Home / Young Adult / Gadis Incaran Duda Menawan / Menyelidiki Latar Belakang Charlotte

Share

Menyelidiki Latar Belakang Charlotte

Author: Author Mars
last update Last Updated: 2025-03-05 15:34:16

Charlotte berjalan pelan menyusuri deretan rumah yang terlihat seragam, dengan model dan warna hijau yang sama persis. Wajahnya tampak bingung, seolah memikirkan sesuatu yang mengganjal di benaknya.

"Kalau kami benar-benar melakukannya, seharusnya aku pasti merasa sakit..." gumamnya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Ia mengernyitkan dahi, menatap langkah kakinya yang terus membawa dirinya maju. "Tapi kenapa aku tidak merasakan apa-apa? Tidak mungkin seorang pria melepaskan semua pakaianku tanpa melakukan apa pun." Ia berhenti sejenak, menatap ke depan dengan pandangan kosong. "Di dunia ini, mana ada pria yang tidak tergoda dengan tubuh wanita..." lanjutnya dengan nada lirih, mencoba mencari jawaban atas kebingungannya.

Charlotte menghela napas panjang, akhirnya sampai di salah satu rumah. Dengan santai, ia membuka pintu dan melangkah masuk. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat orang-orang di dalam rumah tersebut. Semua kepala menoleh ke arahnya dengan pandangan heran.

"Charlotte, kamu pasti salah masuk lagi. Rumahmu ada di ujung sana," ujar seorang pria paruh baya dengan nada santai, sambil menunjuk ke arah luar.

Wajah Charlotte memerah karena malu. "Maaf, Paman. Aku salah masuk lagi," ujarnya sambil menundukkan kepala dan tersenyum kaku. Ia cepat-cepat melangkah keluar, meninggalkan rumah itu dengan langkah terburu-buru.

Pria paruh baya itu hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum kecil. "Gadis ini selalu saja salah masuk rumah," gumamnya sambil kembali fokus pada kegiatannya.

Di luar, Charlotte berjalan dengan ekspresi kesal, menggerutu sambil melipat tangan di depan dada. "Sudah kubilang pada Papa untuk memasang nomor rumah supaya aku tidak salah masuk terus. Tapi dia tidak mau!" gerutunya dengan nada sebal. Ia menendang kerikil kecil di depannya dengan gemas. "Selain warna hijau, model rumah juga sama semua. Sekarang aku lupa rumah kami ada di nomor berapa!" Suaranya dipenuhi frustasi, tapi langkahnya tetap berlanjut menuju ujung jalan, berharap kali ini ia tidak salah lagi.

Charlotte berdiri di tengah jalan dengan tangan di pinggang, merasa frustrasi setelah salah masuk rumah lagi. Ia menghela napas panjang, memutar otak untuk mencari cara lain agar tidak mengulang kesalahan yang sama.

"Dari pada aku salah masuk terus, lebih baik aku gunakan cara lain untuk menemukan rumahku," gumamnya sambil memandang deretan rumah yang tampak seragam. Tiba-tiba, sebuah ide muncul di kepalanya. Charlotte menghirup napas dalam-dalam sebelum berteriak sekeras mungkin, "Elvis Wilson! Di mana rumah kita?" Suaranya menggema di sepanjang jalan, membuat beberapa tetangga keluar untuk melihat sumber keributan.

Belum sempat ia berpikir lebih jauh, seorang pria muncul dari rumah di dekatnya. Dengan langkah tegas, pria itu berjalan mendekatinya sambil membawa kipas di tangan.

"Ahhh!" jerit Charlotte kaget ketika pria itu tiba-tiba menepuk kepalanya dengan kipas yang ia bawa.

"Kenapa teriak-teriak di jalan seperti orang hilang akal?" omel pria itu, yang ternyata adalah ayahnya sendiri, Elvis Wilson. Wajahnya terlihat kesal, "Sampai kapan kau baru bisa menghafal rumahmu sendiri, hah? Padahal kau hanya perlu menghitung dari depan sampai ke rumah ke lima belas. Apa itu susah sekali?"

Charlotte mengusap kepalanya yang masih terasa sakit akibat pukulan kipas tersebut. Ia melirik ayahnya dengan wajah kesal. "Papa, jangan salahkan aku! Kenapa tidak memasang nomor rumah saja? Kalau ada nomor, pasti lebih mudah ditemukan. Biar aku tidak salah masuk rumah orang lagi!"

