Share

Bab 81

Author: Shine The Angel
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Pagi hari yang cerah.

Tringgg. Bunyi alarm berdering dengan keras.

Ardella membuka matanya mematikan alarm, jam menunjukkan pukul 6.00 wib pagi.

"Hoamm." Menguap dan meregangkan otot-ototnya, dimulai mengambil handuknya dan bergegas mandi.

"Hari ini kan aku sedang cuti." Ucapnya saat mengingat bahwa Aoran memberikannya cuti seminggu.

Ardella kembali meletakkan handuknya keatas gantungan, dia kembali berjalan menuju tempat tidurnya.

Ardella merebahkah tubuhnya ke atas kasur, dia ingin menikmati masa-masa cutinya.

"Hari ini aku ingin bermalas-malasan." Ucapnya pada dirinya, sambil bergolek kesana-kesini.

Satu jam kemudian.

Diluar tampak suara sedang mencari keberadaan Ardella.

Robin tidak melihat Ardella dimeja makan, diliriknya jam tangannya. Pikirnya sudah waktunya untuk sarapan sebelum berangkat kerja.

"Apa Ardella sudah berangkat." Gumamnya. Robin merasa tidak biasanya Ardella lupa sarapan, karena itu dia mencari Ardella hingga ke kamarnya.

"Ardella." Panggil Robin dari luar.

Arde
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Gadis Desa Milik CEO Arogan   Bab 82

    Hari-hari cuti.Masih menikmati hari cuti, kegiatan Ardella masih tetap sama.Saat cuti kegiatan Ardella yang paling berat adalah menjaga Edward dan Erwin, kedua keponakannya ini sekarang lebih aktif, ditambah lagi mereka tidak mau jauh dari jangkauan Ardella. Kemanapun Ardella ingin pergi harus membawa Edward dan Erwin.Ardella yang sedang ingin pergi ke salon mengajak mbak Dila bersamanya, dia tidak bisa menjaga Edward dan Erwin sendirian."Non, kita mau kemana." Tanya mbak Dila saat sedang berada di taxi."Kesalon mbak. Aku mau potong rambut." Sautnya."Non, lebih cantik panjang rambut, sayang kalau dipotong." Ucapnya memberikan pendapat."Cuman merapikan rambut aja, gk dipotong sampe pendek kok." Kata merapikan Ardella memang hanya berencana memotong bagian ujung yang terlihat rusak."Tante beli mainan." Ucap Erwin."Ok, nanti kita beli mainan." Sautnya melihat ke arah Erwin.Setelah dari salon, rambut Ardella tidak ada perubahan, hanya saja bagian ujungnya yang rusak telah dipoto

  • Gadis Desa Milik CEO Arogan   Bab 83

    Brukk.Ardella terjatuh ketika hendak mencari lilin. "Sepertinya aku menabrak orang" Pikir Ardella terkejut.Ruangan penuh dengan kegelapan, Ardella menjadi gelap. "Siapa disana?" Tanyanya dengan suara getar.Teng,,, tengg."Happy birthday to you." Nyanyian selamat ulang tahun, terdengar serentak, ditambah dengan bunyi peluit.Lampu kembali menyala, Ardella melihat hiasan ulang tahun di ruang tengah, semua tampak berkumpul, ekspresi mereka mengejutkankan Ardella, mereka semua tampak konyol dengan topi kerucut di kepala, ditambah ada gundulan bola pingpong di wajah, seperti badut di taman bermain."Hah lucunya", dengan kejutan seperti itu rasanya Ardella tidak sanggup marah karena manakutinya, dan orang ditabrak tidak lain adalah Robin. Sama dengan yang lain dia tampak lebih konyol.Tangan Robin yang masih memegang peluit, dipindahkan ke sebelah tangan kiri, kemudian tangan kanannya diulurkan ke arah Ardella yang masih duduk di lantai. "Huh, kalian menakutiku." Ucap Ardella memukul k

