Share

Daniel Melamar

Penulis: Author Mars
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-19 15:40:02

"Ke-Kenapa kamu ada di sini?" tanya Charlotte dengan gugup, matanya memandang pria di hadapannya dengan waspada.

Daniel tersenyum santai, namun tatapan matanya tajam dan penuh keyakinan. Tangannya masih melingkar di pinggang Charlotte, membuat gadis itu semakin gelisah.

"Aku datang mencarimu," jawabnya pelan, suaranya rendah namun penuh ketegasan.

Charlotte menelan ludah, tangannya refleks mendorong dada pria itu, meskipun tidak cukup kuat untuk membuatnya mundur. "Apakah aku mengenalmu? Kamu siapa?"

Daniel terkekeh pelan, seolah terhibur oleh kepanikan gadis itu. "Namamu Charlotte Wilson, usia 23 tahun. Seorang fotografer berbakat." Ia mendekatkan wajahnya, membuat Charlotte semakin mundur dengan jantung berdegup kencang. "Dengar baik-baik, namaku Daniel Harris... yang dikenal sebagai duda menawan."

Charlotte mengernyit, merasa ada sesuatu yang familiar tentang pria ini. "Kenapa namamu tidak asing? Di mana aku pernah mendengarnya?"

Daniel tersenyum penuh arti, lalu berbisik tepat di telinganya, suaranya mengandung godaan yang berbahaya. "Karena kita pernah bertemu sebelumnya. Saat itu kau sedang mabuk dan tidur dengan begitu manis di sampingku."

Charlotte terbelalak, darahnya seakan membeku. "A-apa?!" Dengan panik, ia mendorong Daniel menjauh darinya, napasnya memburu. "Kau adalah pria itu?"

Namun sebelum Daniel bisa menjawab, tiba-tiba—

PLAK!

Charlotte melompat kesakitan ketika tongkat sapu Nanny menghantam kakinya. "Aahh!" serunya, langsung bersembunyi di belakang Daniel seperti anak kecil yang ketahuan berbuat nakal.

"Hei! Masih terang begini, kau sudah berani dipeluk pria di depan banyak orang?!" bentak Nanny dengan mata melotot tajam.

Charlotte mengerjap panik, tangannya mencengkeram lengan Daniel. "Nenek, di sini hanya ada kita! Tidak ada siapa pun!" protesnya. "Setiap kali nenek mengejar aku dan papa, tidak ada yang berani keluar, kan?"

"Masih berani melawan?" ketus Nanny, wajahnya mengeras saat ia mengangkat sapunya tinggi-tinggi, bersiap mengayunkannya ke arah cucunya. Charlotte, yang ketakutan, segera bersembunyi di belakang Daniel, mencengkeram ujung bajunya.

Namun, sebelum sapu itu melayang, Daniel dengan sigap menahan tangan Nanny.

"Nenek, aku adalah teman cucumu," ujarnya santai, bibirnya melengkung dalam senyum menenangkan.

"Apa?" Nanny menyipitkan mata, mencondongkan tubuhnya ke depan, mencoba menangkap kata-kata yang baru saja diucapkan pemuda itu.

Charlotte, yang masih bersembunyi di belakang Daniel, menatapnya tajam. "Sejak kapan kita berteman? Untuk apa kamu ke sini?" suaranya penuh kewaspadaan.

Nanny menggerutu sebelum menoleh kembali ke cucunya. "Lolipop, apakah kau berhutang padanya? Berapa yang kau hutang?" Nada suaranya meninggi.

Charlotte mendengus kesal. "Aku tidak berhutang padanya sama sekali! Aku bahkan tidak mengenalnya!" serunya tegas.

Nanny menatap Daniel dengan penuh selidik. "Lalu, untuk apa dia ke sini? Dan siapa dia sebenarnya?"

Daniel memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, senyumnya semakin lebar. "Aku datang untuk melamar cucu Nenek, karena hubungan kami sudah sangat dekat," jawabnya santai.

Charlotte, yang sejak tadi menegang, langsung membelalak kaget. Panik, ia segera membekap mulut pria itu dengan kedua tangannya.

"Jangan asal bicara! Kita tidak dekat sama sekali! Pergi sana!" seru Charlotte dengan wajah memerah karena kesal.

