Share

59. Jaga Jarak Aman

Author: Viallynn
last update Last Updated: 2023-11-23 21:54:06

Suara deru napas yang terengah tak menghentikan lari dari seorang gadis. Melihat lift yang jauh di hadapannya bergerak tertutup membuat Febi berteriak. Semua kepala di sekitarnya menoleh mendadak. Namun saat tahu siapa yang membuat kehebohan, mereka semua kembali berpaling santai.

Adik Pak Bos, itu pikir mereka semua.

"Jangan tutup dulu! Tunggu!" teriak Febi lagi.

Dia bernapas lega saat sebuah tangan menahan pintu lift untuk tertutup. Begitu sampai, senyumnya merekah melihat siapa yang membantunya.

Dika.

Namun Febi segera sadar dan menghilangkan senyumnya. Apa lagi saat tahu jika pria itu tidak sendiri. Ada Jihan di sampingnya.

"Pagi, Febi," sapa Dika tersenyum manis.

Ah, pria itu memang selalu ramah pada semua orang.

"Pagi juga, Kak," balas Febi singkat tanpa menatap Dika.

"Pagi, Kak Febi." Febi juga mendengar suara lembut menyapa. Siapa lagi jika bukan Jihan?

"Pagi," balasnya mengangguk singkat.

Setelah berpikir selama beberapa hari, Febi memutuskan untuk mun
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   60. Liburan Dadakan

    Selama tiga hari terakhir, Cia hidup tanpa gairah. Entah kenapa dia merasa ada yang berubah. Kebahagiaan yang pernah ia rasakan dulu seolah sirna. Tergantian rasa asing yang bernama lelah. Benar, Cia merasa lelah dengan semua hal yang menimpa hidupnya. Dimulai dari kesedihan, kemudian kebahagiaan, lalu kembali ke kesedihan. Cia seolah dipermainkan oleh semesta. Namun dia manusia yang hanya bisa berdoa. Berharap jika keresahan yang ia rasakan agar pergi dengan segera. Agam, pria itu yang membuat hidup Cia dihiasi oleh rasa khawatir. Pria itu sedikit berubah. Cia merasa jika mereka tak sedekat dulu. Perubahan ini terjadi setelah acara makan siang Agam dan Nadira yang berhasil ia gagalkan. Pria itu beranjak menjauh. Seperti saat ini. Cia mendengarkan perintah Agam dengan seksama dan menulisnya di catatan kecil. Pria itu memberi perintah tanpa menatapnya. Membuat Cia kembali gelisah. Sebenarnya ada apa? "Itu saja, Pak?" Agam mengangguk. "Itu saja. Kamu boleh keluar." Begitu

    Last Updated : 2023-11-23
  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   61. Sementara Bahagia

    Pemandangan asing di depan mata membuat tubuh tak bergeming. Mulut yang terbuka karena rasa terkejut tidak lagi peduli dengan perut yang lapar. Febi, gadis itu masih terdiam berusaha untuk tenang. Apa yang ia lihat saat ini membuat perasaannya campur aduk. Bahkan menurut Febi tujuh keajaiban dunia tidak ada apa-apanya dari pemandangan yang ada di depan mata. Di sofa ruang tengah villa mereka, Febi bisa melihat dua orang tengah tertidur pulas sambil berpelukan. Mereka adalah Cia dan Agam. Febi pikir Cia tidak ada di sampingnya karena bangun terlebih dulu untuk menikmati udara segar. Namun ternyata sahabatnya itu justru menikmati pelukan dari seorang Agam. Febi tidak pernah berpikir sebelumnya jika akan melihat pemandangan ini. Baginya, Agam adalah sosok yang dingin dan tak tersentuh. Namun apa yang ada di lihat saat ini seolah menghempaskan semua pikiran negatifnya. Ternyata seorang Agam Mahawira memiliki sisi hangat yang tak bisa dinikmati oleh banyak orang. Febi masih berdir