  • Gadis Desa Milik CEO Arogan   Bab 84

    Aoran membawa Ardella ke sebuah butik. Dibutik terlihat beberapa baju yang telah jadi dipajang, Ardella melihat dan menyentuh baju yang ada hadapanya. Kainnya halus, gaun itu sesuai dengan warna kesukaannya yaitu warna pink.Dengan perintah dari Aoran dia menyuruh karyawan butik untuk mencari baju yang cocok bagi Ardella. Dia yang masih kesal tidak bicara dengan Ardella, dia beranjak dan menunggu di sofa yang tersedia di butik.Mencoba beberapa pakaian, kemudian dengan memasang wajah datar menunjukkan kepada Aoran. Aoran dengan hanya satu kata bahwa dia tidak suka dengan gaun nya. "Aku tidak suka, coba yang lain. " Komentar dengan nada rendah.Berbagai gaun telah dicoba oleh Ardella, namun masih saja tidak cocok dengan Ardella. Apakah baju yang salah di mata Aoran, atau dirinya yang jelek dimata Aoran. Setidaknya itu adalah pikiran Ardella.Mengerutkan dahinya, dia menghentakkan kaki, kembali masuk kedalam ruang ganti. Baju terakhir yang ingin Ardella coba, kalau masih ada penolakan d

  • Gadis Desa Milik CEO Arogan   Bab 85

    Air wine yang ada di gelas wanita itu tersiram ke wajah Ardella.Bagi wanita itu, Ardella tidak terlihat seperti gadis kelas atas, tingkah Ardella ketika meminta maaf menunjukkan ada rasa takut, ditambah dengan tubuhnya yang gemetar ketika wanita itu menyerangnya.Dengan percaya diri wanita itu ingin menindas Ardella lebih kejam.Dengan mengangkat tangannya wanita itu hendak menampar Ardella. Isss, tidak semudah itu dia menindas Ardella. Tangannya tiba-tiba ditahan oleh Aoran.Ketika mendengar suara Ardella, Aoran sudah beranjak mendekati Ardella, dia ingin tahu siapa yang berani mengganggu Ardella, hampir saja wanita itu menyentuh wajah Ardella, jika sampai terjadi, kemungkinan tangan wanita itu akan terpisah dari tubuhnya. Aoran dengan gesit menghempaskan wanita itu. "Berani menyentuh wanita ku." Ucapnya dengan tatapan mematikan.Nyali yang tadi membara tiba-tiba menciut. Ketika melihat ke arah mata Aoran, ada sesuatu yang sangat menyeramkan. "Maafkan saya tuan Fritsch." Saut wan

  • Gadis Desa Milik CEO Arogan   Bab 86

    Jika diperhatikan lebih dekat, ke empat laki-laki itu berbentuk tubuh besar, berotot dan perawakannya sangat tegas, ekspresi serius terpanjar di wajah keempat laki-laki itu. Mereka mengenakan baju berjaket hitam, di dalam kaos mereka bertuliskan sesuatu. Sebuah mobil dengan sirine di atas mobil terparkir didepan rumah. Sepertinya terlihat polisi, bukan terlihat, tapi memang benar seorang polisi.Raka dan Robin dibawa dengan borgol, Ardella yang masih bingung dengan situasi, pertanyaan-pertanyaan yang Ardella lontarkan pada polisi yang membawa Robin dan kakaknya tidak ada jawaban.Keempat laki-laki itu membawa Raka dan Robin kearah mobil yang terparkir. Mobil itu berbunyi. Mobil melaju membawa Raka dan Robin ke kantor polisi."Kakak ipar, kenapa kak Raka dan Robin dibawa oleh polisi?" Tanya Ardella melihat kakak iparnya menangis."Tidak tahu dek, sebaiknya kita menyusul ke kantor polisi." Ucapnya segera mengambil tasnya.Ardella dan Lisa mengikuti mobil polisi dari belakang, mereka me