"Nenek, namaku Daniel Harris, seorang CEO," ujarnya dengan nada tenang namun berwibawa. "Aku juga seorang duda. Aku telah bercerai selama dua bulan."

Charlotte mendengus sinis, melipat tangan di depan dada.

 "Banyak hal yang ingin aku bicarakan dengan Nenek. Apakah aku akan diberi waktu?" lanjut Daniel, menatap Nanny dengan penuh keseriusan.

Nanny menatap pemuda itu dengan sorot tajam. "Banyak hal?" gumamnya, lalu mencibir. "Duda baru dua bulan sudah mau menikah lagi. Apakah kau mesum?" tanyanya dengan nada mencela.

Daniel menoleh ke arah Charlotte, yang sedang menatapnya dengan wajah sebal. Ia mendekat sedikit, membuat Charlotte refleks mundur, tetapi pria itu dengan cepat membisikkan sesuatu di telinganya.

"Kalau kau menolak juga tidak apa-apa," ucapnya dengan nada rendah namun jelas, membuat bulu kuduk Charlotte meremang. "Aku bisa membuat Nenek dan Ayahmu menerimaku. Aku hanya perlu memberitahu mereka bahwa kita sudah pernah tidur satu malam."

Charlotte langsung membeku di tempat. Wajahnya seketika pucat, dan hatinya berdebar kencang. Ia menatap Daniel dengan mata membelalak, sementara pria itu hanya tersenyum tipis, menikmati reaksinya.

Beberapa saat kemudian...

Daniel dan Nanny duduk bersama di dalam ruangan itu.

Sementara itu, Charlotte berdiri di samping ayahnya sambil berbisik pelan.

"Lolipop, dari mana kau mengenal pria tampan ini? Wajahnya memang menarik, tapi tatapannya sedikit mencurigakan," bisik Elvis sambil melirik tajam ke arah Daniel.

Charlotte mengerutkan kening. "Aku lupa di mana mengenalnya," jawabnya dengan suara ragu.

Tapi perhatian Charlotte segera beralih ke sesuatu yang lain. Matanya menatap lekat-lekat ke arah Nanny dan Daniel yang tampak berbicara dengan begitu santai.

"Ada yang aneh di sini," gumamnya pelan.

Elvis ikut mengamati. "Apa yang aneh?" tanyanya penasaran.

Charlotte menoleh ke ayahnya. "Setiap kali kita bicara dengan nenek, kita harus mengeraskan suara sekuat tenaga, sedangkan pria itu hanya perlu berbisik, dan nenek langsung bisa mendengarnya. Apakah nenek benar-benar tuli?" tanyanya dengan penuh kecurigaan.

Elvis menghela napas panjang sambil mengangguk. "Aku juga penasaran. Selain itu, nenekmu sering salah dengar, lalu tanpa alasan yang jelas kita malah dihajarnya."

Charlotte mendengus. "Selain tuli, pelupa, nenek juga mudah emosi," katanya sambil melipat tangan di dada.

Tiba-tiba, suara Nanny terdengar lantang. "Elvis, untuk apa kau berdiri di sana terus? Cepat duduk dan berkenalan dengan Daniel, calon menantumu!"

Charlotte tersedak mendengar ucapan itu, sementara Elvis menatap ibunya dengan ekspresi syok. "Ma, kita bahkan belum mengenalnya. Kenapa begitu cepat menganggapnya sebagai menantu?" protes Elvis.

Daniel berdiri dan menghampiri Elvis sebelum mengulurkan tangannya dengan percaya diri. "Paman, serahkan putrimu padaku. Mulai hari ini, aku akan mengurus semua yang berkaitan dengan kehidupannya."

Charlotte hampir tersedak untuk kedua kalinya. "Mengurus kehidupanku?" gumamnya dengan dahi berkerut.

Elvis mempersempit matanya. "Aneh sekali, kenapa kau menyukainya?" tanyanya, matanya penuh selidik.

Charlotte ikut menyela dengan nada tak percaya. "Benar kata Papa, kenapa kamu memilihku? Padahal kita sama-sama tidak saling kenal."

Elvis tiba-tiba terkekeh pelan, lalu menatap Daniel dengan ekspresi geli. "Kalau tidak saling kenal itu masih wajar. Tapi yang menjadi masalah adalah, apa kelebihan Lolipop sehingga bisa membuatmu tertarik padanya?"

