Share

Tugas Pelayan

Author: Suharni
last update Last Updated: 2023-12-08 18:33:50

Malam itu gemuruh hujan kembali menyapa belahan dunia lain. Petir yang selalu enggan alpa, menghantam tiang listrik di ujung kota. Sehingga menyebabkan kegelapan di seluruh pelosok. Tak terkecuali kastil Mark.

Namun, orang kaya sepertinya tentu saja menyiapkan persediaan khusus bila siatuasi seperti ini akan terjadi. Mark merupakan orang terkaya di kota tersebut. Tentu mudah baginya untuk mendapatkan apa yang tidak dimiliki rakyat jelata.

Bahkan jika mau, ia bisa saja membeli seluruh pemukiman warga. "Duduklah, kau akan tahu tugasmu apa saja," titah Mark kepada Maria yang saat ini berdiri meremas kesepuluh jemarinya.

Jemari lentik itu berkeringat sejak tadi. Takut bila Mark memintanya untuk menjadi budak ranjang. "Bacalah ini." Mark menyodorkan secarik kertas kepada Maria.

"Apa ini?" tanya gadis itu.

"Walau kau miskin, setidaknya kau tidak buta huruf." Lidah Mark memang terkesan tajam. Kata-katanya kerap melukai perasaan. Seluruh pelayan di kastil itu tahu karakter pria tersebut. Maka tak jarang mereka mendapat umpatan bila yang terjadi tidak sesuai dengan ekspektasi.

Maria berdesis kesal, mencibir pria berlesung pipi tersebut. Diambilnya kertas tadi, lalu dibaca dengan cermat.

"Ha? Kau ingin aku menemanimu tidur setiap malam? Apa kau sudah gila? Bukankah kau tidak suka gadis remaja? Lalu mengapa sekarang kau membuat peraturan seperti ini?!" Emosi Maria seketika meledak tatkala membaca salah satu poin tugasnya adalah menjadi partner tidur Mark.

Mendadak gadis itu melupakan rasa hormatnya. Ia tak lagi menyebut Mark dengan kata 'Anda' melainkan 'Kamu'.

"Apa aku memintamu untuk menjadi istriku?" Bukan Mark namanya bila tak memiliki jawaban.

"Aku lebih baik menjadi istrimu ketimbang harus menjadi budak tempat tidur?" jawab Maria dengan kesalnya.

Mark pun berdecak, "Sayangnya aku tidak bersedia untuk menjadikanmu sebagai istri!" sarkas pria tersebut. Sehingga membuat Maria semakin marah.

"Sebenarnya apa maksudmu? Bukankah kau telah membayarku mahal? Lalu mengapa kau tidak menikahiku sekalian agar uang yang kau keluarkan tidak menjadi sia-sia. Dengan menjadikanku sebagai partner tidur, bukankah tak akan membuat uangmu kembali?" balas Maria tak mau kalah.

"Lantas, apakah dengan menjadikanmu sebagai istriku akan mengembalikan uangku?" Kali ini Maria terdiam. Tak ada sepata katapun yang keluar dari bibir tipisnya.

Maria memutar otak, mencari jawaban yang sekiranya dapat membungkam mulut Mark. Sayangnya pria itu tidak dalam posisi salah. Dia justru memberinya tempat tinggal. Sialnya, posisi yang didapat bukanlah hal main-main. Melainkan menjadi teman tidur setiap waktu. Bukankah Maria terkesan seperti gadis murahan?

"Dengan kau menjadikanku istrimu, setidaknya aku tidak menganggap diriku sebagai gadis murahan. Aku akan lebih berani menatap dunia bila menjadi istri seseorang. Namun, hanya menjadi partner tidurmu, kau telah melukai harga diriku," lirih Maria setelah beberapa saat diam.

Gadis itu tertunduk lesu. Ada cairan bening di ujung netra coklatnya. "Bukankah sejak awal kau tidak mempunyai harga diri? Jika tidak, kau tidak akan berakhir bersama pria brengsek seperti Richard," balas Mark tetap pada pendiriannya.