  • Gadis Desa Milik CEO Arogan   Bab 87

    "Kakak." Panggil Ardella mendekat.Melihat Ardella dan Lisa datang. Robin dan Raka berhenti bicara."Mas, apa yang harus kita lakukan sekarang." Ucap Lisa memegang tangan Raka, ada pembatas jeruji besi diantara mereka, Lisa menunjukkan wajah cemas, tangannya bergetar dan terasa dingin."Kalian jangan cemas, aku akan menyewa pengacara terbaik untuk mengatasi masalah ini." Ucapnya berusaha menenangkan Lisa.Raka juga melihat Ardella tengah berdiri, sama seperti Lisa, Ardella juga terlihat jelas kesedihan di matanya."Dek, jangan khawatir, kakak pasti bisa keluar dari sini." Dengan lembut, Raka melempar senyum, menunjukkan bahwa ini bukanlah masalah besar. Meski dihati Raka sangat khawatir, disembunyikannya dalam senyumnya agar adiknya Ardella dan istrinya Lisa tidak bersedih."Iya kak. Aku akan berusaha membantu kak Rakaa dan Robin secepatnya keluar dari sini." Terlihat wajah Ardella bertekad, dia juga melihat kearah Robin yang dari tadi berdiam di pojok sel. Menatap Robin dengan dala

  • Gadis Desa Milik CEO Arogan   Bab 88

    Malam hari.Dikediaman Aoran.Sekitar jam 9.00 wib, Aoran berada di ruang kerjanya.Menyeritkan wajah, Aoran sedang sibuk membaca dokumen yang berada di atas mejanya, sesekali dia mengetik di layar laptopnya, matanya fokus tak bergeming. Dengan pelan Anasya beranjak masuk, perlahan mendekati kakaknya yang sedang fokus. Menarik nafas, Anasya berusaha membuka pembicaraan."Ehem. Kakak." Panggilnya lembut.Aoran menoleh dan melihat Anasya berdiri. Terlihat Anasya gugup, jarinya dipetik satu persatu. Anasya selama ini memang bersifat manja terhadap Aoran. Tapi dalam hal urusan kerja, Anasya tidak pernah diperbolehkan untuk ikut campur."Iyah." Sekali menoleh Aoran kembali fokus mengetik."Aku dengar bahwa salah satu proyek kak Aoran mengalami masalah." Ucapnya pelan, berhati-hati berbicara."Mmm." Sautnya tanpa berekspresi. Aoran melanjutkan pekerjaanya."Kak bolehkah aku mengatakan sesuatu." Ucap Anasya lebih mendekat. Dia berusaha terlihat tenang. "Sebenarnya, Orang yang kakak tuntut i

  • Gadis Desa Milik CEO Arogan   Bab 89

    Seminggu telah berlalu.Raka dan Robin masih di dalam penjara.Pagi hari."Kakak ipar." Panggil Ardella melihat kakak iparnya masih mengenakan baju rumahan. "Kakak tidak mengajar." Tanyanya kembali.Lisa dalam keadaan menyajikan makanan untuk sarapan. "Mulai hari ini kakak tidak mengajar lagi dek." Sautnya senyum."Tapi kenapa kak." Bingung dengan ucapan Lisa."Kakak dipecat." Ucapnya singkat."Dipecat, tapi kenapa bisa tiba-tiba." Terkejut."Jangan cemas dek, nanti kakak masih bisa cari sekolah lain untuk mengajar kembali." Berusaha tegar, dan memberikan senyuman, bahwa ini bukanlah masalah besar.Ardella menghela nafas dengan dalam. Ketika kakaknya masih dipenjara, dan sekarang kakak iparnya berhenti bekerja. Apa yang akan terjadi setelah ini. Ardella juga tidak punya pilihan lain, rencananya pagi ini Ardella akan menemui Aoran. Dia tidak akan menunda lagi untuk bicara dengan Aoran.***Dalam seminggu ini, banyak sekali perubahan. Dan Ardella merasakan perubahan dari Aoran. Meski du

