Ardella tidak sengaja membaca di sampul buku lamanya, namu Ardella tidak terlalu peduli.Kampus.Menjadi mahasiswa baru adalah hal yang ditunggu, mahasiswa baru mengenakan baju putih hitam, rambut dikepang menandakan identitas mereka sebagai mahasiswa baru.Anasya dan Ardella bertemu di pekarangan kampus, karena sudah saling mengenal mereka bersama menuju lapangan tempat berkumpulnya para mahasiswa baru. Mereka yang berpakaian putih hitam dan rambut dikepang menjadi pusat perhatian para kaum laki-laki.Anasya yang terlihat seperti model, kaki yang panjang serta kulit mulus dan hidung mancungnya membuat dia sangat terlihat cantik, walau memakai baju sederhana kecantikannya masih terpancar, sebelumnya saat berangkat ke kampus Aoran sempat memarahi Anasya karena rok yang dikenakan terlalu pendek, Anasya menipu Aoran dengan berpura-pura memakai rok panjang, setelah dimobil Anasya mengganti rok pendeknya didalam mobil.Ardella yang terlihat polos tak kalah menarik perhatian laki-laki, tub
“ Boleh, tapi aku izin dulu ya sama orang rumah.”“Ok, sip.”Setelah mengirim kan pesan untuk minta izin menginap dirumah Anasya, ternyata jawaban Batara adalah tidak. Karena itu Ardella tidak jadi menginap***Beberapa bulan telah berlalu. Ardella mulai terbiasa dengan kehidupan di kampus.Menjadi seorang mahasiswa tak seindah di drama sinetron, dimana mahasiswa pergi menonton, belanja, nongkrong-nongkrong, bertemu cowok ganteng keren, tapi kenyataannya menjadi mahasiswa ditumpuk dengan tugas-tugas dari dosen hingga terkadang para mahasiswa jarang tidur dan makan tepat waktu.Di perpustakaan.Ardella yang bersama Nina menunggu teman sekelompoknya untuk mengerjakan tugas makalah yang diberikan dosen.Nina teman satu jurusan Ardella, berpenampilan cupu, bicara terbata-bata dan selalu menjadi bahan ejekan orang.Tak,,, tak,,, tak jari jemari Ardella yang sibuk mengetik."Nin, tolong kabari teman yang lain supaya datang keperpustakaan,” ucap Ardella pada Nina."Iya." Nina terbata-bata.K
Sore hari mulai terpanjar awan gelap, rumah yang tadinya sepi kini ramai, Lisa kakak ipar Ardella baru datang dari pasar bersama bik Ami, diikuti dengan kedatangan Robin dan Batara.Mendengar langkah kaki yang begitu ramai, Anasya dan Ardella keluar menggendong Edward dan Erwin menyambut kedatangan orang rumah."Udah pulang dek?" tanya Batara duduk membuka kaos kakinya di sofa ruang tengah."Iya kak, hari ini gak banyak jadwal masuk." Menghampiri Batara duduk diruang tengah.Dilihatnya Ardella bersama seorang gadis, Batara merasa tak kenal."Siapa dek? Teman?" Tanya Batara kembali.Anasya orang yang ramah tanpa ragu langsung menyapa kakak Ardella dengan sopan."Hai kak, saya Anasya Fritsch teman Ardella di kampus." Sapa Anasya memberi salam senyum.Anasya yang memberitahukan nama lengkapnya membuat Robin terkejut, wajah mulai berubah, pandangannya melekat pada Anasya, dia yang juga berada di ruang tengah memperhatikan Anasya yang menggendong Edward.Fritsch, namanya terlihat tak asi
Pagi hari di kampus.Di Ruang kelas terdapat kursi berdekatan, para mahasiswa mulai duduk dan menunggu kedatangan dosen, begitu juga dengan Ardella, duduk diam dengan tenang.Yanti melihat Ardella duduk dikursi deretan baris tiga menghampiri. "Maaf kemarin aku gak bisa datang." Ucap Yanti memasang wajah menyesal."Gak apa kok,” saut Ardella biasa aja.Ardella tidak terlalu mempermasalahkan, pikirnya keadaanlah membuat Yanti tak bisa ikut mengerjakan tugas kelompok. Pelajaran hampir dimulai, Yanti juga bergegas duduk di belakang Ardella. Bimo dan Rima menghampiri Ardella dan meminta maaf bersamaan.Ketika dosen hampir datang, Ardella malah dicemaskan dengan Anasya yang belum juga datang. Sebelum berangkat ke kampus Anasya lah yang membuat cover tugas makalah kelompok Ardella. Yanti yang dari belakang menyentuh Ardella meminta untuk melihat makalah yang telah siap. Ardella mencoba menjelaskan bahwa tugas mereka ada ditangan Anasya.Yanti, Rima dan Bimo punya firasat buruk ketika Ardell
