Pagi hari di kampus.Di Ruang kelas terdapat kursi berdekatan, para mahasiswa mulai duduk dan menunggu kedatangan dosen, begitu juga dengan Ardella, duduk diam dengan tenang.Yanti melihat Ardella duduk dikursi deretan baris tiga menghampiri. "Maaf kemarin aku gak bisa datang." Ucap Yanti memasang wajah menyesal."Gak apa kok,” saut Ardella biasa aja.Ardella tidak terlalu mempermasalahkan, pikirnya keadaanlah membuat Yanti tak bisa ikut mengerjakan tugas kelompok. Pelajaran hampir dimulai, Yanti juga bergegas duduk di belakang Ardella. Bimo dan Rima menghampiri Ardella dan meminta maaf bersamaan.Ketika dosen hampir datang, Ardella malah dicemaskan dengan Anasya yang belum juga datang. Sebelum berangkat ke kampus Anasya lah yang membuat cover tugas makalah kelompok Ardella. Yanti yang dari belakang menyentuh Ardella meminta untuk melihat makalah yang telah siap. Ardella mencoba menjelaskan bahwa tugas mereka ada ditangan Anasya.Yanti, Rima dan Bimo punya firasat buruk ketika Ardell
Desa di kampung halaman Ardella.Uhuk,,,Suara batuk dan tubuh terbaring, dia tak lain adalah ayah Dyra. Kepergiaan Dyra memberikan luka bagi ayahnya hingga mengalami stroke ringan. Dari kamar ayah Dyra memandang keluar lewat jendela sesekali ingatannya kembali pada saat istri pertamanya masih hidup, rasa bersalah yang tertanam dihatinya membuat air matanya terjatuh. Dipanggilnya Niko anaknya bersama Rossy dan menyuruhnya ke rumah Robin untuk mencari kontak Batara dan Dyra.Anak yang kini beranjak remaja berjalan menuju ke rumah orangtua Robin. Dengan polos dia menemui ibu Robin."Tante!" Panggil Niko dengan suara keras.Ibu Robin mendengar Niko keluar dari rumah dan bertanya ada hal apa yang membuatnya datang. Niko menceritakan pesan ayahnya."Nanti tante kabari." Ucap ibu Robin dengan senyum mengelus kepala Niko.Setelah sekian lama ibu Robin tak pernah berpikir untuk menghubungi Robin dan Dyra, tapi melihat ayah Dyra sedang sakit. Ibu Robin memutuskan untuk menghubungi Robin dan
“Masih di kantor,” saut Anasya.Ayu berencana mengajak Aoran balik ke desa bersamanya, karena itu, ia mendatangi ke kantor Aoran.Setibanya di sana, Ayu langsung menuju ruangan kerja Aoran.“Hai, sayang,” ucap Ayu menghampiri Aoran.“Kenapa kamu bisa ada disini?” tanya Aoran.Ayu tidak memberi kabar kepulangannya agar Aoran terkejut.“Kejutan,” ucap Ayu memeluk Aoran.“Bagaimana dengan Mama, apa dia tidak ikut?” “Tidak, sebenarnya dia yang memintaku untuk mengejar kamu sampai disini,” tersenyum lebar.Aoran hanya memasang wajah datar, lalu kembali bekerja, dia mengambil beberapa dokumen, kemudian membacanya dengan serius..“Aku sibuk, kalau kamu butuh sesuatu, katakan saja pada sekretarisku,” ucap Aoran.“Rencananya aku akan kembali ke desa untuk mengunjungi orang tuaku, apa kamu mau ikut?” Tangan Aoran langsung berhenti membolak-balik dokumen itu, mendengar desa, Aoran langsung teringat tentang gadis yang dia cintai.“Kapan kamu pergi?” tanyanya serius.“Besok.”“Baiklah, aku akan
Flashback.Saat Dyra dan Raka pergi.Pagi hari ketika Dyra dan Raka pergi meninggalkan rumah. Ayah mereka yang tak berkata sepatah kata beranjak masuk kedalam rumah saat melihat kedua anaknya itu pergi. Langkahnya menuju ke kamar, dikuncinya kamar hingga Rossy istrinya tak bisa masuk kedalam. Ayah Dyra mulai termenung, pikirannya kosong. Semua kejadiaan membuatnya syok dan masih perlu menerima keadaan.Terlelap dalam tidurnya, dia selalu bermimpi berkumpul bersama istri pertamanya, Raka dan Dyra. Perlahan dilihatnya istrinya pergi menjauh darinya, diikuti oleh Batara yang melangkah pergi jauh dan Dyra juga ikut pergi meninggalkannya sendiri. Mereka terlihat senyum bahagia tanpanya. Dia berusaha memanggil mereka dengan suara keras."Jangan tinggal aku, maafkan aku." Teriaknya dalam mimpi.Bangun dari tidurnya, perasaan sedihnya membuatnya merindukan Dyra. Dia melangkah menuju kamar Dyra. Kamar terlihat rapi, buku-buku masih tertata rapi di meja belajarnya, nuansa kamar yang masih seju