Charlotte langsung menatap ayahnya dengan perasaan tidak enak.

Elvis melanjutkan dengan nada santai namun mematikan, "Selain pendek, dia juga tidak begitu cantik. Dia ceroboh, pelupa, dan sering salah masuk rumah serta mobil. Jadi, tidak ada kelebihan sama sekali."

Charlotte membelalakkan mata. Rahangnya mengeras saat menatap tajam ke arah ayahnya.

"Dasar Papa durhaka, bisanya dia menghinaku di depan orang!" gerutunya dalam hati sambil mengepalkan tangan.

Daniel yang sejak tadi hanya tersenyum tipis, tiba-tiba menoleh ke Charlotte dan berkata dengan suara tenang, "Aku menyukainya karena dia berbeda."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Bertemu Lagi

    Malam hari.Charlotte berdiri di dekat jendela kamar, memandangi liontin peninggalan ibunya yang tergantung di lehernya. Jemarinya dengan lembut membuka liontin itu, ia selalu penasaran dengan liontin tersebut."Kenapa kalung ini tidak ada foto Mama? Aku bahkan tidak tahu wajah Mama sampai sekarang," gumamnya dengan suara lirih, matanya berkabut oleh rasa penasaran yang tak kunjung terjawab.Di saat yang sama, Elvis melangkah melewati kamar putrinya. Pandangannya tertarik pada sosok Charlotte yang berdiri diam dengan liontin terbuka di tangannya. Seketika, tatapan Elvis berubah tegang. Seolah ada sesuatu yang ingin ia sembunyikan, sesuatu yang tak seharusnya diketahui putrinya.Dengan langkah cepat, Elvis masuk ke dalam kamar."Lolipop," panggilnya, mencoba menghentikan gerakan Charlotte yang tampak begitu fokus pada liontin itu.Charlotte menoleh dan menatap ayahnya dengan heran."Papa? Sudah malam, kenapa belum tidur?" tanyanya, suaranya mengandung keheranan.Elvis menghela napas pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Apa Niat Daniel?

    "Kenapa kamu lagi?" tanya Charlotte, tatapannya tajam menembus sosok pria di hadapannya.Daniel hanya tersenyum, seolah menikmati ketidaksukaan Charlotte kepadanya. Ia melangkah santai, semakin mendekat. "Studio ini telah menjadi milikku," ujarnya dengan nada puas.Charlotte mencengkram erat pegangan tasnya, hatinya bergejolak. "Kalau begitu, aku akan berhenti kerja," katanya tegas, berbalik hendak pergi.Namun, suara Daniel menghentikan langkahnya. "Bukankah kau sudah tanda tangan kontrak lima tahun? Kalau kau pergi, kau harus membayar ganti rugi," katanya dengan nada santai, seakan-akan ia tahu bahwa Charlotte tidak punya pilihan lain.Charlotte menoleh dengan tatapan penuh curiga. "Apa tujuanmu membeli studio ini? Sebenarnya kamu siapa, dan apa maumu?" tuntutnya, suaranya dipenuhi amarah dan ketidakpercayaan.Daniel tersenyum tipis, matanya berkilat penuh arti. "Aku membelinya demi calon istriku. Kalau kita satu tempat kerja, kita bisa bersama s

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-22
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Mimpi Buruk

    Charlotte mundur dengan wajah tegang, punggungnya menabrak meja rias di belakangnya. Jantungnya berdebar kencang melihat Daniel semakin mendekat, mata pria itu menyala dengan intensitas yang membuatnya tidak nyaman."Untuk apa kamu di sini?" tanya Charlotte, suaranya gemetar meski berusaha terdengar tegas.Daniel menyandarkan satu tangan ke meja rias, tubuhnya tetap condong ke arah Charlotte, menciptakan jarak yang semakin sempit di antara mereka. "Menunggumu!" jawabnya santai, namun sorot matanya menunjukkan tekad yang sulit digoyahkan. "Sebelum menikah, kita harus saling memahami dan lebih dekat. Bukankah begitu?"Charlotte mengernyit, dadanya naik turun karena napas yang tak teratur. "Siapa yang ingin dekat denganmu," balasnya tajam. Ia mencoba melangkah pergi, namun belum sempat ia bergerak jauh, Daniel sudah menangkap pergelangan tangannya dengan erat."Hei, lepaskan tanganmu!" serunya sambil meronta, tetapi Daniel justru menariknya lebih dekat hingg