Dalam hati Maria membenarkan ucapan Mark. Jika ia lebih berhati-hati sebelumnya, maka ia tidak akan berakhir di kastil tua itu.

Ia tidak akan mengenal sosok pria seperti Richard dan Mark. Hanya keluarga dan teman sebaya yang menemani hari-harinya.

"Baiklah, aku tidak butuh persetujuan darimu. Jadi, patuhi perintahku dan jangan membuatku marah. Atau kau akan menanggung akibatnya." Entah apa yang sedang direncanakan pria tersebut. Di satu sisi ia mengistimewakan Maria ketimbang para pelayan lainnya.

Namun, di sisi lain kedudukan gadis itu justru terkesan rendah. Kini air mata Maria tak terbendung lagi. Ia pun menangis tersedu-sedu di depan Mark.

"Aku tidak mau menjadi teman tidurmu. Tolong nikahi aku. Aku janji tidak akan menuntut apapun darimu. Jika kau hanya menjadikanku sebagai budak seks, lalu apa yang akan dikatakan orangtuaku nanti bila mengetahuinya? Mereka tidak akan mengakuiku lagi sebagai anak. Mereka akan membuangku." Maria memohon kepada Mark.

Sedangkan pria itu hanya berdecak tak perduli. Mark seolah tak memiliki nurani. "Bukankah kau harus menepati janjimu, bahwa kau tidak menyukai gadis belia sepertiku? Kau pun bukan pedofil, dan kau adalah pria normal. Aku mohon jangan jadikan aku teman tidurmu. Nikahi saja aku, aku mohon." Maria mengiba, memohon kebijakan dari Mark, pria yang disangkanya berbeda dari Richard.

"Berhenti mengeluh, aku benci wanita cengeng sepertimu!" tukas Mark, menghardik Maria.

"Aku mohon," lirih Maria, memelas belas kasih seorang Mark.

"Dengarkan aku baik-baik, aku tidak suka terikat pada dunia pernikahan. Aku tidak percaya pada hal-hal seperti itu. Dan satu lagi, aku sangat benci wanita rapuh sepertimu. Jadi, berhentilah merengek padaku, atau kau akan ku telanjangi sekarang juga!" sarkas Mark mulai meninggikan suara.

"Aku mohon." Lagi-lagi Maria memelas kepada Mark. Tak mau menyerah begitu saja. Setidaknya pria itu masih mempunyai hati.

"Mulai malam ini, tepatnya pukul sembilan kau harus ada di ranjangku. Jangan kemana-mana sebelum aku meminta!" Sayangnya, tak mudah mengubah pendirian Mark. Tekad pria tersebut telah bulat.

"Bukankah aku mempunyai kamar sendiri? Lalu untuk apa aku tidur bersamamu?" Maria tak habis pikir pada Mark yang begitu rumit.

"Aku membawamu kemari bukan untuk mencercaku dengan berbagai macam pertanyaan. Cukup layani aku sebagaimana kesepakatan kita. Atau aku akan melemparmu ke kandang singa Richard. Dengar, aku tidak pernah main-main dengan ucapanku!" Mark berdiri, menghardik gadis tersebut. Kali ini Maria bungkam. Hanya menuruti perkataannya.

Meski hati berkecamuk, Maria tidak mempunyai pilihan lain. Kini ia harus menjadi partner ranjang pria asing yang usianya jauh lebih tua darinya.

Maria yang baru berusia sembilan belas tahun. Sedangkan Mark berusia tiga puluh enam tahun. Perbedaan itu membuatnya merasa aneh sekaligus canggung.

Andai mereka saling mencintai, mungkin saja jarak usia tak akan menjadi penghalang. Faktanya adalah baik Maria maupun Mark, mereka sama-sama tidak saling mencintai.

Mark membutuhkan wanita tersebut hanya untuk memenuhi kebutuhan batinia. Sementara Maria terpaksa menerima tawaran Mark ketimbang harus menjadi budak Richard. Yang mana ia harus melayani pria berbeda setiap hari.

