Jujur, apa kalian suka cerita cinta RJ? Yang suka komen ya, biar Thor makin semngat 🙌
“Dari mana saja kamu Jonathan?” tanya pak Agus.“Saya habis dari toilet pak. Buang hajat,” jawab Jonathan dengan ekspresi santai.Pak Agus menghela nafas, tidak cuma sekali Jonathan terlambat mengikuti pelajarannya. Ini bahkan sudah tak terhitung berapa kali.“Tetap berdiri di samping bapak, dan kamu yang menjadi contoh teman-temanmu untuk senam pemanasan,” perintah pak Agus.Jonathan melaksanakan perintah sang guru. Memberi contoh gerakan pemanasan pada teman-temannya.Setelah selesai melakukan pemanasan, pak Agus membagi siswa menjadi beberapa grup. Masing-masing grup terdiri dari lima orang.Grup Jonathan mengawali permainan, melawan salah satu grup anak laki-laki yang lain. Sementara murid lain yang belum bermain, menunggu di sisi lapangan.Rachel duduk melihat pada teman-temannya yang sedang bermain basket. Namun mengapa fokusnya justru pada Jonathan?Tubuh Jonathan memang terlihat lebih menonjol dari yang lain. Tubuhnya yang jangkung serta wajahnya yang tampak bersinar. Membuat
Hari berlalu dengan cepat. Tak terasa sudah hari Sabtu. Sedari subuh Rachel sudah bersiap-siap. Menyiapkan beberapa baju ganti, juga perlengkapan yang lain dalam satu tas ransel besar. Natasya juga sudah menyiapkan beberapa makanan instan agar putri kesayangannya tidak kelaparan selama berada di perkemahan. Saat ini mereka tengah berada di depan meja makan untuk melakukan sarapan bersama. “Apa kamu sudah siap nak? Kalau misal kamu merasa tidak siap, biar mama yang bilang langsung ke gurumu. Mama kok khawatir,” ujar Natasya menyampaikan perasaannya. “Kan ada Jonathan, tentu calon suami Rachel akan menjaga putrimu. Tidak perlu terlalu khawatir, Natasya!” jawab nenek Maria mencoba menghapus kekhawatiran menantunya. “Nanti papa yang akan menitipkan Rachel pada Jonathan. Mama tenang saja, tidak perlu khawatir,” timpal Jacob sembari menepuk bahu istrinya. Rachel hanya diam mendengar obrolan orang tuanya. Di tengah-tengah menghabiskan sarapan, ketukan pintu dari luar mengejutkan mere
Rachel hanya menatap pada tangan yang terulur di depannya. Setelah berpikir sejenak, akhirnya Rachel meraih tangan yang akan membantunya berdiri.“Terima kasih, Nolan,” ucap Rachel mengulas senyum tipis.Siswa berprestasi yang selalu bersikap baik padanya. Bahkan di antara teman-temannya yang lain, hanya Nolan yang tidak pernah mengejek Rachel.Di sudut lain, Jonathan melihat pemandangan itu. Meskipun suara Rachel terdengar kecil, namun mampu mengalihkan atensi Jonathan untuk melihat pada Rachel yang terjatuh.Tadinya Jonathan hendak menghampiri Rachel untuk membantunya, mengetahui bawaan Rachel yang begitu banyak juga tasnya yang sangat berat. Namun langkahnya terhenti, ketika siswa lain justru menolong Rachel lebih dulu.Jonathan membuang pandangannya, tak ingin melihat pemandangan yang membuat dirinya tidak menyukai. Rachel terlihat akrab mengobrol dengan Nolan. Hal itu membuat dada Jonathan sedikit memanas.“Aku bantuin Chel, kayaknya bawaanmu berat,” ujar Nolan menawarkan bantuan
