Share

Tikam!

Moon yang melangkah masuk ke kamar neneknya, terlihat kosong dan sepi. Bayang-bayang neneknya masih muncul di setiap sudut kamar itu. Air mata gadis itu mulai berlinang mengingat kenangan nenek kesayangannya.

Moon yang masih larut dalam kesedihan terduduk lemas di samping ranjang. Ia menangis terisak sehingga mengema satu ruangan itu. Hembusan angin dari jendela yang terbuka seolah membawa bisikan lembut neneknya, mengingatkan akan cinta dan kasih sayang yang pernah ia rasakan.

"Bagaimana aku bisa hidup sendiri tanpamu," ucap Moon meremas sprei ranjang dengan air mata yang membasahi wajahnya. Suara isak tangisnya semakin keras, mencerminkan betapa hancurnya perasaannya saat itu.

Setelah beberapa saat kemudian, ia berusaha menenangkan diri dan menyeka air matanya. Ia melihat di bawah ranjang terdapat sebuah kardus kecil. Merasa penasaran, ia pun menariknya keluar dan membuka kardus tersebut dengan hati-hati, seolah benda itu adalah harta karun yang berharga.

Terlihat foto-foto anak perempuan kecil yang tak lain adalah Moon sendiri. Selain itu terdapat box kecil dan sepucuk surat di dalam kardus tersebut. Dengan tangan bergetar, Moon membuka dan membaca isinya. 

"Moon, Setelah kamu membaca surat ini, mungkin saja nenek sudah tidak berada di sisimu. Nenek hanya ingin berpesan bahwa orang tuamu tinggal di kota. Pergilah cari mereka. Jangan membenci mereka dan dengarkan penjelasan mereka. Apa sebabnya kamu ditinggalkan di panti asuhan. Nenek mengadopsimu karena kamu adalah anak yang lucu dan manis! Gelang tangan yang ada di dalam box adalah milikmu semasa kecil. Temukan mereka di kota dan bersatulah dengan keluargamu!"

"Panti asuhan? Orang tuaku? Ternyata orang tua kandungku masih hidup. Tapi, apakah semua ini masih penting," ucap Moon yang sudah putus asa, suaranya gemetar. Ia terdiam sejenak, menatap gelang tangan yang ada di dalam kotak, mengenang masa kecil yang telah lama terlupakan. 

"Gelang ini aku lepaskan karena kelonggaran di tanganku, sehingga aku meminta nenek yang memyimpannya. Tidak ku sangka sudah delapan belas tahun berlalu," ucapnya yang mengenakan gelang tersebut di tangannya.

"Tujuan utama sekarang adalah menemui Christian Kim dan membalas dendam kematian nenek," ucap Moon.

Keesokan harinya, Moon tiba di kota dengan naik bus. Sesampainya di sana, ia langsung menuju perusahaan milik keluarga Kim. Moon menghampiri security yang berjaga di luar pintu perusahaan. 

"Paman, apakah Pengurus Kim ada di sini?"

"Nona dari mana dan siapa nama Anda?" tanya salah satu security.

"Nama saya Moon, Ada urusan penting yang ingin saya bicarakan dengannya," jawab Moon dengan sopan, berusaha tersenyum.

"Silakan menunggu sebentar," ucap satpam itu sambil menghubungi Christian.

Beberapa saat kemudian, setelah memutuskan panggilannya, security itu berkata, "Pengurus Kim berada di apartemennya. Anda bisa bertemu dengan dia di sana. Pengurus Kim akan mengutus sopirnya untuk mengantar Nona ke alamat tersebut."

"Baik, terima kasih!" ucap Moon.

Moon kemudian tiba di apartemen, berdiri tepat di depan pintu dengan cemas namun berusaha tenang. Ia mengatur napasnya sebelum menekan bel.Tidak lama kemudian, seseorang membuka pintu.

"Baru beberapa hari tidak bertemu, apakah kamu merindukanku sehingga datang menemuiku?" ujar pria itu, Christian, dengan senyum di wajahnya.

Moon menatap pria itu dengan penuh dendam dan kebencian. Amarahnya bergejolak, tetapi ia menahannya sejenak.

"Masuklah, tidak mungkin kamu berdiri terus," ajak Christian sambil menarik lengan gadis itu. Tanpa diduga, Moon langsung menikam bagian dada sebelah kiri Christian dengan gunting panjang yang ia bawa.