Tok! Tok!

Suara ketukan pintu menghentikan percakapan keduanya. "Masuk!" titah Mark.

"Tuan, makan malam sudah siap." Seorang pelayan wanita memberi informasi.

"Bawa kesini!" sahut pria itu.

Tugas awal Maria adalah menemani Mark makan malam. "Kau mau kemana?" Sayangnya Maria tak peka. Dikiranya Mark hendak makan seorang diri. Sedangkan ia harus makan malam bersama para pelayan lain di lantai bawah.

"Bukankah Anda harus makan malam? Aku akan membantu mereka menyiapkannya untukmu, Tuan, " jawab Maria.

"Aku menggaji mereka bukan untuk kau bantu. Biarkan mereka membawanya untukku. kau tunggulah di sini." Maria mengangguk, menuruti perintah Mark. Walau bagaimanapun juga lelaki berbaju biru navi itu adalah bosnya.

Sepuluh menit kemudian, menu makan malam pun tersaji. Ada dua piring yang tersedia. Sehingga membuat Maria bingung. Apakah pria itu hendak menyantap keduanya sekaligus? pikir gadis tersebut.

"Mengapa hanya berdiri saja? Duduklah. Ini adalah tugasmu yang pertama sebagai pelayanku," ungkap Mark sembari memotong stik miliknya.

Tanpa berkata lagi, Maria duduk berhadapan dengan Mark. Menemaninya makan malam, meski tak tahu bagaimana caranya memotong daging.

Related chapters

  • Gadis Dua Belas Digit   Partner Ranjang

    Melihat Maria yang tak pandai memotong stik, terpaksa Mark memberi potongan miliknya. "Ambillah, kau hanya akan menghambat tidurku," cetus pria itu."Terimakasih." Mark memang pria arogan sekaligus misterius. Namun, dibalik sifatnya itu rupanya masih tersimpan rasa simpatik.Dua anak manusia beda generasi itu makan dalam diam. Hanya suara deru hujan yang menemani mereka. Maria masih belum terbiasa dengan jenis makanan yang tersaji. Rasanya memang sungguh nikmat, tetapi tidak mengenyangkan.Dahulu kedua orang tuanya menyiapkan roti serta daging ayam sebagai menu makan malam mereka. Keluarga kecil nan sederhana itu menghabiskan makanan sesuka hati. Berbeda dengan Mark yang makan dalam porsi sedikit.Seperti kebanyakan orang kaya, usai makan malam mereka langsung menikmati wisky sebagai hidangan penutup. Tak lupa pula buah-buahan melengkapi.Mark menekan tombol di sebelah kiri meja. Lima menit kemudian datanglah seorang pelayan dengan sepiring stik dan juga kentang goreng. Tak lupa pula

    Last Updated : 2023-12-08
  • Gadis Dua Belas Digit   Hanya Sekedar Tidur

    “Tuan.” Maria mengenakan lingeri hitam pekat pemberian Mark. Berdiri di ambang pintu kamar pria tersebut. Mark menoleh, memperhatikan penampilan Maria yang cukup memukau. Namun sayangnya, pria itu sama sekali tidak tertarik.“Masuklah,” titahnya.Mark mengakhiri panggilan telpon. Lantas duduk di kursi minimalis seraya menuang wisky. Seperti biasa, bila menjelang tidur ia kerap meneguk segelas minuman keras untuk memancing rasa kantuk.Sialnya, cara itu tak pernah berhasil walau ia menghabiskan berbotol-botol minuman keras. Penyakit insomnia yang dideritanya selama bertahun-tahun kerap menghalang memasuki alam mimpi.Maria duduk di sisi Mark, sedangkan pria tersebut masih meneguk wisky. Ada rasa canggung sekaligus takut dalam benak Remaja berusia sembilan tahun tersebut. Berpikir jauh bila Mark hendak mengajaknya bercinta.“Apa kau pernah masuk ke perguruan tinggi?” Pertanyaan ini memeceh keheningan, hingga Maria merasa sedikit lega.“Tidak pernah,” sahut gadis itu.“Mengapa?”Maria te