Desa di kampung halaman Ardella.Uhuk,,,Suara batuk dan tubuh terbaring, dia tak lain adalah ayah Dyra. Kepergiaan Dyra memberikan luka bagi ayahnya hingga mengalami stroke ringan. Dari kamar ayah Dyra memandang keluar lewat jendela sesekali ingatannya kembali pada saat istri pertamanya masih hidup, rasa bersalah yang tertanam dihatinya membuat air matanya terjatuh. Dipanggilnya Niko anaknya bersama Rossy dan menyuruhnya ke rumah Robin untuk mencari kontak Batara dan Dyra.Anak yang kini beranjak remaja berjalan menuju ke rumah orangtua Robin. Dengan polos dia menemui ibu Robin."Tante!" Panggil Niko dengan suara keras.Ibu Robin mendengar Niko keluar dari rumah dan bertanya ada hal apa yang membuatnya datang. Niko menceritakan pesan ayahnya."Nanti tante kabari." Ucap ibu Robin dengan senyum mengelus kepala Niko.Setelah sekian lama ibu Robin tak pernah berpikir untuk menghubungi Robin dan Dyra, tapi melihat ayah Dyra sedang sakit. Ibu Robin memutuskan untuk menghubungi Robin dan
“Masih di kantor,” saut Anasya.Ayu berencana mengajak Aoran balik ke desa bersamanya, karena itu, ia mendatangi ke kantor Aoran.Setibanya di sana, Ayu langsung menuju ruangan kerja Aoran.“Hai, sayang,” ucap Ayu menghampiri Aoran.“Kenapa kamu bisa ada disini?” tanya Aoran.Ayu tidak memberi kabar kepulangannya agar Aoran terkejut.“Kejutan,” ucap Ayu memeluk Aoran.“Bagaimana dengan Mama, apa dia tidak ikut?” “Tidak, sebenarnya dia yang memintaku untuk mengejar kamu sampai disini,” tersenyum lebar.Aoran hanya memasang wajah datar, lalu kembali bekerja, dia mengambil beberapa dokumen, kemudian membacanya dengan serius..“Aku sibuk, kalau kamu butuh sesuatu, katakan saja pada sekretarisku,” ucap Aoran.“Rencananya aku akan kembali ke desa untuk mengunjungi orang tuaku, apa kamu mau ikut?” Tangan Aoran langsung berhenti membolak-balik dokumen itu, mendengar desa, Aoran langsung teringat tentang gadis yang dia cintai.“Kapan kamu pergi?” tanyanya serius.“Besok.”“Baiklah, aku akan
Flashback.Saat Dyra dan Raka pergi.Pagi hari ketika Dyra dan Raka pergi meninggalkan rumah. Ayah mereka yang tak berkata sepatah kata beranjak masuk kedalam rumah saat melihat kedua anaknya itu pergi. Langkahnya menuju ke kamar, dikuncinya kamar hingga Rossy istrinya tak bisa masuk kedalam. Ayah Dyra mulai termenung, pikirannya kosong. Semua kejadiaan membuatnya syok dan masih perlu menerima keadaan.Terlelap dalam tidurnya, dia selalu bermimpi berkumpul bersama istri pertamanya, Raka dan Dyra. Perlahan dilihatnya istrinya pergi menjauh darinya, diikuti oleh Batara yang melangkah pergi jauh dan Dyra juga ikut pergi meninggalkannya sendiri. Mereka terlihat senyum bahagia tanpanya. Dia berusaha memanggil mereka dengan suara keras."Jangan tinggal aku, maafkan aku." Teriaknya dalam mimpi.Bangun dari tidurnya, perasaan sedihnya membuatnya merindukan Dyra. Dia melangkah menuju kamar Dyra. Kamar terlihat rapi, buku-buku masih tertata rapi di meja belajarnya, nuansa kamar yang masih seju
Sementara Aoran dan Ayu disambut dengan hangat oleh kedua orang tua Ayu. “Putriku sudah kembali,” ucap ibu Ayu dengan hangat. “Nak silahkan masuk, kalian pasti lelah di perjalanan,” ucap ayah Ayu pada Aoran. Ayu dan Aoran diajak masuk ke dalam rumah. Orangtua Ayu bercengkrama panjang lebar dengan Aoran. Aoran menanggapi dengan sedikit berbicara, pikirannya malah kepada seseorang yang ditemuinya. *** Kembali ke Ardella yang sedang berjalan bersama Robin. Ardella dan Robin tampak menikmati pemandangan pulau, rasa hangat membuat mereka bungkam dan tak berbicara. Ketika langkah mereka tepat berada di tengah desa, Sarianti tak sengaja melihat seseorang yang dikenalnya dalam kejauhan. Itukan Robin. ucap Sarianti membatin. Masih tak percaya dengan penglihatannya Sarianti memastikan dengan memanggil Robin. "Rob." Teriak Sarianti dari kejauhan. Ardella menoleh bersamaan dengan Robin, perasaan mereka seakan tak asing dengan suara yang didengarnya, melihat Sarinti hendak mend