Christian terdiam sejenak, terkejut dengan serangan mendadak itu. Ia menatap Moon, lalu menunduk melihat gunting yang menancap di dadanya. Rasa sakit yang luar biasa membuatnya tidak bisa bicara, tubuhnya mulai berkeringat dingin.

"Kau...," ucap Christian dengan tatapan tajam. Tangan kirinya menggenggam pergelangan tangan Moon yang memegang gunting, mencoba menahan rasa sakit.

"Kau adalah pembunuh," kata Moon dengan suara bergetar, air mata mulai mengalir di pipinya. "Bahkan nenekku yang sudah tua renta pun kau tidak melepaskannya. Kau sudah berjanji padaku untuk tidak mengusir mereka. Tapi apa yang kau lakukan? Anak buahmu malah menyakiti semua warga desa, dan nenekku harus meninggal akibat kekerasan yang diterima. Harga diriku, nenekku, semuanya telah kau hancurkan. Kau pantas mati, Christian Kim."

Christian menahan sakit, air mata ikut mengalir dari matanya. Tusukan itu seolah menembus jantungnya, membuat setiap napas menjadi perjuangan.

"Seharusnya kau tidak datang ke desa," lanjut Moon, matanya penuh kebencian. "Kau adalah iblis. Tujuanku hanyalah untuk membunuhmu karena kau tidak pantas hidup. Setelah kau mati, aku dengan senang hati akan menyusul nenekku." Moon menangis, memikirkan neneknya yang sudah tiada dan semua penderitaan yang telah dialaminya. 

 Christian, dengan napas tersengal-sengal, hanya bisa menatap Moon, dan menahan sakit yang luar biasa.

Nada terputus-putus, ia bertanya, "Kau berharap... aku mati...?"

"Benar!" jawab Moon dengan suara yang bergetar penuh amarah, "Karena dirimu aku sudah hancur. Hidupku sudah tidak berguna dan tidak ada tujuan. Hanya karena keegoisanmu. Banyak yang terluka dan kehilangan. Kamu tidak pantas hidup."

Srak!

Moon mencabut gunting tersebut dengan tangan yang gemetar.

Christian langsung terkapar ke lantai dekat pintu apartemen. Darah mengalir deras dari dadanya, membasahi lantai di sekitarnya.

Tangan Moon gemetar semakin kuat, ketakutan mulai menjalar ketika ia melihat banyak darah yang menempel di tangannya dan gunting tersebut. Namun, ia tidak memilih untuk pergi, melainkan pasrah. Hatinya campur aduk antara kepuasan dan ketakutan yang tak terlukiskan.

"Tuan Muda! Tuan Muda!" seru supirnya yang mengantar Moon tadi, wajahnya pucat pasi melihat keadaan majikannya.

Pria itu langsung menghampiri Christian yang tergeletak tidak berdaya, napasnya terengah-engah.

"Apa kau sudah gila, kenapa tega menyakiti tuan muda kami," bentak supir itu, matanya dipenuhi kecemasan dan amarah.

Tak lama kemudian, security apartemen langsung datang setelah mendengar teriakan tersebut. Mereka menahan Moon yang terpaku diam di sana. Pria yang dia tikam telah hilang kesadarannya dan kehilangan banyak darah.

"Bawa dia ke kantor polisi!" perintah supir Christian dengan suara yang bergetar.

Moon lantas dibawa pergi oleh mereka tanpa perlawanan. Baginya, keinginannya telah tercapai dan dia tidak peduli dengan masa depannya. Ia hanya berharap rasa sakit dan kehancurannya bisa sedikit terbalaskan.

Di sisi lain, ruangan kantor perusahaan yang luas dan megah, terlihat ayah Christian yang duduk di sana sambil fokus pada file yang ada di depannya. Di mejanya, tertera nama Direktur Utama, Victor Kim. Cahaya matahari menerobos melalui jendela besar, memantulkan kemewahan ruangannya yang dikelilingi oleh dinding kaca dan perabotan modern.

Tidak lama kemudian, asistennya melangkah masuk ke ruangan itu dengan langkah terburu-buru. Wajahnya pucat dan cemas, tampak jelas ada kabar buruk yang ingin disampaikan."Tuan, Tuan muda kedua masuk rumah sakit!" lapor asistennya dengan suara bergetar.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status