-05
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Daniel Melamar

    "Ke-Kenapa kamu ada di sini?" tanya Charlotte dengan gugup, matanya memandang pria di hadapannya dengan waspada.Daniel tersenyum santai, namun tatapan matanya tajam dan penuh keyakinan. Tangannya masih melingkar di pinggang Charlotte, membuat gadis itu semakin gelisah."Aku datang mencarimu," jawabnya pelan, suaranya rendah namun penuh ketegasan.Charlotte menelan ludah, tangannya refleks mendorong dada pria itu, meskipun tidak cukup kuat untuk membuatnya mundur. "Apakah aku mengenalmu? Kamu siapa?"Daniel terkekeh pelan, seolah terhibur oleh kepanikan gadis itu. "Namamu Charlotte Wilson, usia 23 tahun. Seorang fotografer berbakat." Ia mendekatkan wajahnya, membuat Charlotte semakin mundur dengan jantung berdegup kencang. "Dengar baik-baik, namaku Daniel Harris... yang dikenal sebagai duda menawan."Charlotte mengernyit, merasa ada sesuatu yang familiar tentang pria ini. "Kenapa namamu tidak asing? Di mana aku pernah mendengarnya?"Daniel tersenyum penuh arti, lalu berbisik tepat di

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-19
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Bertemu Lagi

    Malam hari.Charlotte berdiri di dekat jendela kamar, memandangi liontin peninggalan ibunya yang tergantung di lehernya. Jemarinya dengan lembut membuka liontin itu, ia selalu penasaran dengan liontin tersebut."Kenapa kalung ini tidak ada foto Mama? Aku bahkan tidak tahu wajah Mama sampai sekarang," gumamnya dengan suara lirih, matanya berkabut oleh rasa penasaran yang tak kunjung terjawab.Di saat yang sama, Elvis melangkah melewati kamar putrinya. Pandangannya tertarik pada sosok Charlotte yang berdiri diam dengan liontin terbuka di tangannya. Seketika, tatapan Elvis berubah tegang. Seolah ada sesuatu yang ingin ia sembunyikan, sesuatu yang tak seharusnya diketahui putrinya.Dengan langkah cepat, Elvis masuk ke dalam kamar."Lolipop," panggilnya, mencoba menghentikan gerakan Charlotte yang tampak begitu fokus pada liontin itu.Charlotte menoleh dan menatap ayahnya dengan heran."Papa? Sudah malam, kenapa belum tidur?" tanyanya, suaranya mengandung keheranan.Elvis menghela napas pe

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-19
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Apa Niat Daniel?

    "Kenapa kamu lagi?" tanya Charlotte, tatapannya tajam menembus sosok pria di hadapannya.Daniel hanya tersenyum, seolah menikmati ketidaksukaan Charlotte kepadanya. Ia melangkah santai, semakin mendekat. "Studio ini telah menjadi milikku," ujarnya dengan nada puas.Charlotte mencengkram erat pegangan tasnya, hatinya bergejolak. "Kalau begitu, aku akan berhenti kerja," katanya tegas, berbalik hendak pergi.Namun, suara Daniel menghentikan langkahnya. "Bukankah kau sudah tanda tangan kontrak lima tahun? Kalau kau pergi, kau harus membayar ganti rugi," katanya dengan nada santai, seakan-akan ia tahu bahwa Charlotte tidak punya pilihan lain.Charlotte menoleh dengan tatapan penuh curiga. "Apa tujuanmu membeli studio ini? Sebenarnya kamu siapa, dan apa maumu?" tuntutnya, suaranya dipenuhi amarah dan ketidakpercayaan.Daniel tersenyum tipis, matanya berkilat penuh arti. "Aku membelinya demi calon istriku. Kalau kita satu tempat kerja, kita bisa bersama s

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-22
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Alasan Bercerai

    Di sebuah apartemen yang mewah namun kini kacau balau, pecahan vas bunga, gelas, dan barang-barang antik tersebar di lantai. Suasana di ruangan itu terasa tegang, seperti angin badai yang baru saja berlalu. Di tengah kekacauan itu, seorang wanita muda dengan rambut panjang terurai dan mengenakan pakaian kasual berdiri mematung, tatapannya penuh emosi. Di depannya, seorang pria tampan dengan postur tinggi tegap berdiri dengan wajah dingin, seperti dinding batu yang tak bisa ditembus."Tanpa alasan, kau mengakhiri ini semua? Kenapa?" suara wanita itu pecah, menggema di antara dinding apartemen. Matanya berkilat dengan campuran rasa sakit dan amarah.Pria itu menarik napas panjang, mencoba menghindari tatapan wanita itu. Suaranya terdengar tenang, namun dingin seperti es yang mencair perlahan. "Karena pernikahan kita adalah satu kesalahan besar. Aku sangat menyesalinya," jawabnya, setiap kata bagai belati yang menancap di hati wanita itu.Wanita itu mengepalkan kedua tangannya dengan gem

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-05

บทล่าสุด

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Apa Niat Daniel?