    Last Updated : 2023-12-29
  • Gadis Dua Belas Digit   Richard Si Pria Brengsek

    Masih terlalu pagi, tetapi Mark harus melaksanakan perjalanan bisnis. Namun, hal itu tidak diketahui oleh Maria. Mark tidak berencana untuk memberitahu gadis tersebut. Baginya Maria hanyalah sebatas partner tidur. Tentu saja Mark mempunyai alasan mengapa dari sekian banyak Wanita yang mengejarnya, justru ia menjatuhkan pilihan terhadap Maria.Awalnya Mark tidak yakin pada perasaan aneh itu. Namun, setelah melalui malam yang begitu panjang, ternyata penyakit menyebalkan itu justru dapat diajak bekerjasama. Sungguh pertemuan yang Ajaib.Hanya dua malam, cukup bagi Mark untuk menyimpulkan, bahwa Maria sanggup menyembuhkan dirinya. Tak ada sentuhan, tak ada ciuman, yang ada hanyalah elusan hangat dari jemari darah berusia sembilan belas tahun tersebut.“Apa ini? Mengapa banyak uang disini? Apakah pria itu sengaja pamer padaku?” bisik Maria dengan penuh keheranan.Pasalnya, jumlah uang yang tersusun rapi di atas tempat tidur tak main-main. Nyaris mendekati angka Sembilan digit.“Nona Mari

    Last Updated : 2023-12-30
  • Gadis Dua Belas Digit   Insomnia Tanpa Maria

    "Aakk... sial! Mengapa aku tidak bisa tidur?" Mark berteriak frustasi saat mata birunya tak dapat terpejam. Sedangkan waktu telah menunjukkan pukul sepuluh malam, saatnya istirahat setelah makan malam bersama Edward, klien dari Jerman.Namun, netra itu masih tak mau diajak bekerjasama. Beberapa kali Mark memaksa diri untuk masuk ke alam mimpi. Akan tetapi, lagi-lagi ia kesulitan. Sudah beberapa botol wisky diminumnya sebagai umpan. Namun, hasilnya tetap saja nihil.Mark hendak meneguk segelas minuman keras lagi, tetapi diurungkan. Sebab, ia merasa dada sebelah kiri terasa sesak.Mark menyadari, bahwa mengkonsumsi terlalu banyak minuman beralkohol tentu saja lambat laun akan merusak kesehatan. Ibarat benalu tersembunyi yang pelan-pelan menghancur seluruh organ tubuh.Sesekali Mark berdiri, lantas duduk kembali. Terkadang ia memutar musik agar rasa kantuk itu datang menyapa. Namun, hingga pukul dua belas malam Mark masih juga terjaga.Terlihat Mark memeriksa ponselnya, memastikan kondis

    Last Updated : 2023-12-31
  • Gadis Dua Belas Digit   Anak Remaja Tersembunyi

    Di sebuah hotel berbintang, seorang wanita berusia tiga puluh tahun mengusap pipi pria yang tidur dengannya.Sepanjang malam menghabiskan waktu bersama, memadu kasih bagai orang yang haus akan nafsu. Bergulat bagai dua ekor burung darah, menikmati syahdunya aroma tubuh bersama.Adalah Casandra dan Antonio, sepasang anak manusia yang tidak terikat hubungan apapun, tetapi cukup berani bersetubuh.Malam itu Casandra mabuk berat, hingga menemui Antonio yang diketahui sejak lama mengejar dirinya.Ya, pria itu telah lama mendambakan Casandra, tetapi kala itu masih ada Mark sebagai kekasih wanita tersebut.Kini ia memiliki kesempatan untuk memenangkan hati Casandra setelah tahu wanita itu telah berpisah dari Mark."Morning," ucap Antonio dengan suara serak, khas baru bangun tidur. Sembari memeluk erat Casandra, pria itu menghirup dalam-dalam aroma tubuh wanita tersebut."Bagaimana aku bisa berakhir sampai di sini? Apa semalam kau menjemputku di bar?" Rupanya Casandra tidak menyadari peristiw