Sementara itu tim Jonathan baru saja menyelesaikan tugas di pos ketiga. Melanjutkan menuju pos ke empat yang jaraknya cukup jauh.Namun saat akan menyebrangi sungai, Jonathan melihat pada tim Rachel yang berada di seberang sungai. Dan mereka seperti tengah kebingungan.Jonathan segera menyebrang bersama teman-temannya. Menghampiri tim Rachel yang masih berdiam diri tanpa meneruskan langkah mereka.“Ada apa? Kenapa kalian tidak meneruskan jalan?” tanya Jonathan pada salah satu siswi.“Jo, kami kehilangan satu tim kami,” jawab Alisha dengan wajah panik.Wajah Jonathan terlihat mengerut.“Siapa tim kalian yang hilang?” tanya Jonathan lagi.“Rachel.”Sontak membuat mata Jonathan melebar karena terkejut. Apa Rachel hilang? Kok bisa? Jonathan tak habis pikir dengan tim Rachel yang tidak kompak itu.“Gimana bisa hilang sih? Emangnya kalian jalan sendiri-sendiri?” “Gak Jo, tadinya gue lihat Rachel masih jalan di belakang gue. Eh baru mau nyebrang kok udah gak ada,” jawab Mila dengan raut waj
Tubuh Rachel luruh, tangannya melepaskan genggaman Jonathan. Lalu memijat pada kakinya yang terasa sakit.“Kenapa? Lu jatuh tadi?” tanya Jonathan.Rachel mengangguk, “sepertinya kaki gue terkilir.”Jonathan merendahkan tubuhnya dan berjongkok di depan Rachel.“Lepas sepatu lu, biar gue lihat!” perintah Jonathan yang langsung dituruti oleh Rachel.Jonathan menarik kaki kiri Rachel ke arahnya, lalu memberikan pijatan ringan di mata kaki hingga betis.Jantung Rachel mendadak tidak aman, darahnya berdesir membuat wajahnya terasa panas. Baru kali ini dia berada begitu dekat dengan seorang laki-laki.Bahkan Jonathan yang biasanya mengejeknya ketika di sekolah, justru memberinya perhatian lebih. Pemuda di hadapannya layaknya superhero yang datang menolong. Sungguh di luar ekspektasi Rachel.Jonathan menekan tepat di titik dimana kaki Rachel sakit.“Auwhhh! Jangan keras-keras Jo, sakit tau!” ujar Rachel sembari menggigit bibir bawahnya.Terlihat Jonathan menghela nafas kasar. Tatapannya beral
Jonathan berusaha mengejar Rachel. Entah apa dipikiran gadis itu sampai tak mengingat arah jalan. Beruntung langkah Rachel lambat, sehingga dengan cepat Jo bisa mendapatkan Rachel. “Cupu, berhenti!” sentak Jonathan sembari menarik kepangan Rachel. Membuat langkah Rachel terhenti. Posisinya masih membelakangi Jonathan, Rachel tidak ingin Jo melihat wajah sedihnya. “Gue mau pulang, Jo. Jangan tahan gue!” ucapnya lirih berharap Jo tidak menahannya. “Lu mau pulang kemana? Jalan lu salah, harusnya belok sana bukan ke sini!” tegas Jonathan. Sontak membuat Rachel terdiam dan menoleh ke belakang, “Sorry, gue lupa!” ucap Rachel dengan senyum kaku. “Makanya, jangan asal ngeloyor pergi kalau gak tahu jalan. Ayo ikutin gue!” perintah Jonathan. Mereka kembali melangkah beriringan. Kali ini Jonathan berusaha mengimbangi langkah Rachel yang lamban, agar gadis itu tidak tertinggal lagi. Tak lama mereka melangkah, langit terlihat semakin gelap dan tampak mendung. Entah jam berapa sekarang, t
“Jonathan? Lu dah balik?” suara Jessi menyentak lamunan Jonathan.Dia menegakkan pandangan untuk menatap Jessi yang terlihat senang melihatnya.“Jo, lu kemana aja? Ray cerita kalau lu nyari si Cupu yang tersesat, benarkah?” tanya Jessi dengan tatapan menelisik.Jessi berharap Jonathan menjawab tidak, namun saat matanya menangkap sosok Rachel dari balik tubuh Jo, membuatnya kecewa. Ternyata benar apa yang dikatakan Ray.“Bukan tanggung jawab lu kali Jo kalau si Cupu tersesat. Bukankah masih ada guru yang bisa mencarinya?” ujar Jessi lagi, padahal Jo belum menjawab pertanyaannya yang tadi. Namun Jessi tampak ribut sendiri.“Gue capek Jes, mau istirahat!” balas Jonathan sembari melangkah melewati Jessi.“Jo, tunggu! Gue ikut!” ujar Jessi sembari berjalan di samping Jonathan.Jo melangkah menuju tendanya, dan segera masuk untuk mengambil baju ganti. Saat dia keluar, Jessi masih berdiri di depan tendanya.“Lu mau ikut?” tanya Jonathan yang tampak heran dengan Jessi.Jessi pun mengangguk.“