    Last Updated : 2023-11-23
  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   62. Tak Ada Rahasia

    Hari Senin kembali datang menguji adrenalin. Liburan singkat akhir pekan kemarin tidak membuat ketenangan Cia terjamin. Dia kembali merasakan gelisah yang menyerang dengan rajin. Rasa pusing membuatnya sedikit membutuhkan kafein. "Kak Dika mau kopi? Aku mau ke pantri." "Nggak usah, Ci. Terima kasih." Cia berdiri dari kursinya. Ia sudah tidak kuat lagi menahan rasa berat di kepala. Dalam hati ia berdoa, agar sakit tidak menyerang tubuhnya. Baru saja ia bersenang-senang kemarin, lucu jika dia harus tumbang hari ini. Sepertinya perasaannya sangat peka dengan situasi yang sedang tidak baik saat ini. Selagi mengaduk kopi instannya, Cia membuka isi lemari pendingin. Dia mengecek makanan ringan milik Agam yang sudah tinggal sedikit. Ingatkan dia untuk memesannya pada pramukantor nanti. Sambil menghirup aroma kopi, Cia berjalan kembali ke mejanya. Namun langkahnya terhenti saat melihat wanita yang ia kenal. Tante Nana, wanita itu berkunjung ke kantor untuk yang kesekian kalinya. B

    Last Updated : 2023-11-23
  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   63. Gosip Menyakitkan

    Pagi ini Cia datang sedikit lebih lambat. Selain karena tidak bersemangat, tubuhnya juga belum sepenuhnya sehat. Ternyata dia memang terserang demam sehingga harus mengonsumsi obat. Jika bukan karena Agam, mungkin Cia tidak akan berpikir untuk berobat. Haruskah ia berterima kasih pada Agam? Karena jujur saja Cia sedang marah pada pria itu. Agam melupakan janjinya. Semalam pria itu tidak datang untuk menemaninya. Agam hanya mengirim banyak makanan yang berakhir di lemari pendingin. Cia tidak memakannya sama sekali. Rasa sakit serta kecewa telah melebur menjadi satu. Sebut saja dia manja. Cia membenarkannya karena yang ia butuhkan saat ini adalah sosok Agam di sampingnya. Cia butuh seseorang untuk bersandar. Harusnya Agam bisa melakukan itu untuknya. Sepatu berhak setinggi tujuh senti membuat Cia berjalan dengan hati-hati. Dia tidak mau terjatuh di tengah kondisi tubuhnya yang sedang tidak baik. Meskipun sedang sakit, tetapi Cia memilih untuk tetap bekerja. Selain karena tida

    Last Updated : 2023-11-25
  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   64. Surat Cinta

    Kehilangan semangat hidup memang menyedihkan. Itu yang Cia rasakan saat ini. Sebut saja ia berlebihan, Cia tidak peduli. Dia merasa berada di titik paling rendah dalam hidupnya. Yang lebih menyedihkannya lagi, Cia hanya sendiri. Terpuruk meratapi nasibnya yang seolah dihantam oleh masalah bertubi-tubi. Belum selesai dengan rencana perjodohan Agam, kemudian muncul gosip yang menyesakkan, lalu ditambah lagi dengan permintaan Tante Nana yang di luar dugaan. Wanita itu sudah mengetahui semuanya. Mengetahui jika Cia menjalin hubungan dengan anaknya. Setelah pembicaraan siang tadi, Cia pulang dengan air mata. Tidak peduli jika orang-orang akan menganggapnya gila. Selama makan siang berlangsung, Cia sudah berusaha menahan diri. Setelah terbebas, dia tidak bisa menahannya lagi. Air mata yang ia tahan pun tumpah. Bagaimana ia bisa tenang jika Tante Nana sendiri yang memintanya melepas Agam? Mengingat betapa baiknya wanita itu, rasa sungkan mulai menguasai hati Cia. Bahkan Tante Nana me