    Last Updated : 2024-01-01
  • Gadis Dua Belas Digit   Rayuan Casandra

    Luka lama yang mulai mengering seolah menganga kembali. Kehadiran Casandra membawa Mark dalam situasi yang rumit. Dimana perasaan yang telah ia kubur dalam-dalam perlahan muncul ke permukaan.Getaran yang telah lama tak dirasa, kini menggelora di dalam sana. Menghantam benak pria berusia tiga puluh enam tahun tersebut. Cinta pertamanya telah kembali dan duduk di kursi kebesaran sembari menebar pesona senyuman."Sayang." Casandra beranjak, memeluk Mark sembari mencium pipi pria tersebut. Mark pun terpaku. Ia tidak menduga bila hari itu harus dikejutkan dengan kehadiran Casandra, wanita dari masa lalu yang sukses memporak-porandakan jiwa serta kesehatan mentalnya.Sementara Maria yang juga ada di sana, seketika menunduk malu menyaksikan adegan dua orang di depannya itu."Apa kau merindukanku?" imbuh Casandra, membisik Mark seraya menebar senyuman lagi dan lagi.Casandra sangat tahu titik kelemahan Mark. Maka ia pun rela melakukan apa saja demi memenangkan kembali hatinya."Lepaskan aku!

    Last Updated : 2024-01-02
  • Gadis Dua Belas Digit   Pinggang Ramping Bantal Guling

    "Apa?" Begitu terkejutnya Leo saat tahu Casandra telah kembali. Mengusik hidup sahabat sekaligus majikannya itu.Lima tahun telah berlalu, di mata Leo, Mark telah berhasil menata hati. Meski tak jarang ia kerap mengingat momen menyakitnya itu. Ditambah lagi setelah kejadian mengerikan tersebut, Mark harus menderita lahir batin.Kini Mark telah bangkit, pelan-pelan melupakan Casandra, wanita yang sengaja menyakitinya. Terlebih ada Maria, gadis dua belas digit penawar insomnia yang diderita."Lalu, apa yang akan kau lakukan selanjutnya? Apa kau akan kembali pada wanita itu?" tanya Leo kemudian."Entahlah, aku tidak tahu," balas Mark dengan tatapan kosong."Aku tidak ingin turut campur dalam urusan pribadimu. Namun, sebagai sahabat aku ingin memberimu nasehat. Jangan salah mengambil keputusan. Aku tahu kau lebih paham dariku. Sebagaimana kau ketahui, bahwa aku tidak mempunyai kisah cinta sepertimu." Kini Leo mengajak Mark bicara dari hati ke hati selayaknya sahabat, bukan antara Bos dan

    Last Updated : 2024-01-03
  • Gadis Dua Belas Digit   Pelukan Yang Membuat Betah

    "Beritahu seluruh Investor untuk segera datang ke ruang rapat sekarang juga. Termasuk Tuan Wilyam!" Begitu sampai di Jerman, tepatnya pukul sembilan malam. Mark mengadakan rapat dadakan bersama seluruh Investor. Padahal dia baru saja tiba dari Praha lima menit lalu.Pun Maria, gadis itu juga ada di sana. Maria benar-benar lelah setelah melakukan perjalanan panjang. Bahkan ia mengalami jat lag usai turun dari pesawat. Namun, tak ada yang bisa dilakukannya. Ia hanya mengikuti kemana langkah kaki Mark mengarah."Tuan, mereka sudah datang." Sepuluh menit kemudian, para Investor itu pun datang, meski waktu telah menuju tengah malam.Mark tidak peduli pada seluruh kondisi Investor. Dia hanya ingin memberi peringatan sekaligus pelajaran pada mereka yang telah berani berkhianat padanya."Bagaimana dengan Tuan Wilyam? Apakah dia juga ada?" tanya Mark sebelum meninggalkan kamar hotel."Dia menolak untuk hadir," jawab Leo."Baiklah, tidak masalah. Besok pagi aku akan membuat perhitungan denganny