Latest chapter

  • Gadis Desa Milik CEO Arogan   Bab 101

    "Aoran."Aoran menyebutkan namanya sendiri. Mendengar Ardella memanggil namanya dengan langsung, Aoran sangat tidak suka.Ardella yang tengah terlentang di sofa dibawah tubuh Aoran yang kekar meronta-ronta, dia berusaha untuk terlepas dari genggaman Aoran.Ardella meronta hingga memukul dada bidang Aoran, tetap saja pukulan Ardella tidak membuat Aoran melepaskan dirinya. Semakin Ardella melawan semakin membuat Aoran bertambah agresif. Secepat kilat Aoran menggerakan mulutnya ke bibir Ardella.Dikejutkan dengan serangan Aoran, mata Ardella terbelalak lebar, mulutnya terbungkam oleh lidah Aoran. "Mum." Masih dalam keadaan berontak, Ardella mendorong Aoran.Aoran sama sekali tidak peduli dengan perlawanan Ardella, ciuman di bibir Aoran terasa kasar di mulut Ardella."Auh!" Seru Aoran menyentuh bibirnya. Ardella menggigit Aoran. Dengan tatapan acuh, Aoran kembali menyerang Ardella.Tidak hanya sampai disitu, satu persatu Aoran membuka kancing baju Ardella."Aoran! kau gila. Aku akan mel

  • Gadis Desa Milik CEO Arogan   Bab 100

    Di tengah perjalanan menuju pulang. Aoran menyetir dengan cepat. Sepanjang jalan Aoran hanya memikirkan Ardella yang dibencinya.Ckitt.Tiba dirumah Aoran langsung melangkah masuk kedalam rumah."Kak Aoran." Panggil Anasya dari bawah tangga. Kebetulan Anasya yang belum tidur melihat Aoran melangkah dengan terburu-buru naik keatas lantai dua.Mendengar panggilan Anasya Aoran berbalik. "Kenapa belum tidur jam segini?" Aoran melirik jam tangannya."Aku terbangun karena haus kak." Anasya mendekat kearah Aoran. "Kak Aoran bau alkohol." Mencium bau alkohol, Anasya menutup hidungnya."Kembali lah tidur, kakak ingin istirahat juga," ucap Aoran tanpa melanjutkan pembicaraan lagi."Iya kak,” saut Anasya dengan lembut.Aoran masih dalam suasana hati marah, dia melemparkan dirinya ke atas tempat tidur. Dengan posisi tengkurap Aoran terbaring diatas kasur. "Ardella aku lelah, aku ingin berhenti. " Sangat melelahkan untuk membenci orang yang kita pernah cintai, seandainya bisa memilih Aoran lebih

  • Gadis Desa Milik CEO Arogan   Bab 99

    Dengan memainkan gelas yang berisikan wine, Aoran melirik Ardella yang berdiri di depannya."Aku merasa bosan, berikan aku hiburan." Ucapnya meneguk minumannya."Hiburan. Siapa kamu yang mewajibkan aku menghiburmu. Sungguh menyebalkan. " Kata Ardella dalam hati."Maaf tuan, saya tidak bisa menghibur anda." Suara Ardella sungguh ramah dan manis didengar. "Kalau mau dihibur cari saja wanita seksi yang bisa menghiburmu." Gumamnya menyeret suaranya.Meski mendengar ucapan Ardella, tetap saja Aoran bersikeras mau dihibur. "Ayolah, kamu bisa menari, kalau tidak menyanyi untuk menghiburku." Saut Aoran meminta.Menari? aku tidak mau menari dihadapan cowok rese ini, sepertinya menyanyi lebih baik. Ardella membatin."Baiklah, aku akan menyanyi. Tapi kamu tidak boleh tertawa." Memastikan bahwa Aoran tidak akan tertawa. Bakat Ardella sangat terpancar jika menari, tapi menyanyi bisa dikatakan kurang memenuhi syarat."Ok." Senyum Aoran yakin.Ardella mengambil mikrofon yang ada di sudut meja, mikr