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-23
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Mencintai Anak Musuh

    Sementara Elvis meninggalkan rumahnya dengan diam-diam, ia melangkah dengan cepat menuju suatu tempat yang telah ia tentukan sebelumnya. Ia mengenakan jaket kulit hitam, kerahnya sedikit dinaikkan, seolah berusaha menyembunyikan sesuatu dari keluarganya. Pandangannya tajam, penuh kehati-hatian, seakan menghindari siapapun yang mungkin melihatnya pergi.Beberapa saat kemudian, sebuah mobil hitam meluncur mendekat dan berhenti tepat di depannya. Seorang pria paruh baya dengan seragam rapi segera keluar dari kursi pengemudi. Dengan gerakan penuh hormat, ia membukakan pintu belakang untuk Elvis.“Bos,” sapanya dengan suara rendah.Elvis tidak membalas sapaan itu dengan kata-kata, hanya mengangguk kecil sebelum masuk ke dalam mobil. Pintu tertutup rapat, dan kendaraan itu segera melaju meninggalkan area perumahan, membawa Elvis menuju tujuannya.Tak lama kemudian, mobil berhenti di tepi sebuah danau yang tenang. Di tempat itu, dua pria paruh baya d

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Melamar

    "Tuan Wilson, kedatanganku adalah untuk mengantar hadiah untuk Anda dan Nenek," ucap Daniel dengan tenang, namun penuh wibawa. Ia memberi isyarat kecil kepada para anggotanya.Levis, tangan kanannya yang setia, segera melangkah masuk, diikuti oleh beberapa pria lainnya. Mereka membawa beberapa kotak besar yang diletakkan rapi di meja ruang tamu. Begitu tutupnya dibuka, kilauan emas serta tumpukan uang dalam ikatan rapi seketika memenuhi ruangan dengan aura kemewahan.Elvis, yang sejak tadi berdiri dengan santai, kini terperanjat. Matanya membulat melihat jumlah uang dan batang emas yang tak sedikit. Ia bahkan sempat mengusap matanya, memastikan bahwa ini bukan sekadar ilusi."Ini semua untuk apa?" tanyanya, suaranya dipenuhi rasa penasaran sekaligus waspada.Daniel, yang sejak tadi tetap menjaga senyumnya, melangkah lebih dekat. Dengan penuh percaya diri, ia berkata, "Hadiah dariku untuk melamar putrimu, Paman."Suasana mendadak sunyi. Hanya suara

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Godaan Daniel

    "Itu hanya janji Nenek, bukan aku. Jadi tidak sah!" ujar Charlotte dengan nada tegas.Nanny menatapnya dengan sorot mata tajam, bibirnya menipis karena kesal. "Aku adalah nenekmu. Kenapa tidak sah? Lebih baik kau cepat menikah agar tidak menjadi beban dalam keluarga ini!" katanya dengan suara dingin, seakan tak peduli dengan perasaan Charlotte.Charlotte melirik tajam ke arah neneknya. "Tega sekali menganggapku sebagai beban," gumamnya lirih."Nenek, Paman, sebenarnya aku dan Charlotte bukan hanya sekadar saling mengenal begitu saja. Hubungan kami juga sudah jauh," ujar Daniel dengan nada tenang namun penuh keyakinan.Charlotte langsung membelalakkan mata, wajahnya berubah drastis dari keterkejutan menjadi panik. " Dia akan beritahu kejadian malam itu?!" batinnya berteriak. Tanpa berpikir panjang, ia segera menarik lengan Daniel dengan kuat dan berdiri dengan cepat."Cepat ikut aku!" serunya panik, tanpa menunggu jawaban dari Daniel.Daniel