Elvis mendengus, lalu melipat tangannya di depan dada. "Sejak kapan kau tidak pernah salah masuk, hah? Bahkan saat aku menyuruhmu mengejar nenekmu yang salah naik bus, kau malah masuk ke mobil jenazah!" ucapnya dengan nada setengah kesal, setengah geli.

Charlotte mengerucutkan bibirnya, mencoba membela diri. "Nenek kan sudah tua! Jadi aku mengira nenek masuk ke mobil jenazah, makanya aku ikut. Itu bukan salahku!" jawabnya santai, seolah kejadian itu hal biasa.

Elvis hanya menggelengkan kepala sebelum kembali menepuk kepala Charlotte dengan kipas di tangannya.

"Aah! Jangan pukul aku terus!" jerit Charlotte sambil memegangi kepalanya yang kembali terasa sakit. Ia memandang ayahnya dengan wajah cemberut.

Elvis mengabaikan protesnya dan menatap Charlotte dengan sorot mata serius. "Sekarang katakan, ke mana kau semalam? Kenapa tidak pulang? Kau ini seorang gadis, semalaman tidak pulang dan tidak ada di kantor. Kau ke mana saja, hah?" Nada suaranya naik, memperlihatkan kekhawatirannya.

Charlotte langsung menunduk, merasa sedikit bersalah. Dengan suara pelan, ia menjawab, "Aku... dikhianati oleh Calvin. Dia berkencan dengan wanita lain. Jadi aku mabuk dan tidur di rumah temanku."

Elvis terdiam sesaat, lalu mendengus sambil tersenyum kecil. "Bagus juga kalau dia berselingkuh. Pria mana yang bisa tahan dengan gadis pelupa seperti dirimu? Bahkan saat aku memintamu pergi beli obat saja, kau malah nyasar ke kebun binatang!" ucapnya

Charlotte menatap ayahnya dengan kesal. "Anakmu ini baru saja diselingkuhi, tapi kenapa Papa malah senang?" tanyanya dengan nada tajam, melirik ayahnya dengan pandangan tidak percaya.

Elvis hanya tertawa kecil sambil memukul kepalanya lagi dengan kipas, membuat Charlotte menggerutu kesal sambil mengusap-usap kepalanya. Di balik tingkah konyol itu, jelas terlihat hubungan ayah dan anak ini dipenuhi kasih sayang yang unik, meski penuh dengan omelan dan pukulan kipas.

Malam hari.

Sebuah mansion mewah

Cahaya lampu yang temaram membiaskan bayangan di dinding mansion mewah itu. Suasana terasa sunyi, hanya terdengar suara dentingan es di dalam gelas kristal yang dipegang Daniel. 

Daniel duduk dengan santai di sofa kulit hitam, salah satu tangannya memegang gelas minuman sementara tangan lainnya bertumpu di lengan sofa. 

Levis, pria berjas hitam yang berdiri di hadapannya, menunggu dengan sikap tegap sebelum akhirnya mulai melaporkan hasil penyelidikannya. Suaranya tenang, tetapi ada sedikit keraguan dalam nada bicaranya.

"Tuan, informasi mengenai nona itu sudah kami dapat. Namanya Charlotte Wilson, sering dipanggil Lolipop. Usianya 23 tahun dan bekerja sebagai fotografer," ucap Levis sambil membuka catatan kecil di tangannya. "Ayahnya bernama Elvis Wilson, pria berusia 55 tahun yang telah menikah delapan kali. Beberapa istrinya meninggal, sementara sisanya bercerai. Neneknya, Nanny, berusia 70 tahun dan memiliki pendengaran yang sangat buruk."

Daniel mendengarkan dengan ekspresi datar, tetapi bibirnya sedikit melengkung ke atas. Matanya yang tajam mengamati Levis dengan penuh minat.

"Menikah sebanyak delapan kali?" gumamnya sambil mengangkat alis. Dia memutar gelasnya perlahan, memperhatikan cairan amber yang berkilauan di bawah cahaya lampu gantung. "Lalu, gadis itu anak dari istri yang keberapa?"

Levis tidak butuh waktu lama untuk menjawab. "Istri kedua, Tuan."