Setelah menyelesaikan permainan, guru pembina menyuruh para peserta untuk istirahat di tendanya masing-masing. Dan untungnya hujan tidak kembali turun. Sehingga mereka bisa lebih nyaman beristirahat.Rachel tengah duduk di depan tenda dengan teman-temannya.“Chel, lu kok bisa nyasar sih tadi? Apa benar tadi Jonathan yang gendong lu sampai sini?” tanya Mila yang sedari tadi penasaran. Dan hanya bisa mendengar desas desus dari teman-temannya.“Kaki gue terkilir, Mil. Kalau gak sakit sih mending gue jalan sendiri. Lagian gue terpaksa,” jawab Rachel.“Seriusan lu terpaksa? Gue kok ngerasa ada sesuatu antara lu dan si Jo,” ucap Mila lagi.Tepat setelah Mila berkata, Jonathan melintas di depan tenda mereka. Membuat Mila membungkam mulutnya dengan telapak tangan.Namun Rachel belum menyadari kehadiran Jonathan karena posisinya yang membelakangi.“Iyalah, gue gak ada hubungan dengan si Tengil itu! Sampai kapanpun gue gak bakal punya perasaan sama Jonathan!" tegas Rachel dengan penuh keyakinan
Perasaan bahagia yang membuat mata Rachel tak kunjung terpejam, meski seharian ini sudah melakukan kegiatan yang cukup padat bersama Jonathan.Kini dia sudah berada di dalam kamar. Berbaring di ranjang, namun belum bisa tidur. Padahal hari sudah semakin larut.Berbaring dengan posisi telungkup, tangannya terulur di atas nakas di sisi ranjang. Jemarinya memainkan saklar lampu tidur. Mematikan dan menghidupkannya berulang kali.Pikirannya menerawang jauh ke sosok pemuda tampan yang sudah membuat hidupnya berubah. Jika dulu dia tak akan melewatkan waktu untuk membaca buku, kini niatan untuk membaca buku sudah mulai hilang.Melamun sembari memutar kembali momen terindah seharian ini bersama Jonathan, membuatnya lupa akan hobi membaca.Ting!Suara pesan masuk dari ponsel, membuat atensi Rachel teralihkan. Dengan segera Rachel mencari keberadaan ponsel di sisi ranjang dan melihat ke layar ponsel. Sebuah notifikasi pesan masuk dari operator seluler.Rachel menghela nafas singkat, berharap Jo
Karena kehabisan bensin, mobil pun akhirnya berhenti. Berkali-kali Jonathan berusaha menghidupkannya, namun selalu gagal. “Jo, gimana?” tanya Rachel dengan raut panik. Dia tahu apa yang tengah mereka alami, membuatnya diliputi rasa ketakutan. Bagaimana tidak, jika mereka kini berada di jalanan sepi yang hanya ada pepohonan sejauh mata memandang. Titik dimana mereka berhenti pun hanya ada lampu jalanan yang mati hidup. Membuat suasana terlihat mencekam. “Gue coba hubungi supirnya mami, untuk jemput kita,” ujar Jonathan seraya menggenggam tangan Rachel untuk menenangkan. Rachel mengangguk setuju, berharap segera mendapatkan pertolongan. Membalas genggaman Jonathan di tengah kekhawatirannya yang semakin membuncah. Berkali-kali Jonathan menghubungi maminya, namun tak kunjung mendapat jawaban. Bahkan pesan yang dia kirim pun tak dibalas. Namun dia tetap menunjukkan sikap tenang agar Rachel tak semakin khawatir. Memutar otaknya untuk mencari jalan keluar. Hingga dia memutuskan untuk me