    Last Updated : 2023-11-25
  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   65. Lawan Terkuat

    Mata tajam itu menatap ponsel di tangannya dengan tatapan menerawang. Dari sorot matanya, terlihat jelas jika pria itu sama sekali tidak tenang. Terjebak pada pilihan yang tidak ia suka membuatnya bimbang. Situasi ini sontak membuatnya berang. Agam, pria itu sudah terbangun sejak subuh. Setelah melaksanakan kewajibannya, dia ke dapur untuk membuat minuman hangat. Setelah itu, Agam memilih untuk duduk di sofa sambil menunggu matahari terbit. Namun sayangnya ketenangannya sirna setelah membaca pesan dari adiknya. Kabar buruk. Agam mendapat kabar jika ayahnya masuk rumah sakit semalam. Dia memang sengaja mematikan ponselnya dari semalam demi menghindari panggilan dari keluarganya. Lalu pagi ini, setelah dia menyalakan ponselnya, banyak pesan masuk memberi kabar. Sedih? Tentu saja. Terkejut? Tentu saja. Namun itu tidak membuatnya segera bergegas untuk pergi. Ada seseorang yang tengah Agam jaga di sini. Seorang gadis yang ia cintai, gadis yang masih tertidur pulas di dalam ka

    Last Updated : 2023-11-25
  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   66. Sudah Terlalu Jauh

    Dengan membawa tumpukan berkas di pelukannya, Cia menunggu lift untuk terbuka. Sebenarnya dia bisa menggunakan lift khusus direksi seperti biasa, tetapi dia tidak mau melakukannya untuk saat ini. Cia tidak mau gosip yang beredar tentangnya semakin berkembang. Orang-orang memang tidak lagi menatapnya aneh, tetapi Cia tahu jika gosip tentangnya belum benar-benar mereda. "Mau gue bantu?" Cia menoleh dan tersenyum melihat keberadaan Ridho. "Nggak usah, terima kasih. Dari mana lo?" "Dari lobi ketemu Mama." Pintu lift terbuka dan mereka masuk. Beruntung tidak ada orang di sekitar mereka membuat Cia merasa nyaman dan aman. "Kenapa Nyokap lo ke sini?" Ridho menunjukkan cengiran konyolnya. "Anter vitamin. Gue lupa bawa tadi pagi." Cia meringis mendengarnya. Dia sudah terbiasa dengan hubungan anak dan ibu yang luar biasa itu. Bahkan kadang Cia merasa iri karena tidak merasakan perhatian yang sama karena ia begitu jauh dengan ibunya. "Gimana hari ini? Aman?" Cia paham maksud

    Last Updated : 2023-11-26
  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   67. Kemarahan Agam

    Sepertinya kesabaran Agam benar-benar diuji akhir-akhir ini. Yang lebih menyakitkan lagi, orang tuanya ikut berperan untuk memberikan beban berat di punggungnya. Sudah cukup Agam dibuat gila dengan permasalahan perusahaan. Namun sepertinya orang tuanya tidak mengerti dan kembali membebaninya dengan perjodohan konyol. Andai saja Pak Dandung tidak bercanda mengenai perjodohan, mungkin hal ini tidak akan terjadi. Jujur, Agam selalu menghindari konflik. Sialnya kali ini dia yang terjebak di dalamnya. Yang lebih menyedihkan, orang tuanya sendiri yang menempatkannya dalam posisi seperti ini. "Ada apa, Gam? Kenapa kamu datang malam-malam?" Suara lembut itu membuat Agam mendongak. Di tengah temaram cahaya lampu, Agam bisa melihat ibunya tengah menuruni tangga. Piyama panjang yang melekat menjadi tanda jika wanita itu bersiap untuk tidur atau bahkan sudah tidur. Agam sengaja meminta Bibi Ajeng untuk membangunkan orang tuanya. Agam tidak bisa menunggu pagi untuk bertemu mereka. Dia ti