"Apakah dia sudah punya pacar?" tanyanya santai.

Daniel tersenyum tipis. Matanya berkilat tajam sebelum akhirnya berkata dengan nada ringan, seolah sedang membicarakan sesuatu yang sepele.

"Kalau sudah, kirim dia ke Afrika dan biarkan dia bekerja di sana seumur hidup!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Dendam Masa Lalu Daniel

    Elvis duduk diam di kamarnya, menatap sebuah foto keluarga dengan tatapan dalam. Dalam foto itu, seorang wanita muda berdiri di sampingnya, menggendong bayi perempuan yang lucu, sementara ibunya juga berdiri di sisi lain. Wanita muda itu adalah istrinya, Zean—seseorang yang telah lama pergi meninggalkannya."Zean, kamu pergi terlalu cepat..." gumam Elvis lirih. "Anak gadis kita sudah besar dan mandiri sekarang. Dia menjadi seorang fotografer profesional, bekerja dengan baik, memiliki banyak teman, dan ceria seperti dirimu."Ia menghela napas panjang sebelum melanjutkan, "Selama ini aku menikah-cerai, berharap ada seseorang yang bisa merawatnya. Tapi sayang, pernikahanku tidak pernah berjalan mulus."Elvis terdiam sejenak, lalu menatap foto itu lebih lekat. Suaranya berubah menjadi lebih dalam, penuh rahasia yang selama ini ia pendam."Aku adalah Samuel Wilson Franz," bisiknya. "Harus menyamar sebagai orang biasa demi melindungi anak kita. Semasa muda, aku memiliki banyak musuh. Setela

    Last Updated : 2025-03-05
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Daniel Melamar

    "Ke-Kenapa kamu ada di sini?" tanya Charlotte dengan gugup, matanya memandang pria di hadapannya dengan waspada.Daniel tersenyum santai, namun tatapan matanya tajam dan penuh keyakinan. Tangannya masih melingkar di pinggang Charlotte, membuat gadis itu semakin gelisah."Aku datang mencarimu," jawabnya pelan, suaranya rendah namun penuh ketegasan.Charlotte menelan ludah, tangannya refleks mendorong dada pria itu, meskipun tidak cukup kuat untuk membuatnya mundur. "Apakah aku mengenalmu? Kamu siapa?"Daniel terkekeh pelan, seolah terhibur oleh kepanikan gadis itu. "Namamu Charlotte Wilson, usia 23 tahun. Seorang fotografer berbakat." Ia mendekatkan wajahnya, membuat Charlotte semakin mundur dengan jantung berdegup kencang. "Dengar baik-baik, namaku Daniel Harris... yang dikenal sebagai duda menawan."Charlotte mengernyit, merasa ada sesuatu yang familiar tentang pria ini. "Kenapa namamu tidak asing? Di mana aku pernah mendengarnya?"Daniel tersenyum penuh arti, lalu berbisik tepat di

    Last Updated : 2025-03-19
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Bertemu Lagi

    Malam hari.Charlotte berdiri di dekat jendela kamar, memandangi liontin peninggalan ibunya yang tergantung di lehernya. Jemarinya dengan lembut membuka liontin itu, ia selalu penasaran dengan liontin tersebut."Kenapa kalung ini tidak ada foto Mama? Aku bahkan tidak tahu wajah Mama sampai sekarang," gumamnya dengan suara lirih, matanya berkabut oleh rasa penasaran yang tak kunjung terjawab.Di saat yang sama, Elvis melangkah melewati kamar putrinya. Pandangannya tertarik pada sosok Charlotte yang berdiri diam dengan liontin terbuka di tangannya. Seketika, tatapan Elvis berubah tegang. Seolah ada sesuatu yang ingin ia sembunyikan, sesuatu yang tak seharusnya diketahui putrinya.Dengan langkah cepat, Elvis masuk ke dalam kamar."Lolipop," panggilnya, mencoba menghentikan gerakan Charlotte yang tampak begitu fokus pada liontin itu.Charlotte menoleh dan menatap ayahnya dengan heran."Papa? Sudah malam, kenapa belum tidur?" tanyanya, suaranya mengandung keheranan.Elvis menghela napas pe

    Last Updated : 2025-03-19
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Apa Niat Daniel?