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Pilihan Charlotte

    Di sisi lain, Elvis berdiri di luar rumah, memperhatikan mobil mewah yang masih terparkir di tempatnya. Pandangannya tidak lepas dari kendaraan itu, seolah mencoba menembus kaca gelapnya untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi di dalam. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, sesuatu yang tidak bisa ia abaikan begitu saja."Apakah dia serius dengan Lolipop atau hanya untuk bersenang-senang?" gumamnya pelan, kedua alisnya bertaut. "Duda… Apa alasannya menjadi duda? Aneh sekali. Kenapa tatapannya tidak asing juga? Sebenarnya di mana aku pernah melihatnya?"Pikiran Elvis semakin berkecamuk. Pria itu bukan hanya sekadar orang asing baginya, ada sesuatu tentangnya yang terasa familiar. Tapi, kapan dan di mana ia pernah bertemu dengannya? Ia mencoba mengingat, tapi bayangan itu selalu mengabur sebelum ia bisa menangkapnya dengan jelas."Bagaimanapun, identitasku tidak boleh ada yang tahu. Andaikan suatu saat Lolipop menikah... demi melindunginya, rahasia ini

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Pertengkaran Charlotte

    Charlotte berdiri tegak, wajahnya tanpa ekspresi takut sedikit pun. Ia melirik tajam ke arah Manager Lex yang masih terdiam, seolah tak bisa membalas kata-katanya."Hanya seorang manajer ingin memecatku? Apakah kau cukup layak? Aku telah menandatangani kontrak dengan studio ini. Bahkan walau atasan kita turun tangan, mereka tidak bisa memecatku begitu saja. Apalagi kamu," ucap Charlotte dengan nada penuh percaya diri.Mata Manager Lex melebar. Bibirnya sedikit terbuka, seakan ingin membalas, namun tak ada kata-kata yang keluar. Ia tahu Charlotte tidak sembarang bicara. Kontraknya memang kuat, dan jika ia dikeluarkan tanpa alasan yang sah, studio justru bisa menghadapi masalah hukum.Di sisi lain, Candy semakin geram. Matanya berkilat penuh amarah, tetapi Charlotte tak memberi kesempatan baginya untuk membalas."Hanya seorang bintang, sudah angkuh. Selama aku bekerja di bidang ini, aku sudah bertemu banyak selebriti, bahkan mereka jauh lebih terkenal darim

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29

Bab terbaru

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Syarat Menikah

    Keesokan harinya.Charlotte yang sudah bangun kini duduk di sebuah ruangan bersama Daniel. Matanya masih sedikit sayu, namun pikirannya sudah cukup jernih untuk memahami situasi. Di hadapannya, Levis meletakkan sebuah dokumen di atas meja dengan ekspresi datar, seolah apa yang sedang terjadi hanyalah urusan bisnis biasa.Charlotte mengerutkan kening, menatap dokumen itu dengan penuh kebingungan. Ia mengulurkan tangan dan meraih kertas tersebut dengan ragu."Ini apa?" tanyanya, suaranya terdengar hati-hati.Daniel, yang duduk di seberangnya, menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan santai. Senyuman tipis terukir di wajahnya, seolah ia sudah memperkirakan reaksi Charlotte."Silakan dibaca!" jawabnya, tenang dan penuh percaya diri.Charlotte membuka halaman pertama dan mulai membaca isi dokumen dengan teliti. Matanya bergerak cepat, namun semakin dalam ia membaca, semakin banyak pertanyaan yang muncul di benaknya."Pernikahan kontrak selama

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Dendam Yang Terpendam

    "Daniel, gadis mana yang menjadi sasaranmu kali ini?" tanya Sannie dengan nada penuh rasa ingin tahu.Pria itu hanya tersenyum kecil, ia menjawab dengan santai, "Kalian akan segera mengetahuinya.""Apakah dia akan patuh seperti istri pertamamu atau... lembut seperti mantan pacarmu?" katanya dengan sengaja, mencoba memancing reaksi dari Daniel."Kalau ingin tahu, setelah berjumpa dengannya, kalian bisa mengujinya," jawab Daniel dengan nada misterius. Ia lalu beranjak dari sana---Di sisi lain, Charlotte membuka matanya perlahan. Pandangannya masih buram, dan kepalanya terasa sedikit berat. Ia mengerjapkan mata beberapa kali sebelum akhirnya menyadari sesuatu yang aneh.Ruangan ini... bukan kamarnya.Ia segera bangkit dengan panik, matanya melirik ke sekeliling. Dinding putih bersih, jendela besar dengan tirai tertutup, serta sebuah pintu di sudut ruangan. Semuanya asing."Aku di mana? Rumah siapa ini?" bisiknya pelan, jantungny