Setelah menghabiskan semua makanan, tentunya Jonathan yang lebih banyak makan dibanding Rachel yang memiliki perut kecil. Keduanya pun berdiri di sisi haluan kapal untuk menikmati pemandangan laut dengan jarak lebih dekat.Rachel berdiri menyilangkan kedua tangan di depan dada. Mengusap lengannya yang terbuka dengan telapak tangannya. Langit sudah gelap, bintang-bintang malam mulai terlihat. Jonathan menatap sekilas ke arah Rachel, wajahnya terlihat cantik. Tak bosan untuk dipandang. Angin malam berhembus mengibarkan rambut panjangnya ke arah belakang.Jonathan menggeser posisinya ke samping, memupus jarak di antara mereka. Hingga lengan kanannya menyentuh lengan kiri Rachel, membuat gadis itu berpaling menatap ke arahnya.“Dingin?” tanya Jonathan tanpa membalas tatapan Rachel. Mengarahkan pandangannya ke depan.“Sedikit dingin,” jawab Rachel singkat lalu kembali menatap ke depan.“Mau pulang sekarang? Atau masih mau di sini?” tanya Jonathan lagi, kali ini dia yang menatap ke samping
Jonathan berdecak kagum ketika sosok Rachel terlihat nyata di depan mata. Kedua wanita pegawai salon menggeser posisinya agar Rachel bisa terlihat. Kedua mata Jonathan tak berkedip, berkali-kali menelan saliva yang tercekat di tenggorokan. Wajah Rachel yang biasa memang sudah cantik, namun kali ini tampak berbeda. Rambut panjang yang biasa dikepang dua, kini terurai bebas melewati bahu dan lengannya yang terbuka. Wajah Rachel yang biasa polos tanpa riasan, kini terlihat lebih cantik dengan rona merah muda di pipinya juga bibirnya yang lebih berwarna. Pandangan Jonathan turun ke gaun yang dikenakan Rachel. Gaun hitam tanpa lengan yang begitu kontras dengan kulit Rachel yang putih. Membuat penampilan Rachel terlihat lebih dewasa dan sangat cantik. “Udah siap?” tanya Jonathan tak mengindahkan perkataan wanita pegawai salon. Fokusnya hanya tertuju pada Rachel seorang. Rachel mengangguk samar tanpa menoleh sedikit pun ke arah Jonathan. Setelah membereskan barang bawaannya, kedua
“Jo? Jo-na-than!!” teriak Rachel, berjalan sembari meraba-raba dalam gelap.Meski lampu mati, namun pencahayaan ruangan sedikit terbantu dengan cahaya luar dari sisi jendela yang sedikit terbuka.“Gue di sini!” Suara Jonathan terdengar tak jauh dari posisi Rachel berdiri. Salah satu tangan Rachel mencengkeram erat tepian handuk di depan dada, sementara tangan yang lain meraba ke depan.Langkah Rachel semakin mendekat ke arahnya, Jonathan terdiam di tempat karena dia tahu kondisi Rachel yang hanya mengenakan handuk. Tak ingin kekasihnya itu menganggap dirinya mencari kesempatan dalam kesempitan.Namun saat tengah melangkah, kaki Rachel tersandung. Mengenai ujung meja dan membuat tubuhnya limbung ke depan. Sontak Jonathan menangkap tubuh Rachel yang masih terlihat samar di penglihatannya.“Hati-hati jalannya!” ucap Jonathan. Kondisi tubuh Rachel melekat di dadanya. Membuat jantung Jo berdetak lebih cepat. Posisi Jo setengah terduduk di sandaran lengan sofa, menahan tubuh Rachel dengan m
Rachel membuka satu persatu kain yang melekat di tubuhnya dan meletakkannya di sisi wastafel. Lalu segera membasahi tubuh juga rambutnya di bawah guyuran air shower. Air dingin cukup membuat tubuhnya rileks. Setelah seharian melakukan aktivitas fisik, cukup membuatnya berkeringat. Semakin lama mengenal Jonathan, membuatnya semakin sering memikirkan sosok pemuda itu. Seperti halnya sekarang ini. Wajah sang Kapten Basket itu kembali terlintas dalam pikirannya. Terbayang olehnya wajah Jonathan dalam mode serius, juga senyuman magisnya yang mampu menggetarkan hati Rachel setiap kali membayangkan. Kini Rachel tengah berpikir tentang apa hadiah yang pantas dia berikan untuk Jonathan di hari ulang tahunnya sekarang. Baju? Sepatu? Atau yang lain? Belum pernah Rachel memberikan kado untuk seorang pemuda, dia pun merasa kebingungan. Kembali teringat akan kado yang diberikan oleh Aluna. Kira-kira apa isi kado Aluna untuk Jonathan? Apakah sesuatu yang disukai pemuda itu? Tentu sesuatu hal y