    "Kenapa kamu lagi?" tanya Charlotte, tatapannya tajam menembus sosok pria di hadapannya.Daniel hanya tersenyum, seolah menikmati ketidaksukaan Charlotte kepadanya. Ia melangkah santai, semakin mendekat. "Studio ini telah menjadi milikku," ujarnya dengan nada puas.Charlotte mencengkram erat pegangan tasnya, hatinya bergejolak. "Kalau begitu, aku akan berhenti kerja," katanya tegas, berbalik hendak pergi.Namun, suara Daniel menghentikan langkahnya. "Bukankah kau sudah tanda tangan kontrak lima tahun? Kalau kau pergi, kau harus membayar ganti rugi," katanya dengan nada santai, seakan-akan ia tahu bahwa Charlotte tidak punya pilihan lain.Charlotte menoleh dengan tatapan penuh curiga. "Apa tujuanmu membeli studio ini? Sebenarnya kamu siapa, dan apa maumu?" tuntutnya, suaranya dipenuhi amarah dan ketidakpercayaan.Daniel tersenyum tipis, matanya berkilat penuh arti. "Aku membelinya demi calon istriku. Kalau kita satu tempat kerja, kita bisa bersama s

    Last Updated : 2025-03-22
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Mimpi Buruk

    Charlotte mundur dengan wajah tegang, punggungnya menabrak meja rias di belakangnya. Jantungnya berdebar kencang melihat Daniel semakin mendekat, mata pria itu menyala dengan intensitas yang membuatnya tidak nyaman."Untuk apa kamu di sini?" tanya Charlotte, suaranya gemetar meski berusaha terdengar tegas.Daniel menyandarkan satu tangan ke meja rias, tubuhnya tetap condong ke arah Charlotte, menciptakan jarak yang semakin sempit di antara mereka. "Menunggumu!" jawabnya santai, namun sorot matanya menunjukkan tekad yang sulit digoyahkan. "Sebelum menikah, kita harus saling memahami dan lebih dekat. Bukankah begitu?"Charlotte mengernyit, dadanya naik turun karena napas yang tak teratur. "Siapa yang ingin dekat denganmu," balasnya tajam. Ia mencoba melangkah pergi, namun belum sempat ia bergerak jauh, Daniel sudah menangkap pergelangan tangannya dengan erat."Hei, lepaskan tanganmu!" serunya sambil meronta, tetapi Daniel justru menariknya lebih dekat hingg

    Last Updated : 2025-03-23
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Mencintai Anak Musuh

    Sementara Elvis meninggalkan rumahnya dengan diam-diam, ia melangkah dengan cepat menuju suatu tempat yang telah ia tentukan sebelumnya. Ia mengenakan jaket kulit hitam, kerahnya sedikit dinaikkan, seolah berusaha menyembunyikan sesuatu dari keluarganya. Pandangannya tajam, penuh kehati-hatian, seakan menghindari siapapun yang mungkin melihatnya pergi.Beberapa saat kemudian, sebuah mobil hitam meluncur mendekat dan berhenti tepat di depannya. Seorang pria paruh baya dengan seragam rapi segera keluar dari kursi pengemudi. Dengan gerakan penuh hormat, ia membukakan pintu belakang untuk Elvis.“Bos,” sapanya dengan suara rendah.Elvis tidak membalas sapaan itu dengan kata-kata, hanya mengangguk kecil sebelum masuk ke dalam mobil. Pintu tertutup rapat, dan kendaraan itu segera melaju meninggalkan area perumahan, membawa Elvis menuju tujuannya.Tak lama kemudian, mobil berhenti di tepi sebuah danau yang tenang. Di tempat itu, dua pria paruh baya d

    Last Updated : 2025-03-24
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Melamar

    "Tuan Wilson, kedatanganku adalah untuk mengantar hadiah untuk Anda dan Nenek," ucap Daniel dengan tenang, namun penuh wibawa. Ia memberi isyarat kecil kepada para anggotanya.Levis, tangan kanannya yang setia, segera melangkah masuk, diikuti oleh beberapa pria lainnya. Mereka membawa beberapa kotak besar yang diletakkan rapi di meja ruang tamu. Begitu tutupnya dibuka, kilauan emas serta tumpukan uang dalam ikatan rapi seketika memenuhi ruangan dengan aura kemewahan.Elvis, yang sejak tadi berdiri dengan santai, kini terperanjat. Matanya membulat melihat jumlah uang dan batang emas yang tak sedikit. Ia bahkan sempat mengusap matanya, memastikan bahwa ini bukan sekadar ilusi."Ini semua untuk apa?" tanyanya, suaranya dipenuhi rasa penasaran sekaligus waspada.Daniel, yang sejak tadi tetap menjaga senyumnya, melangkah lebih dekat. Dengan penuh percaya diri, ia berkata, "Hadiah dariku untuk melamar putrimu, Paman."Suasana mendadak sunyi. Hanya suara