  • Gadis Desa Milik CEO Arogan   Bab 98

    Flashback.Sebelum melihat dengan mata kepala sendiri, Aoran merasa tidak tenang, dia memastikan sendiri Ardella aman bekerja di bar."Apa ini barnya?" tanya Aoran pada Parto."Iya Bos," saut Parto yakin.Pupil mata Aoran mengerut ketika melihat ke arah bar. Alis matanya terangkat tajam menandakan hatinya dalam suasana suram.Parto yang berdiri di samping Aoran merasa merinding. Mungkin sebentar lagi akan ada kejadian buruk. Mengenal sifat Aoran dengan tempramental buruk, tanpa sadar dia menggelengkan kepalanya."Parto." Panggil Aoran dengan tatapan mematikan. "Apa maksudnya kamu menggelengkan kepala," tanya Aoran dengan suara bergetar."Aku yakin Bos, sebentar lagi akan ada kekacauan disini,” sautnya tanpa menyaring perkataannya. Parto tertawa menunjukkan giginya.Raut muka Aoran berubah menjadi mengkerut. "Berhentilah bercanda denganku, sebelum kurontokkan semua gigimu." Nada datar tapi bermakna dari suara berat Aoran."Maaf Bos." Secepatnya Parto merapatkan bibirnya.Pertama kali m

  • Gadis Desa Milik CEO Arogan   Bab 97

    Pagi hari.Terdengar suara langkah ribut dari kejauhan.Srek.Edward naik ke atas kasur Ardella. Menatap tantenya masih tidur dia menggelengkan kepala."Tante bangun." Edward membangunkan Ardella, dengan tangan kecilnya di menggoyang-goyang tubuh Ardella yang masih tidur dibawah selimut.Akibat lembur dari semalaman kelopak mata Ardella masih berat, dia menarik tubuh Edward kepelukannya. "Sepuluh menit lagi. Tante masih mengantuk." Ardella masih memejamkan matanya dengan rapat.Edward membalas pelukan Ardella, dengan tenang dia menunggu tantenya untuk bangun. "Ok. Waktunya bangun." Ardella menendang selimutnya, ketika membuka matanya terbuka lebar dia melihat tatapan Edward yang sangat menggemaskan."Aduhh, keponakan tante yang satu ini." Ardella mencium pipi Edward dengan gemes. "Ayo, bangun,” ucap Ardella ketika masih melihat Edward berbaring dengan santai di atas kasurnya."Huh, beratnya. " Menggendong Edward di pangkuannya."Aku tidak suka tante pulang malam." Kata Edward menunj

  • Gadis Desa Milik CEO Arogan   Bab 96

    Malam hari.Ketika tiba dirumah Ardella disambut oleh kakak iparnya. Dengan wajah tersenyum Lisa menghampiri Ardella. "Dek, suruhan Aoran datang lagi." "Apalagi yang diinginkan cowok bre*ngsek itu." Gumamnya pelan. Ardella mengitari tubuh Lisa."Ada apa dek?" tanya Lisa ketika melihat Ardella membalikkan tubuhnya."Untung kakak ipar baik-baik saja, aku hanya takut mereka melukai kakak ipar." Suara lega terdengar dari hembusan nafas Ardella.Teringat dengan amplop yang diberikan oleh Parto. "Orang itu juga menitipkan ini." Amplop yang masih berada diatas meja diserahkan pada Ardella.Tidak lama kemudian Lisa juga membahas masalah kontrak rumah yang ditawarkan oleh Parto. Penjelasan Lisa sangat panjang dan detail."Sungguh kak." Terkejut mendengar penjelasan kakak iparnya."Iya dek, bahkan surat kontraknya sudah dibuat." Lisa menunjukkan isi kontrak pada Ardella.Membaca isi surat kontrak sepertinya tidak ada masalah, Ardella juga memikirkan betapa rumitnya mereka harus berkemas dan