Setelah pelayan resto pergi, Jonathan meraih kelapa utuh di depannya, lalu segera meneguknya untuk menuntaskan dahaga. Sementara Rachel masih bergeming di posisinya. Ya, Rachel merasa bahagia. Rachel tak menampik perasaan itu. Namun dia kesulitan untuk mengutarakan semua. Jonathan adalah orang pertama yang membuatnya merasakan kebahagiaan dengan cara yang berbeda. Cinta. Mungkin itulah hal yang mendasari atas perasaannya saat ini. Sepertinya benih-benih cinta mulai bersemi di hati Rachel dan gadis itu baru menyadarinya. “Gak minum? Seger loh! Cobain!” ucap Jonathan mengalihkan atensi Rachel. Jonathan mengangkat kelapa utuh milik Rachel, lalu mendekatkan pipet bening ke depan bibir Rachel. Gadis itu menatap sekilas ke arah Jonathan sebelum akhirnya memasukkan ujung pipet ke dalam mulutnya. Air kelapa asli tanpa pemanis, membuat tenggorokan Rachel merasakan sensasi segar. “Kira-kira lu butuh ke salon gak?” tanya Jonathan sembari meletakkan kelapa ke tempat semula. “Ngapain ke
Rachel terkesiap, menatap balik Jonathan.“Aku?” ucapnya sembari mengarahkan jari telunjuk ke depan wajahnya.Jonathan mengubah posisinya berhadapan dengan Rachel. Meletakkan kedua tangannya di masing-masing lutut, dengan posisi setengah menunduk.“Ya, kamu. Siapa lagi? Memang masih ada orang lain selain kamu, hum?” ucap Jonathan sembari menatap lekat netra Rachel. Bibirnya mengulas senyum magis yang mampu membuat para wanita jatuh hati, termasuk Rachel. “Gombal, huh!” balas Rachel dengan bibir mengerucut. Jonathan justru semakin tertawa renyah. “Tapi kamu suka, kan? Mau diem di sini, atau naik ke atas? Lihat pemandangan dari atas lumayan bagus,” tanya Jonathan menawarkan pilihan. Tadinya tujuan mereka memang ke atas tebing, menikmati keindahan pantai dari atas. Namun jika Rachel lebih memilih bermain pasir di bawah, maka Jonathan akan menuruti.Sejenak Rachel berpikir, sebelum akhirnya menjawab, “Jo, boleh gak gue di sini dulu. Kalau lu mau ke atas aja duluan, nanti gue nyusul.”“O
Benar-benar tak tahu diri. Harusnya Aluna sadar, bukannya mengganggu. Huh!Saat Jonathan hendak menjawab, Rachel justru menahannya dengan cara melingkarkan tangannya di lengan Jonathan.Tak hanya Jonathan yang dibuat terkejut, akan sikap Rachel yang tak biasa. Sejak kapan Rachel jadi berani menyentuhnya? Bukankah kekasihnya ini selalu gengsi?Begitupun dengan mata Aluna yang semakin melebar. Tatapannya tertuju pada tangan Rachel dan lengan Jonathan.“Kamu kalau mau ikut, ikut aja lagi Lun. Kita bisa nonton bertiga,” jawab Rachel sembari tersenyum simpul.“Se-serius Rachel? Aku boleh ikut?”Rachel mengangguk lalu menjawab, “kamu bisa nonton horor, kan?”“Hum, bisa. Film genre apa saja aku bisa nonton,” jawab Aluna secepatnya tak ingin menyia-nyiakan kesempatan.“Beb, tapi ini kan hari spesial kita. Aku mau berdua..” bisik Jonathan pada Rachel. Dia tidak mengerti akan sikap kekasihnya itu yang justru mau menuruti keinginan Aluna. Bukankah Rachel tidak menyukai gadis itu?Rachel hanya me