    Last Updated : 2025-03-25
  • Gadis Incaran Duda Menawan   Godaan Daniel

    "Itu hanya janji Nenek, bukan aku. Jadi tidak sah!" ujar Charlotte dengan nada tegas.Nanny menatapnya dengan sorot mata tajam, bibirnya menipis karena kesal. "Aku adalah nenekmu. Kenapa tidak sah? Lebih baik kau cepat menikah agar tidak menjadi beban dalam keluarga ini!" katanya dengan suara dingin, seakan tak peduli dengan perasaan Charlotte.Charlotte melirik tajam ke arah neneknya. "Tega sekali menganggapku sebagai beban," gumamnya lirih."Nenek, Paman, sebenarnya aku dan Charlotte bukan hanya sekadar saling mengenal begitu saja. Hubungan kami juga sudah jauh," ujar Daniel dengan nada tenang namun penuh keyakinan.Charlotte langsung membelalakkan mata, wajahnya berubah drastis dari keterkejutan menjadi panik. " Dia akan beritahu kejadian malam itu?!" batinnya berteriak. Tanpa berpikir panjang, ia segera menarik lengan Daniel dengan kuat dan berdiri dengan cepat."Cepat ikut aku!" serunya panik, tanpa menunggu jawaban dari Daniel.Daniel

    Last Updated : 2025-03-27

Latest chapter

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Syarat Menikah

    Keesokan harinya.Charlotte yang sudah bangun kini duduk di sebuah ruangan bersama Daniel. Matanya masih sedikit sayu, namun pikirannya sudah cukup jernih untuk memahami situasi. Di hadapannya, Levis meletakkan sebuah dokumen di atas meja dengan ekspresi datar, seolah apa yang sedang terjadi hanyalah urusan bisnis biasa.Charlotte mengerutkan kening, menatap dokumen itu dengan penuh kebingungan. Ia mengulurkan tangan dan meraih kertas tersebut dengan ragu."Ini apa?" tanyanya, suaranya terdengar hati-hati.Daniel, yang duduk di seberangnya, menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan santai. Senyuman tipis terukir di wajahnya, seolah ia sudah memperkirakan reaksi Charlotte."Silakan dibaca!" jawabnya, tenang dan penuh percaya diri.Charlotte membuka halaman pertama dan mulai membaca isi dokumen dengan teliti. Matanya bergerak cepat, namun semakin dalam ia membaca, semakin banyak pertanyaan yang muncul di benaknya."Pernikahan kontrak selama

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Dendam Yang Terpendam

    "Daniel, gadis mana yang menjadi sasaranmu kali ini?" tanya Sannie dengan nada penuh rasa ingin tahu.Pria itu hanya tersenyum kecil, ia menjawab dengan santai, "Kalian akan segera mengetahuinya.""Apakah dia akan patuh seperti istri pertamamu atau... lembut seperti mantan pacarmu?" katanya dengan sengaja, mencoba memancing reaksi dari Daniel."Kalau ingin tahu, setelah berjumpa dengannya, kalian bisa mengujinya," jawab Daniel dengan nada misterius. Ia lalu beranjak dari sana---Di sisi lain, Charlotte membuka matanya perlahan. Pandangannya masih buram, dan kepalanya terasa sedikit berat. Ia mengerjapkan mata beberapa kali sebelum akhirnya menyadari sesuatu yang aneh.Ruangan ini... bukan kamarnya.Ia segera bangkit dengan panik, matanya melirik ke sekeliling. Dinding putih bersih, jendela besar dengan tirai tertutup, serta sebuah pintu di sudut ruangan. Semuanya asing."Aku di mana? Rumah siapa ini?" bisiknya pelan, jantungny