Sementara Aoran dan Ayu disambut dengan hangat oleh kedua orang tua Ayu. “Putriku sudah kembali,” ucap ibu Ayu dengan hangat. “Nak silahkan masuk, kalian pasti lelah di perjalanan,” ucap ayah Ayu pada Aoran. Ayu dan Aoran diajak masuk ke dalam rumah. Orangtua Ayu bercengkrama panjang lebar dengan Aoran. Aoran menanggapi dengan sedikit berbicara, pikirannya malah kepada seseorang yang ditemuinya. *** Kembali ke Ardella yang sedang berjalan bersama Robin. Ardella dan Robin tampak menikmati pemandangan pulau, rasa hangat membuat mereka bungkam dan tak berbicara. Ketika langkah mereka tepat berada di tengah desa, Sarianti tak sengaja melihat seseorang yang dikenalnya dalam kejauhan. Itukan Robin. ucap Sarianti membatin. Masih tak percaya dengan penglihatannya Sarianti memastikan dengan memanggil Robin. "Rob." Teriak Sarianti dari kejauhan. Ardella menoleh bersamaan dengan Robin, perasaan mereka seakan tak asing dengan suara yang didengarnya, melihat Sarinti hendak mend
Dyra menoleh. Melihat Aoran dengan wajah kesal. “Dek, ayo pulang,” ucap Raka.“Iya kak.”Aoran hendak mengejar. “Dyr,,” Kemudian Ayu langsung menarik tangan Aoran.Setelah itu, mereka kembali masuk ke rumah, Aoran sendiri merasa gelisah.“Apa itu benar-benar Dyra Pak?” tanya Ibu Ayu pada suaminya.“Tidak salah lagi, itu memang Dyra.”“Lalu anaknya dimana?” Ibu Ayu berpikir.Ayu mendengar perbincangan itu bertanya. “Anak siapa Bu?” tanyanya.“Itu, Dyra. Empat tahun lalu Dyra hamil diluar nikah, tapi tidak tahu siapa ayah dari bayinya, jadi dia diusir dari desa.”“Apa!” Ayu terkejut. Sama dengan Orang terkejut mendengar cerita itu, Akan merasa hatinya hancur berkeping-keping. Ayu pucat, pastinya Ayu tahu siapa yang menghamili Dyra. “Terus bagaimana Bu?” Singkat cerita Ibu Ayu menceritakan semuanya. Aoran yang mendengar cerita itu sudah tidak tahan langsung berdiri dan bergegas pergi.“Sayang,” panggil Ayu mengejar Aoran.Aoran terus berjalan keluar dari rumah. Rasanya Aoran ingin
Ardella ter ngah-ngah. “Akhirnya aku bebas dari orang gila itu,” mengatur pernapasannya.Ardella masuk ke dalam rumah, Raka meminta Dyra agar bersiap untuk pergi ke makam ibu mereka.Raka, Ardella dan Robin berangkat ke makam. Menuju makan Raka mulai meneteskan air matanya, disembunyikan wajah sedihnya dari Ardella."Ibu kami datang." Ucap Batara setelah berada dimakam ibunya.Ardella dengan rasa rindu dan sedih telah berdiri di depan makam ibunya "Ardella datang Bu." Meletakkan bunga diatas tanah makam.Robin hanya ikut meletakkan bunga di makam, dia pun tak tahu harus berkata apa."Kak, makam ayah mana." Tanya Ardella.Raka sempat lupa tentang ingatan Ardella. "Makam ayah tak disini dek, nanti kalau ada waktu kakak akan menunjukkannya." Raka kaku menjelaskan."Baiklah kak.""Ibu kami pulang." Ucap Batara kembali."Jaga kami Ma." Ardella yang mulai meneteskan air matanya."Ayo dek, kita balik." Raka menenangkan Ardella.Setelah dari makam Ardella mengajak Raka dan Robin pergi ke pa
Orangtua Ayu sedang membicarakan perihal pernikahan Ayu dan Aoran.“Aku ikut keputusan kak Aoran.” Ayu menatap Aoran dengan penuh kasih sayang.Aoran pun merasa pernikahannya tidak perlu lagi ditunda, apalagi orang yang disukainya mencintai orang lain, Aoran tidak perlu merasa bersalah lagi, karena gadis itu telah menemukan orang yang dicintainya.“Baiklah aku setuju pernikahannya dilakukan disini, tapi sebelumnya aku harus kembali ke kota dulu untuk membereskan pekerjaanku, setelah semua urusanku selesai di kota, aku akan kembali.”“Benarkah.” Ayu senang mendengar Aoran setuju untuk menikah.“Kamu persiapkan semuanya. Aku akan cepat kembali.” Aoran sedikit tersenyum.***Hubungan Ardella dan Robin semakin dekat, bahkan dalam tidurnya Robin gelisah, mengingat Ardella jantungnya berdegup. Robin matang-matang memikirkan perkataan Raka dan Lisa selama beberapa hari ini, akhirnya Robin memutuskan untuk memberanikan diri mengungkapkan perasaannya pada Ardella.Robin yang mendatangi Ardell