    Last Updated : 2024-01-04

Latest chapter

  • Gadis Dua Belas Digit   Akhir Dari Segalanya (Tamat)

    Hari yang ku nantikan akhirnya datang juga. "Selamat siang, Tuan Mark. Apa benar kau yang memanggilku?" Akhirnya wanita licik itu masuk dalam perangkapku. Dia datang seorang diri. "Silahkan duduk, Nona Monika. Aku memang ingin bertemu denganmu." Ya, wanita itu adalah Monika. Wanita yang selama tiga bulan terakhir ku curigai kehadirannya. Setiap kali melangkah, wanita itu pasti ada dimana-mana. Bukankah ini sesuatu yang mencurigakan? Bahkan pertemuan kami pun seolah direncanakan dengan matang. "Ada apa, Tuan Mark? Apa kau merindukanku?" Kali ini Monika tak segan menunjukkan jati dirinya. Dia membelai pundak serta dahiku. Seakan hendak menggoda. Faktanya adalah aku tidak tertarik sama sekali. "Tentu saja aku merindukanmu. Kalau tidak, untuk apa aku capek-capek memintamu datang?" Aku sungguh muak terhadap diriku sendiri. Menyentuh paha wanita selain Maria, membuatku jijik dan ingin muntah. "Benarkah? Kalau begitu tunggu apa lagi? Silahkan jamah aku." Aku sudah duga, Monika past

  • Gadis Dua Belas Digit   Dan Ternyata

    Tiga bulan sudah istriku menjalani tahap pemulihan. Dan hari ini akhirnya kami diizinkan kembali ke rumah.Senang rasanya bisa melangkah bersama seperti ini. Menghirup udara serta aroma khas rumah yang telah lama dirindukan.Sewaktu berada di rumah sakit, Maria kerap menanyakan rumah ini. Maklum saja, dua tahun koma tentu membuatnya melupakan banyak hal. Selalu yang diingat hanyalah peristiwa enam tahun silam.Tapi tidak masalah, yang terpenting adalah dia telah kembali padaku. Sisanya biar takdir yang urus.Aku tidak ingin hal lain mengusik ketenangan kami. Sudah cukup aku melihat air mata di pipi Maria. Sekarang waktunya dia bahagia."Sayang, berapa lama aku koma? Mengapa semuanya tampak sama? Bukankah kau bilang, bahwa aku koma selama dua tahun? Tapi kau dan aku masih terlihat sama."Entah apa maksud dari pertanyaan ini. Maria duduk di depan cermin rias miliknya. Sedangkan aku meletakkan tas milik istriku itu."Apa menurutmu ada yang berbeda dari rumah ini? Atau cermin itu yang ber

  • Gadis Dua Belas Digit   Wanita Itu Datang Lagi

    Aku masih menunggu hasil pemeriksaan Maria. Tiba-tiba sosok wanita asing datang menghampiriku."Tuan Mark? Ah, benar itu Anda. Tadinya aku ragu untuk menyapa, takut salah orang. Tapi rupanya benar-benar Anda," ucap wanita yang nyaris membuatku lupa siapa dia."Ah ya, Nona...""Monika."Bahkan aku melupakan namanya saking tidak pentingnya dia. Entah wanita ini datang dari sudut mana, tiba-tiba berdiri di depanku dengan senyuman yang menurutku mencari perhatian."Ah, benar. Monika," gumamku acuh.Tuhan, Kau bisa tahu betapa aku tidak menyukai interaksi ini. Aku sungguh canggung dan merasa aneh."Mark, dia..."Leo menghampiri kami dengan tatapan penuh tanyanya."Bukan siapa-siapa. Hanya seseorang yang tak sengaja bertemu. Aku nyaris menabraknya sewaktu menjemput Leo tadi siang. Entah mengapa kami selalu bertemu dimana-mana," jelasku bernada sedikit kesal.Entah mengapa, semenjak Maria siuman. Aku lebih sensitif terhadap wanita lain... Maksduku adalah aku tidak suka ada perempuan lain di