  • Gadis Desa Milik CEO Arogan   Bab 95

    Mencari pekerjaan di kota metropolitan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Berjalan kesana kemari untuk mencari kerja tapi masih saja belum mendapatkan pekerjaan. Rasa frustasi sedikit tersirat di benak Ardella yang sedang mencari pekerjaan.Sudah beberapa kali Ardella menerima penolakan dari perusahaan lain. Kakinya begitu lelah dan sulit untuk berjalan, dia menghembuskan nafas dengan pelan. "Huh. Lelah sekali." Gumamnya.Karena merasa kakinya sedikit pegal, Ardella ingin beristirahat terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanannya. Ardella yang sedang berdiri dipinggir jalan melihat ke arah sekitarnya, melihat warung kecil di depannya dengan langkah kecil Ardella beranjak ke arah warung.Setibanya di warung Ardella duduk dengan meluruskan kakinya lebih condong ke depan. Melihat pemilik warung yang sedang berjualan Ardella merasa tidak enak hati hanya menumpang duduk, dia pun membeli beberapa cemilan kecil untuk dimakan.Sambil duduk Ardella melihat kembali sekelilingnya, di

  • Gadis Desa Milik CEO Arogan   Bab 94

    Hari berikutnya.Semua kembali seperti semula. Menjalani kehidupan masing-masing. Pepatah mengatakan jika karena mengalami hal terpuruk membuat dirimu lebih kuat, maka bagi Ardella merasa semuanya tidak masalah, asalkan dia masih berada dekat dengan orang dia sayangi.Jika untuk sementara diriku kehilanganmu, maka aku akan terima dengan lapang dada. Tapi kumohon jangan pergi lebih lama lagi. Mungkin aku akan berubah lebih buruk dari ini. Aoran membiarkan Ardella bernafas untuk sejenak, dia tidak mengganggu Ardella untuk sementara waktu.***Pagi hari.Tak,, tak,,, tak. Suara langkah Aoran mengitari lapangan golf.Seperti biasa Aoran selalu melakukan olahraga kecil. Halaman taman di kediaman Aoran begitu luas, di sekitar pekarangan rumah terdapat lapangan golf seluas tiga ribu meter. Lapangan beralaskan rumput hijau dan beratapkan langit biru menjadi tempat santai bagi Aoran. Terkadang Aoran menghabiskan waktu bermain golf ketika waktunya senggang. Dipagi hari Aoran selalu memanjakan

  • Gadis Desa Milik CEO Arogan   Bab 93

    Aoran sendiri tertegun dengan ucapan Ardella. Memperhatikan Ardella yang saat ini berdiri di hadapannya, Aoran masih merasa hatinya bergetar untuk Ardella. Tetapi sekarang dia berusaha menolak hatinya untuk menerima Ardella kembali.Disisi lain, Ardella merasa dirinya bagaikan sebuah bayangan untuk Aoran. Mungkin kah bayangan wanita itu menjadikan alasan semua perbuatan Aoran terhadapnya.Keduanya berbicara didalam hati masing-masing. Di Ruangan sunyi tanpa suara, detak jantung terdengar di telinga mereka sendiri. Aoran dan Ardella kini saling menatap, sesama melihat ke arah mata masing-masing. Keduanya hanya membentuk pola pikiran rumit."Jika saja aku wanita itu, maka sekarang aku akan melihatmu dengan rasa jijik,” ucap Ardella dingin. Dirinya masih dalam keadaan tidak terima Aoran menganggapnya sebagai wanita mainan."Mungkinkah kamu sendiri yang meninggalkan wanita itu, atau sebenarnya dari awal kamu memang tidak mencintainya,” ucap Ardella sembarangan menebak. Mungkin diantara m

DMCA.com Protection Status