    Last Updated : 2023-11-26

Latest chapter

  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   EKSTRA CHAPTER 6 - AKHIR SEMPURNA (TAMAT)

    Cia memasuki dapur dengan senyum lebar. Dia memelankan langkah kakinya agar tidak ada suara yang keluar. Dari belakang, matanya menatap Agam dengan jantung berdebar. Berniat mengejutkan suaminya yang tengah mengolah roti tawar. "Dor!" ucap Cia keras. Bukannya terkejut, Agam malah meliriknya santai. Membuat senyum Cia seketika luntur. Apa lagi saat pria itu kembali fokus pada masakannya. "Kok nggak kaget, sih?" tanya Cia memeluk Agam manja dari belakang. "Aroma parfum kamu sudah sampai duluan." Cia mencium tubuhnya dan mengangguk pelan. Benar juga, pagi ini dia merasa sangat segar sampai tanpa sadar menyemprot banyak parfum di tubuhnya. Cia mengedikkan bahunya dan kembali tersenyum. "Selamat pagi," ucapnya dengan bibir yang maju. Agam kembali menoleh dan menunduk, menyambut ciuman selamat pagi dari istrinya. Kegiatan romantis yang sudah menjadi kebiasaan mereka setelah menikah. "Kak Agam masak apa?" "Sandwich," ucap Agam sambil menyuapkan tomat ceri ke mulut istriny

  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   EKSTRA CHAPTER 5 - NGIDAM DADAKAN

    "Ke kiri dikit." "Ke kanan, Kak." "Itu agak miring." "Ih, terlalu ke bawah." "Nah, itu udah pa— aduh, belum. Masih miring." Agam menghela napas pelan. Dia menatap istrinya dengan sabar. Agam tidak mau berucap yang tidak-tidak pada istrinya yang tengah hamil besar. Bisa-bisa keadaan akan langsung berbalik. Wanita itu yang akan kembali mengomel. "Di lihat dulu. Posisi mana yang kamu mau?" "Ke kanan dikit." "Gini?" tanya Agam menggeser posisi pigura yang akan ia pajang. "Nah, pas!" Cia bertepuk tangan senang. Agam pun lega. Dia turun dari tangga dan berdiri di samping istrinya. Ikut menatap empat buah foto yang terpajang di ruang tengah mereka. Foto maternity yang terlihat begitu indah. Jangan pikir jika Cia yang menginginkan pemotretan itu. Justru Agam yang mengusulkannya. Baginya, setiap momen penting memang harus diabadikan. "Ada yang lupa." Cia mengambil sebuah kertas dari saku bajunya. "Kak Agam punya pigura lagi, nggak?" Tanpa menjawab, Agam mengambil pigu

  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   EKSTRA CHAPTER 4 - HARI BAHAGIA

    Suara ketukan pintu kamar hotel terdengar. Cia menoleh dengan dahi berkerut. Tangannya bergerak menutup mulutnya rapat. Berusaha menahan suara aneh yang keluar dari sana. Ketukan kembali terdengar. Cia menatap Agam dengan gelengan pelan. Namun sayang, pria itu mengabaikannya. Semakin bergerak cepat di atas tubuhnya. "Kak?" bisik Cia tertahan. Matanya terpejam merasakan sensasi yang menyenangkan. Berhenti memang bukan hal yang diinginkan Agam dan Cia. Mereka hanya tinggal menunggu puncaknya saja. Namun ketukan pintu memberi sensasi yang berbeda. Seketika gerak Agam mulai tergesa. Membuat Cia pasrah di bawah tubuhnya. "Agam? Cia? Kalian masih tidur, Nak?" Cia kembali membuka mata. Dia menggeleng pada suaminya. Tidak menyangka jika ibu mertuanya yang datang. Agam masih mengabaikan ketukan itu. Dia menatap wajah istrinya lekat. Sampai akhirnya dia menggeram dan jatuh di atas tubuh Cia. "Kayaknya kita telat," bisik Cia terengah. Dengan malas, Agam bangun dan menarik Cia a