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Masa Lalu Yang Tersembunyi

    Di saat situasi memanas, tiba-tiba puluhan mobil melaju cepat dan berhenti di depan pusat perbelanjaan. Suara decitan ban yang menggesek aspal menarik perhatian para pengunjung yang berlalu-lalang. Beberapa orang mulai berbisik, bertanya-tanya tentang apa yang sedang terjadi.Dari mobil-mobil itu, puluhan pria berpakaian gelap turun dengan langkah mantap. Tatapan tajam mereka tertuju pada sekelompok orang yang tengah mengepung Daniel dan Charlotte. Kehadiran mereka seketika mengubah suasana, membuat lawan-lawan Daniel terkejut melihat jumlah yang jauh lebih unggul.Daniel, yang masih menggenggam tangan Charlotte, melangkah maju dengan tenang. Matanya menyapu orang-orang yang mencoba mengancamnya, lalu bibirnya melengkung membentuk senyuman dingin."Tidak ada pilihan untuk kalian selain menyerah," ucapnya dengan nada penuh keyakinan.Charlotte menatap Daniel dengan kecurigaan yang semakin kuat. "Pria ini... siapa sebenarnya? Kenapa dia memiliki begitu banyak orang yang tampak berbahaya

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Daniel dan Charlotte di Kepung

    Pusat perbelanjaan terbesar di kota itu dipenuhi oleh cahaya gemerlap dan suara riuh orang-orang yang berlalu lalang. Daniel berjalan santai di samping Charlotte, sesekali melirik ke arahnya untuk memastikan gadis itu tidak lagi murung. Mereka menuju salah satu toko kamera terbaik, tempat Charlotte bisa memilih pengganti kamera kesayangannya yang telah hancur.Di sisi lain, di sudut pusat perbelanjaan yang lebih gelap, beberapa pria berbadan tegap berdiri dalam bayang-bayang. Mata mereka tajam, tidak pernah lepas dari sosok Daniel dan Charlotte yang sibuk melihat-lihat."Apakah dia tidak membawa pengawal lain?" salah satu pria berbisik kepada rekannya, tatapannya tak berkedip mengamati Daniel. "Bukankah biasanya dia ditemani oleh sejumlah orang? Kenapa kali ini hanya seorang Levis?"Pria di sebelahnya menyipitkan mata, mencoba menganalisis situasi. "Mungkin dia lengah... atau mungkin ini jebakan," jawabnya dengan suara rendah, tetap waspada.Sementara itu, Levis yang berjalan sedikit

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Balasan Charlotte

    Kelvin yang baru tiba berdiri tidak jauh dari Daniel. Matanya langsung tertuju pada kamera yang kini hancur di lantai. Serpihan lensa berserakan, bodinya retak parah, dan jelas tidak bisa diperbaiki lagi.Wajah Kelvin menegang, napasnya tercekat. "Gawat! Kamera itu adalah kesayangannya," gumamnya pelan namun jelas. "Dia bahkan lebih suka menggunakan kamera itu daripada kamera studio. Sekarang sudah hancur… suasana hatinya pasti sangat buruk."Mendengar ucapan Kelvin, Daniel menoleh sekilas, ekspresinya masih santai. Sementara itu, sang manager masih terus membela Candy. Dengan suara tegas dan otoriter, dia kembali menekan Charlotte."Lolipop, cepat minta maaf! Kalau tidak, aku sebagai manager akan memindahkanmu ke tempat lain!" bentaknya dengan penuh keyakinan, berpikir Charlotte akan tunduk.Namun, Charlotte tidak gentar. Ia berdiri tegak, kedua tangannya mengepal erat, Dengan suara dingin dan menusuk, Charlotte berkata, "Seorang bintang yang merusak barang milik fotografer adalah k