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Masa Lalu Yang Tersembunyi

    Di saat situasi memanas, tiba-tiba puluhan mobil melaju cepat dan berhenti di depan pusat perbelanjaan. Suara decitan ban yang menggesek aspal menarik perhatian para pengunjung yang berlalu-lalang. Beberapa orang mulai berbisik, bertanya-tanya tentang apa yang sedang terjadi.Dari mobil-mobil itu, puluhan pria berpakaian gelap turun dengan langkah mantap. Tatapan tajam mereka tertuju pada sekelompok orang yang tengah mengepung Daniel dan Charlotte. Kehadiran mereka seketika mengubah suasana, membuat lawan-lawan Daniel terkejut melihat jumlah yang jauh lebih unggul.Daniel, yang masih menggenggam tangan Charlotte, melangkah maju dengan tenang. Matanya menyapu orang-orang yang mencoba mengancamnya, lalu bibirnya melengkung membentuk senyuman dingin."Tidak ada pilihan untuk kalian selain menyerah," ucapnya dengan nada penuh keyakinan.Charlotte menatap Daniel dengan kecurigaan yang semakin kuat. "Pria ini... siapa sebenarnya? Kenapa dia memiliki begitu banyak orang yang tampak berbahaya

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Daniel dan Charlotte di Kepung

    Pusat perbelanjaan terbesar di kota itu dipenuhi oleh cahaya gemerlap dan suara riuh orang-orang yang berlalu lalang. Daniel berjalan santai di samping Charlotte, sesekali melirik ke arahnya untuk memastikan gadis itu tidak lagi murung. Mereka menuju salah satu toko kamera terbaik, tempat Charlotte bisa memilih pengganti kamera kesayangannya yang telah hancur.Di sisi lain, di sudut pusat perbelanjaan yang lebih gelap, beberapa pria berbadan tegap berdiri dalam bayang-bayang. Mata mereka tajam, tidak pernah lepas dari sosok Daniel dan Charlotte yang sibuk melihat-lihat."Apakah dia tidak membawa pengawal lain?" salah satu pria berbisik kepada rekannya, tatapannya tak berkedip mengamati Daniel. "Bukankah biasanya dia ditemani oleh sejumlah orang? Kenapa kali ini hanya seorang Levis?"Pria di sebelahnya menyipitkan mata, mencoba menganalisis situasi. "Mungkin dia lengah... atau mungkin ini jebakan," jawabnya dengan suara rendah, tetap waspada.Sementara itu, Levis yang berjalan sedikit

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Balasan Charlotte

    Kelvin yang baru tiba berdiri tidak jauh dari Daniel. Matanya langsung tertuju pada kamera yang kini hancur di lantai. Serpihan lensa berserakan, bodinya retak parah, dan jelas tidak bisa diperbaiki lagi.Wajah Kelvin menegang, napasnya tercekat. "Gawat! Kamera itu adalah kesayangannya," gumamnya pelan namun jelas. "Dia bahkan lebih suka menggunakan kamera itu daripada kamera studio. Sekarang sudah hancur… suasana hatinya pasti sangat buruk."Mendengar ucapan Kelvin, Daniel menoleh sekilas, ekspresinya masih santai. Sementara itu, sang manager masih terus membela Candy. Dengan suara tegas dan otoriter, dia kembali menekan Charlotte."Lolipop, cepat minta maaf! Kalau tidak, aku sebagai manager akan memindahkanmu ke tempat lain!" bentaknya dengan penuh keyakinan, berpikir Charlotte akan tunduk.Namun, Charlotte tidak gentar. Ia berdiri tegak, kedua tangannya mengepal erat, Dengan suara dingin dan menusuk, Charlotte berkata, "Seorang bintang yang merusak barang milik fotografer adalah k