  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   EKSTRA CHAPTER 3 - MAKAN MALAM ISTIMEWA

    Perjalanan Agam dan Cia pulang ke Jakarta berlangsung cukup melelahkan. Selain karena kurang tidur, tenaga yang ada seolah hanya tertinggal sisa-sisa saja. Bahkan mereka hampir terlambat terbang tadi pagi karena kesiangan. Apa lagi jika bukan karena ulah Agam. Pria itu seolah tidak membiarkan Cia bersantai meski sejenak. Dia seperti tak kenal lelah semalam. Membuat Cia hanya bisa pasrah dalam rengkuhan. Dalam bayangan Cia saat ini, tempat tidur adalah hal yang ia damba. Pasti rasanya begitu nikmat merebahkan diri di sana. Tidur di pesawat memang sedikit mengurangi rasa lelahnya, tetapi tetap rasanya tidak senyenyak saat di tempat tidurnya. Beruntung Dika bersedia menjemput mereka di bandara. Ini lebih nyaman dari pada menggunakan taksi. Setidaknya baik Agam dan Cia bisa memejamkan mata sejenak. Membiarkan Dika menjadi supir pribadi mereka untuk kali ini saja. "Febi nggak ikut, Kak?" tanya Cia memeluk lengan Agam dan menyandarkan kepalanya di sana. "Nggak bisa izin, habis ken

  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   EKSTRA CHAPTER 2 - KEJUTAN HARI TERAKHIR

    Angin laut yang berhembus bergerak menerbangkan rambut seorang gadis yang tak terikat. Sengaja rambut panjang itu diurai untuk menghalangi sinar matahari yang lumayan menyengat. Namun meski begitu, panasnya matahari tidak membuatnya berlindung dengan cepat. Gadis itu justru menikmati momen bersama suaminya dengan hangat. Saat ini Agam dan Cia sudah berada di Sumba, di salah satu villa cantik yang telah Agam siapkan. Sudah tiga hari mereka di sana, dan hari ini adalah hari terakhir mereka sebelum kembali ke Jakarta besok pagi. Jangan tanya bagaimana bulan madu mereka berjalan. Menyenangkan tentu saja. Namun ada satu hal yang membuat kesenangan mereka tidak sempurna, yaitu keintiman yang ada. Meski begitu, Cia tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik pada suaminya. Malu tentu masih terasa. Namun semua itu tertutupi oleh rasa bersalahnya. Tidak ada yang bisa mereka perbuat selain menundanya. "Nanti kirim laporannya ke email. Biar saya cek." Agam mengakhiri panggilannya dan

  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   EKSTRA CHAPTER 1 - GAGAL HONEYMOON

    Jantung itu masih berdebar kencang. Menciptakan momen aneh yang begitu tegang. Seharusnya setelah resepsi selesai, perasaannya bisa lebih tenang. Bukannya demikian, aura di sekitar malah terasa semakin menantang. Di lorong hotel, hanya terdengar suara langkah kaki. Suara nyaring itu keluar dari sepatu Cia yang berhak 10 senti. Di belakangnya, Agam terlihat mengikuti. Mengawasi langkahnya yang terlihat tertatih. Akibat lelah karena acara resepsi. Tidak ada lagi pihak wedding organizer yang menemani. Acara sudah benar-benar selesai. Setelah berganti pakaian, baik Cia dan Agam kembali ke kamar mereka hampir dini hari. Tubuh lelah tentu mendominasi. Namun percayalah, hati Cia tidak memikirkan hal itu saat ini. Ada hal yang lebih menegangkan akan terjadi dan itu adalah pertama kalinya ia alami. Malam pertama. Ah, jantung Cia benar-benar berdebar. Dia bertanya-tanya, apa Agam merasakan hal yang sama? "Yang lain di kamar mana, Kak?" tanya Cia menunggu Agam membuka pintu kamar mer