    "Kenapa kamu lagi?" tanya Charlotte, tatapannya tajam menembus sosok pria di hadapannya.Daniel hanya tersenyum, seolah menikmati ketidaksukaan Charlotte kepadanya. Ia melangkah santai, semakin mendekat. "Studio ini telah menjadi milikku," ujarnya dengan nada puas.Charlotte mencengkram erat pegangan tasnya, hatinya bergejolak. "Kalau begitu, aku akan berhenti kerja," katanya tegas, berbalik hendak pergi.Namun, suara Daniel menghentikan langkahnya. "Bukankah kau sudah tanda tangan kontrak lima tahun? Kalau kau pergi, kau harus membayar ganti rugi," katanya dengan nada santai, seakan-akan ia tahu bahwa Charlotte tidak punya pilihan lain.Charlotte menoleh dengan tatapan penuh curiga. "Apa tujuanmu membeli studio ini? Sebenarnya kamu siapa, dan apa maumu?" tuntutnya, suaranya dipenuhi amarah dan ketidakpercayaan.Daniel tersenyum tipis, matanya berkilat penuh arti. "Aku membelinya demi calon istriku. Kalau kita satu tempat kerja, kita bisa bersama s

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Bertemu Lagi

    Malam hari.Charlotte berdiri di dekat jendela kamar, memandangi liontin peninggalan ibunya yang tergantung di lehernya. Jemarinya dengan lembut membuka liontin itu, ia selalu penasaran dengan liontin tersebut."Kenapa kalung ini tidak ada foto Mama? Aku bahkan tidak tahu wajah Mama sampai sekarang," gumamnya dengan suara lirih, matanya berkabut oleh rasa penasaran yang tak kunjung terjawab.Di saat yang sama, Elvis melangkah melewati kamar putrinya. Pandangannya tertarik pada sosok Charlotte yang berdiri diam dengan liontin terbuka di tangannya. Seketika, tatapan Elvis berubah tegang. Seolah ada sesuatu yang ingin ia sembunyikan, sesuatu yang tak seharusnya diketahui putrinya.Dengan langkah cepat, Elvis masuk ke dalam kamar."Lolipop," panggilnya, mencoba menghentikan gerakan Charlotte yang tampak begitu fokus pada liontin itu.Charlotte menoleh dan menatap ayahnya dengan heran."Papa? Sudah malam, kenapa belum tidur?" tanyanya, suaranya mengandung keheranan.Elvis menghela napas pe

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Daniel Melamar

    "Ke-Kenapa kamu ada di sini?" tanya Charlotte dengan gugup, matanya memandang pria di hadapannya dengan waspada.Daniel tersenyum santai, namun tatapan matanya tajam dan penuh keyakinan. Tangannya masih melingkar di pinggang Charlotte, membuat gadis itu semakin gelisah."Aku datang mencarimu," jawabnya pelan, suaranya rendah namun penuh ketegasan.Charlotte menelan ludah, tangannya refleks mendorong dada pria itu, meskipun tidak cukup kuat untuk membuatnya mundur. "Apakah aku mengenalmu? Kamu siapa?"Daniel terkekeh pelan, seolah terhibur oleh kepanikan gadis itu. "Namamu Charlotte Wilson, usia 23 tahun. Seorang fotografer berbakat." Ia mendekatkan wajahnya, membuat Charlotte semakin mundur dengan jantung berdegup kencang. "Dengar baik-baik, namaku Daniel Harris... yang dikenal sebagai duda menawan."Charlotte mengernyit, merasa ada sesuatu yang familiar tentang pria ini. "Kenapa namamu tidak asing? Di mana aku pernah mendengarnya?"Daniel tersenyum penuh arti, lalu berbisik tepat di

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Dendam Masa Lalu Daniel

    Elvis duduk diam di kamarnya, menatap sebuah foto keluarga dengan tatapan dalam. Dalam foto itu, seorang wanita muda berdiri di sampingnya, menggendong bayi perempuan yang lucu, sementara ibunya juga berdiri di sisi lain. Wanita muda itu adalah istrinya, Zean—seseorang yang telah lama pergi meninggalkannya."Zean, kamu pergi terlalu cepat..." gumam Elvis lirih. "Anak gadis kita sudah besar dan mandiri sekarang. Dia menjadi seorang fotografer profesional, bekerja dengan baik, memiliki banyak teman, dan ceria seperti dirimu."Ia menghela napas panjang sebelum melanjutkan, "Selama ini aku menikah-cerai, berharap ada seseorang yang bisa merawatnya. Tapi sayang, pernikahanku tidak pernah berjalan mulus."Elvis terdiam sejenak, lalu menatap foto itu lebih lekat. Suaranya berubah menjadi lebih dalam, penuh rahasia yang selama ini ia pendam."Aku adalah Samuel Wilson Franz," bisiknya. "Harus menyamar sebagai orang biasa demi melindungi anak kita. Semasa muda, aku memiliki banyak musuh. Setela