  • Gadis Dua Belas Digit   Jangan Menikah Lagi

    Mark Pov.Setelah sekian lama menyaksikan istriku terbaring koma tak berdaya di rumah sakit yang ku bangun sendiri, kini akhirnya ia kembali pulih.Mungkin Tuhan telah bosan mendengar doa serta keluhanku. Atau mungkin Maria sakit hati setelah aku mengancamnya menikah lagi.Sungguh, aku tersenyum gemas ketika mengingat hari itu. Andai bukan di rumah sakit. Andai kondisinya telah membaik seperti dulu. Maka aku akan menciumnya secara bertubi-tubi. Lalu mengajaknya bercinta sepanjang hari.Maria, istriku itu sangat suka menggoda ketika usianya beranjak lebih dewasa. Bukan tanpa usaha, dia semakin bijaksana dan berwibawa.Sampai detik ini, aku masih belum percaya, bahwa Tuhan akhirnya mengabulkan segala hajat yang ku panjatkan.Pun Joe, Putra kami satu-satunya. Anak itu tak pernah berhenti mendoakan Ibunya yang sekarat. Walau sempat kecewa serta nyaris putus asa karena Maria tak kunjung sadar juga. Akan tetapi, Joe berhasil melalui itu semua.Harus aku akui, Anak itu sungguh luar biasa ber

  • Gadis Dua Belas Digit   Habis Gelap, Terbitlah Terang

    Hari itu Mark dan Joe tengah merayakan ulang tahun Maria yang ketiga puluh satu. Walau wanita itu masih setia dengan tidur panjangnya.Selang infus dan oksigen menjadi saksi bisu mereka merayakan hari kelahiran Ibu satu Anak tersebut. Seolah hendak mengatakan kepada dunia, bahwa meski dalam situasi dan kondisi apapun, mereka tetap setia menanti kehadiran Maria di tengah-tengahnya.Walau entah kapan waktu itu akan segera datang. Yang pasti baik Mark maupun Joe, keduanya kompak tidak ingin putus asa."Happy birthday to you... Happy birthday too you... Happy birthday to you... Happy birthday... Happy birthday to you..."Mark dan Joe menyanyikan lagu selamat ulang tahun kepada Maria."Maaf, aku terlambat... Belum dimulaikan acara tiup lilinnya? Maaf, tadi aku mampir di butik teman untuk membeli gaun ini sebagai hadiah. Nanti kalau Mommy dari cucuku yang tampan ini sembuh, bisa langsung dikenakan."Sementara Mely datang terlambat, karena masih harus mencari hadiah ulang tahun untuk menantu

  • Gadis Dua Belas Digit   Munculnya Wanita Lain

    Entah dengan jurus doa apa lagi harus Mark dan Joe panjatkan kepada Tuhan agar Maria segera sadar dari komanya.Telah berbagai macam cara dilakukan. Akan tetapi, hasilnya masih tetap sama. Sampai akhirnya memasuki tahun kedua."Mark, apa kau tidak berencana untuk menikah lagi? Maaf sebelumnya, bukan aku tidak menghormati istrimu. Akan tetapi, bila melihat situasi dan kondisinya saat ini. Sangat sulit untuk selamat. Sebaiknya kau mengambil keputusan cepat. Apa kau tidak memikirkan Putramu? Dia juga menginginkan sosok Ibu," ucap Wilyam."Terimakasih atas nasehatmu, Bro. Aku tahu kau peduli padaku, tapi maaf. Aku tidak bisa. Berbicara mengenai Putraku, tentu saja aku memikirkan masa depannya. Namun, bukankah sangat egois bila aku meminta restunya untuk menikah lagi demi memberi Ibu baru? Sementara Ibu kandungnya masih terbaring tak berdaya di rumah sakit... Maaf, aku tidak bisa," jawab Mark, menolak tegas usulan Wilyam."Baiklah, aku tidak keberatan. Aku hanya ingin menyampaikan gagasank