  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   89. Bahagia Bersama (Selesai)

    Selama dua bulan Cia dan Agam disibukan dengan persiapan pernikahan. Selama dua bulan juga Cia dan Agam sering berdebat karena perbedaan pendapat. Selama dua bulan pula banyak huru-hara yang terjadi di antara mereka. Namun dalam dua bulan juga, mereka dibuat sangat mantap dengan keputusan yang mereka ambil. Yaitu, pernikahan. Tidak ada yang menduga jika momen istimewa ini akan terjadi. Tidak ada yang menduga juga jika mereka berdua bisa melalui semua rintangan yang ada. Dan tidak ada yang menduga pula jika keduanya akan bersatu di pelaminan. "Sah!" Cia memejamkan mata erat begitu suara saksi terdengar sangat lantang. Rasa haru mulai ia rasakan. Namun sebisa mungkin Cia tidak ingin menangis. Riasan wajahnya sudah sangat cantik dan Cia tidak mau merusaknya. "Cium-cium!" Suara siapa lagi jika bukan si bungsu Febi. Membuat Cia menoleh pada pria di sampingnya. Rasa panas mulai menjalar ke wajahnya. Demi apapun, dia malu jika harus menatap mata Agam secara langsung. Menatap ma

  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   88. Buah Kesabaran

    Suara pintu yang terbuka dan tertutup secara perlahan membuat Cia membuka mata. Dia sudah bangun sejak subuh, hanya saja dia kembali berbaring sebelum matahari benar-benar muncul. Di dalam kegelapan, Cia bisa melihat siluet seorang gadis yang tengah berjalan mengendap. Febi, sahabatnya itu sudah bangun. Cia melirik Agam yang masih tertidur. Dengan hati-hati dia bangun dan mengikuti ke mana Febi pergi. Dia melihat gadis itu membuka pintu apartemen, bersiap untuk pergi. "Mau ke mana?" tanya Cia berbisik. Febi terlihat terkejut. Tubuhnya menegang dan ia berbalik dengan hati-hati. Dia menghela napas kasar saat hanya melihat Cia. "Gue mau pulang." Cia melipat kedua tangannya di dada. Tidak percaya dengan ucapan Febi. Karena sahabatnya itu berbicara tanpa menatap matanya. "Gue mau liat Kak Dika. Please, jangan kasih tau Kak Agam." Akhirnya Febi mengaku. Cia menghela napas kasar. "Kak Agam bisa marah kalau tau." "Tolong, Ci. Gue kepikiran Kak Dika. Wajahnya babak belur se

  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   87. Rencana Pernikahan

    Berita tentang hubungan Agam dan Cia kembali menjadi perbincangan. Kali ini bukan lagi rumor belaka, melainkan benar adanya. Foto yang diunggah oleh Febi Mahadita adalah sumbernya. Potret lamaran yang sangat mengejutkan karena dilakukan secara tiba-tiba. Namun percayalah, tidak ada kabar buruk di balik semuanya. Baik Agam dan Cia hanya ingin cepat bersama. Cia sendiri juga tidak lagi peduli dengan rumor yang beredar tentangnya. Toh, dia juga sudah tidak bekerja untuk Agam. Yang terpenting, rumor itu juga tidak benar. Diterpa berbagai masalah membuat Cia sadar. Jika terus mendengarkan perkataan orang lain, hidup tidak akan bisa tenang. Seperti kata Agam, kita tidak bisa mengontrol pikiran orang lain. Karena itu, Cia sebisa mungkin tidak memedulikan kabar buruk tentang dirinya. Yang terpenting adalah orang-orang terdekat tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tiga hari setelah acara lamaran, Cia kembali ke Jakarta. Mulai sekarang dia akan disibukkan dengan rencana pernikahan. Ternyat

DMCA.com Protection Status