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Menyelidiki Latar Belakang Charlotte

    Charlotte berjalan pelan menyusuri deretan rumah yang terlihat seragam, dengan model dan warna hijau yang sama persis. Wajahnya tampak bingung, seolah memikirkan sesuatu yang mengganjal di benaknya."Kalau kami benar-benar melakukannya, seharusnya aku pasti merasa sakit..." gumamnya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Ia mengernyitkan dahi, menatap langkah kakinya yang terus membawa dirinya maju. "Tapi kenapa aku tidak merasakan apa-apa? Tidak mungkin seorang pria melepaskan semua pakaianku tanpa melakukan apa pun." Ia berhenti sejenak, menatap ke depan dengan pandangan kosong. "Di dunia ini, mana ada pria yang tidak tergoda dengan tubuh wanita..." lanjutnya dengan nada lirih, mencoba mencari jawaban atas kebingungannya.Charlotte menghela napas panjang, akhirnya sampai di salah satu rumah. Dengan santai, ia membuka pintu dan melangkah masuk. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat orang-orang di dalam rumah tersebut. Semua kepala menoleh ke arahnya dengan pandangan heran."Charlot

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Daniel Terobsesi Pada Charlotte

    "Tidak waras!" gumam Charlotte dengan kesal, berusaha melangkah pergi meninggalkan pria asing itu.Namun, sebelum ia sempat bergerak lebih jauh, Tuan Harris, yang tersenyum tipis penuh arti, tiba-tiba membungkuk dan mengangkat tubuhnya dengan mudah. Charlotte terkejut, matanya membesar, dan ia langsung meronta-ronta di dalam pelukan pria itu."Hei, hei! Lepaskan aku! Apa yang kau lakukan?!" teriak Charlotte sambil memukul-mukul bahunya, namun kekuatan pria itu jauh melampaui tenaganya.Tuan Harris tidak menghiraukan protesnya. Dengan langkah mantap, ia membawa gadis itu keluar dari tempat itu menuju mobilnya.Beberapa saat kemudian, Charlotte yang mulai kehilangan kesadarannya akibat alkohol, dibawa ke sebuah hotel mewah. Tuan Harris, yang sudah memesan kamar sebelumnya, langsung membawa gadis itu ke salah satu suite yang nyaman. Ia membuka pintu, menyalakan lampu, lalu menidurkan tubuh Charlotte yang lemah di atas ranjang empuk.Pria itu berdiri di tepi ranjang, menatap Charlotte yan

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Pertemuan Daniel dan Charlotte

    Calvin yang kesakitan menatap Charlotte dengan cemas, merasa dadanya sesak bukan hanya karena rasa sakit fisik tetapi juga ketakutan akan apa yang akan terjadi. Wanita yang berada di sebelahnya, seorang wanita berpenampilan modis dengan rambut tergerai panjang, menatap Charlotte dengan kebingungan sekaligus kemarahan."Ke-kenapa kamu ada di sini?" tanya Calvin dengan suara bergetar, berusaha bangkit dari rasa sakit yang menjalar di tubuhnya.Namun sebelum Calvin bisa menjelaskan lebih jauh, wanita itu, yang tampak tidak tahu malu, melipat tangan di dada dan menatap Charlotte dengan pandangan merendahkan. "Hei, apa kau adalah pacarnya yang ceroboh itu? Kenapa kau begitu kasar?" tanyanya dengan nada sinis.Charlotte tidak menjawab. Matanya hanya menatap wanita itu tajam, penuh amarah yang sudah tidak bisa dibendung. Dengan gerakan cepat, ia meraih cangkir berisi minuman di meja dan menyiramkan isinya ke wajah wanita itu tanpa peringatan. Cairan hangat itu mengalir di wajah wanita itu, m

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Alasan Bercerai

    Di sebuah apartemen yang mewah namun kini kacau balau, pecahan vas bunga, gelas, dan barang-barang antik tersebar di lantai. Suasana di ruangan itu terasa tegang, seperti angin badai yang baru saja berlalu. Di tengah kekacauan itu, seorang wanita muda dengan rambut panjang terurai dan mengenakan pakaian kasual berdiri mematung, tatapannya penuh emosi. Di depannya, seorang pria tampan dengan postur tinggi tegap berdiri dengan wajah dingin, seperti dinding batu yang tak bisa ditembus."Tanpa alasan, kau mengakhiri ini semua? Kenapa?" suara wanita itu pecah, menggema di antara dinding apartemen. Matanya berkilat dengan campuran rasa sakit dan amarah.Pria itu menarik napas panjang, mencoba menghindari tatapan wanita itu. Suaranya terdengar tenang, namun dingin seperti es yang mencair perlahan. "Karena pernikahan kita adalah satu kesalahan besar. Aku sangat menyesalinya," jawabnya, setiap kata bagai belati yang menancap di hati wanita itu.Wanita itu mengepalkan kedua tangannya dengan gem

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status