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Pertengkaran Charlotte

    Charlotte berdiri tegak, wajahnya tanpa ekspresi takut sedikit pun. Ia melirik tajam ke arah Manager Lex yang masih terdiam, seolah tak bisa membalas kata-katanya."Hanya seorang manajer ingin memecatku? Apakah kau cukup layak? Aku telah menandatangani kontrak dengan studio ini. Bahkan walau atasan kita turun tangan, mereka tidak bisa memecatku begitu saja. Apalagi kamu," ucap Charlotte dengan nada penuh percaya diri.Mata Manager Lex melebar. Bibirnya sedikit terbuka, seakan ingin membalas, namun tak ada kata-kata yang keluar. Ia tahu Charlotte tidak sembarang bicara. Kontraknya memang kuat, dan jika ia dikeluarkan tanpa alasan yang sah, studio justru bisa menghadapi masalah hukum.Di sisi lain, Candy semakin geram. Matanya berkilat penuh amarah, tetapi Charlotte tak memberi kesempatan baginya untuk membalas."Hanya seorang bintang, sudah angkuh. Selama aku bekerja di bidang ini, aku sudah bertemu banyak selebriti, bahkan mereka jauh lebih terkenal darim

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Pilihan Charlotte

    Di sisi lain, Elvis berdiri di luar rumah, memperhatikan mobil mewah yang masih terparkir di tempatnya. Pandangannya tidak lepas dari kendaraan itu, seolah mencoba menembus kaca gelapnya untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi di dalam. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, sesuatu yang tidak bisa ia abaikan begitu saja."Apakah dia serius dengan Lolipop atau hanya untuk bersenang-senang?" gumamnya pelan, kedua alisnya bertaut. "Duda… Apa alasannya menjadi duda? Aneh sekali. Kenapa tatapannya tidak asing juga? Sebenarnya di mana aku pernah melihatnya?"Pikiran Elvis semakin berkecamuk. Pria itu bukan hanya sekadar orang asing baginya, ada sesuatu tentangnya yang terasa familiar. Tapi, kapan dan di mana ia pernah bertemu dengannya? Ia mencoba mengingat, tapi bayangan itu selalu mengabur sebelum ia bisa menangkapnya dengan jelas."Bagaimanapun, identitasku tidak boleh ada yang tahu. Andaikan suatu saat Lolipop menikah... demi melindunginya, rahasia ini

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Godaan Daniel

    "Itu hanya janji Nenek, bukan aku. Jadi tidak sah!" ujar Charlotte dengan nada tegas.Nanny menatapnya dengan sorot mata tajam, bibirnya menipis karena kesal. "Aku adalah nenekmu. Kenapa tidak sah? Lebih baik kau cepat menikah agar tidak menjadi beban dalam keluarga ini!" katanya dengan suara dingin, seakan tak peduli dengan perasaan Charlotte.Charlotte melirik tajam ke arah neneknya. "Tega sekali menganggapku sebagai beban," gumamnya lirih."Nenek, Paman, sebenarnya aku dan Charlotte bukan hanya sekadar saling mengenal begitu saja. Hubungan kami juga sudah jauh," ujar Daniel dengan nada tenang namun penuh keyakinan.Charlotte langsung membelalakkan mata, wajahnya berubah drastis dari keterkejutan menjadi panik. " Dia akan beritahu kejadian malam itu?!" batinnya berteriak. Tanpa berpikir panjang, ia segera menarik lengan Daniel dengan kuat dan berdiri dengan cepat."Cepat ikut aku!" serunya panik, tanpa menunggu jawaban dari Daniel.Daniel

  • Gadis Incaran Duda Menawan   Melamar

    "Tuan Wilson, kedatanganku adalah untuk mengantar hadiah untuk Anda dan Nenek," ucap Daniel dengan tenang, namun penuh wibawa. Ia memberi isyarat kecil kepada para anggotanya.Levis, tangan kanannya yang setia, segera melangkah masuk, diikuti oleh beberapa pria lainnya. Mereka membawa beberapa kotak besar yang diletakkan rapi di meja ruang tamu. Begitu tutupnya dibuka, kilauan emas serta tumpukan uang dalam ikatan rapi seketika memenuhi ruangan dengan aura kemewahan.Elvis, yang sejak tadi berdiri dengan santai, kini terperanjat. Matanya membulat melihat jumlah uang dan batang emas yang tak sedikit. Ia bahkan sempat mengusap matanya, memastikan bahwa ini bukan sekadar ilusi."Ini semua untuk apa?" tanyanya, suaranya dipenuhi rasa penasaran sekaligus waspada.Daniel, yang sejak tadi tetap menjaga senyumnya, melangkah lebih dekat. Dengan penuh percaya diri, ia berkata, "Hadiah dariku untuk melamar putrimu, Paman."Suasana mendadak sunyi. Hanya suara

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status