  • Gadis Dua Belas Digit   Luapan Hati Joe

    Waktu terus berputar. Akhirnya hubungan antara Mark dan Ibunya kembali membaik. Keduanya telah berdamai dengan keadaan yang selama bertahun-tahun mencekik mereka.Pun Joe, Bocah itu sangat bahagia sekaligus antusias menyambut hubungan barunya bersama Sang Nenek.Namun sayangnya, kebahagiaan itu tak dapat disaksikan oleh Maria yang belum juga sadar dari komanya.Sudah berbagai macam cara telah Mark lakukan demi kesembuhan wanita itu. Bahkan Mark rela membawa Dokter terkenal asal Amerika, Singapoor, Jerman, Turkey, dan Rusia. Akan tetapi, hasilnya masih tetap sama. Maria seolah enggan untuk bangkit kembali.Tampaknya luka yang disebabkan oleh Casandra sangat parah sehingga menyebabkan Maria mengalami koma berkepanjangan.Luka benturan pada bagian kepawa wanita itu menjadi penyebab utama ia masih belum sadarkan diri hingga satu tahun terakhir.Berbagai macam cara dan doa dipanjatkan oleh Mark demi kesembuhan Sang istri tercinta. Namun, lagi-lagi tak ada perubahan sama sekali. Bahkan jema

  • Gadis Dua Belas Digit   Lembaran Baru

    Hari berganti hari, minggu berganti minggu, hingga bulan berganti bulan. Akhirnya Mely memberanikan diri untuk menemui Maria di rumah sakit. Walau wanita itu masih setia dengan koma panjangnya.Selama ini Mely hanya bisa menatap dari kejauhan tiga orang kesayangannya itu sembari mengenakan kacamata hitam agar tidak dikenali orang-orang.Melalui tembok kokoh, Mely berdiri rapuh menatap jauh cucu tercinta sembari merasa iba. Tak ada yang bisa dilakukan oleh wanita tua itu. Sebab, Mark tidak mengizinkan dirinya untuk mendekati Joe, pun Maria.Mely yang sangat hafal betul karakter Putranya itu, hanya bisa pasrah menerima kenyataan, bahwa ia telah terbuang dari anggota keluarga Mark.Sejujurnya Mark tidak sepenuhnya membenci Maly. Hanya saja Mark ingin melihat ketulusan yang luas dari hati wanita yang telah melahirkannya itu."Maria, hari ini dengan segenap rasa hormat dan penyesalan yang mendalam. Saya meminta maaf padamu, Nak. Karena aku lah kau berakhir seperti ini. Aku terlalu mencinta

  • Gadis Dua Belas Digit   Karma Dibalas Tunai

    Hidup itu tidak seindah berada dalam negeri dongeng, yang ketika sedang mendambakan sesuatu. Maka tinggal minta kepada Ibu peri.Hidup itu tidak sesimple pemikiran membalikkan telapak tangan. Hidup itu tidak semudah memetik bunga di taman.Melainkan hidup itu butuh perjuangan yang besar. Jika ingin hasil maksimal, maka lakukan yang terbaik dalam hidup ini.Tuhan telah memberi berkah-Nya kepada setiap manusia. Akan tetapi, bila seluruh pintu syukur ditutup, maka dunia dan seisinya tak akan membuat kita kenyang.Jangan pernah memandang kenikmatan orang lain hanya untuk membandingkan dengan diri sendiri, agar hati tetap damai dan tak ada kesukaran.Rejeki tidak selalu tentang materi. Melainkan persahabatan, keluarga, serta pendidikan adalah nikmat tiada tara.Akan tetapi, tidak segelintir orang yang berpikir sebaliknya. Masih banyak penghuni bumi ini yang tak pandai bersukur dan lebih memilih mengejar ambisi. Padahal yang diberi sudah lebih dari cukup.Seperti yang telah dialami oleh Cas

DMCA.com Protection Status