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Pertengkaran Charlotte

    Charlotte berdiri tegak, wajahnya tanpa ekspresi takut sedikit pun. Ia melirik tajam ke arah Manager Lex yang masih terdiam, seolah tak bisa membalas kata-katanya."Hanya seorang manajer ingin memecatku? Apakah kau cukup layak? Aku telah menandatangani kontrak dengan studio ini. Bahkan walau atasan kita turun tangan, mereka tidak bisa memecatku begitu saja. Apalagi kamu," ucap Charlotte dengan nada penuh percaya diri.Mata Manager Lex melebar. Bibirnya sedikit terbuka, seakan ingin membalas, namun tak ada kata-kata yang keluar. Ia tahu Charlotte tidak sembarang bicara. Kontraknya memang kuat, dan jika ia dikeluarkan tanpa alasan yang sah, studio justru bisa menghadapi masalah hukum.Di sisi lain, Candy semakin geram. Matanya berkilat penuh amarah, tetapi Charlotte tak memberi kesempatan baginya untuk membalas."Hanya seorang bintang, sudah angkuh. Selama aku bekerja di bidang ini, aku sudah bertemu banyak selebriti, bahkan mereka jauh lebih terkenal darim

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Pilihan Charlotte

    Di sisi lain, Elvis berdiri di luar rumah, memperhatikan mobil mewah yang masih terparkir di tempatnya. Pandangannya tidak lepas dari kendaraan itu, seolah mencoba menembus kaca gelapnya untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi di dalam. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, sesuatu yang tidak bisa ia abaikan begitu saja."Apakah dia serius dengan Lolipop atau hanya untuk bersenang-senang?" gumamnya pelan, kedua alisnya bertaut. "Duda… Apa alasannya menjadi duda? Aneh sekali. Kenapa tatapannya tidak asing juga? Sebenarnya di mana aku pernah melihatnya?"Pikiran Elvis semakin berkecamuk. Pria itu bukan hanya sekadar orang asing baginya, ada sesuatu tentangnya yang terasa familiar. Tapi, kapan dan di mana ia pernah bertemu dengannya? Ia mencoba mengingat, tapi bayangan itu selalu mengabur sebelum ia bisa menangkapnya dengan jelas."Bagaimanapun, identitasku tidak boleh ada yang tahu. Andaikan suatu saat Lolipop menikah... demi melindunginya, rahasia ini

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Godaan Daniel

    "Itu hanya janji Nenek, bukan aku. Jadi tidak sah!" ujar Charlotte dengan nada tegas.Nanny menatapnya dengan sorot mata tajam, bibirnya menipis karena kesal. "Aku adalah nenekmu. Kenapa tidak sah? Lebih baik kau cepat menikah agar tidak menjadi beban dalam keluarga ini!" katanya dengan suara dingin, seakan tak peduli dengan perasaan Charlotte.Charlotte melirik tajam ke arah neneknya. "Tega sekali menganggapku sebagai beban," gumamnya lirih."Nenek, Paman, sebenarnya aku dan Charlotte bukan hanya sekadar saling mengenal begitu saja. Hubungan kami juga sudah jauh," ujar Daniel dengan nada tenang namun penuh keyakinan.Charlotte langsung membelalakkan mata, wajahnya berubah drastis dari keterkejutan menjadi panik. " Dia akan beritahu kejadian malam itu?!" batinnya berteriak. Tanpa berpikir panjang, ia segera menarik lengan Daniel dengan kuat dan berdiri dengan cepat."Cepat ikut aku!" serunya panik, tanpa menunggu jawaban dari Daniel.Daniel

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Melamar

    "Tuan Wilson, kedatanganku adalah untuk mengantar hadiah untuk Anda dan Nenek," ucap Daniel dengan tenang, namun penuh wibawa. Ia memberi isyarat kecil kepada para anggotanya.Levis, tangan kanannya yang setia, segera melangkah masuk, diikuti oleh beberapa pria lainnya. Mereka membawa beberapa kotak besar yang diletakkan rapi di meja ruang tamu. Begitu tutupnya dibuka, kilauan emas serta tumpukan uang dalam ikatan rapi seketika memenuhi ruangan dengan aura kemewahan.Elvis, yang sejak tadi berdiri dengan santai, kini terperanjat. Matanya membulat melihat jumlah uang dan batang emas yang tak sedikit. Ia bahkan sempat mengusap matanya, memastikan bahwa ini bukan sekadar ilusi."Ini semua untuk apa?" tanyanya, suaranya dipenuhi rasa penasaran sekaligus waspada.Daniel, yang sejak tadi tetap menjaga senyumnya, melangkah lebih dekat. Dengan penuh percaya diri, ia berkata, "Hadiah dariku untuk melamar putrimu, Paman."Suasana mendadak sunyi. Hanya suara

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status