Seperti biasa sambil menunggu guru jam pelajaran pertama datang menuju kelas suasana kelas menjadi sangat ramai seperti pasar Senin. Ada yang menyapu kelas, berjoget tak jelas didepan hp, ber-selfi ria, dan juga ada si terlihat rajin yang sedang menyalin PR teman sebangkunya.
Di pojok kelas trouble maker ini berada, jangan lupakan satu makluk lainnya, Evan. Raka duduk di meja sembari bernyanyi dengan nada tinggi membuat sebagian anak menutup telinganya rapat-rapat, sedangkan Deva dan Evan mereka menabuh meja yang Raka duduki, mereka bertiga bak band dadakan yang sedang konser di kelas ini.
"Kumenangis membayangkan betapa kejamnyaaa dirimu ..." teriak Raka dengan napas yang tak teratur.
"Halah fakboy kok kumenangis-kumenagis sok!" cibir Dirga sambil melirik ke arah Raka.
Raka tak mengiraukan omongan Dirga ia malah melanjutkan nyanyiannya, kali ini lebih keras membuat seluruh siswa kaget, spontan menutup telinga mereka dan melempar Raka dengan bola kertas.
"KUMENANGISSSSS MEMBAYANGKAN BETAPAAA KEJA---" Nyanyian Raka terpotong refleks ia turun dari meja, melirik bu Windy yang sudah berada di dalam kelas, tepatnya di depan papan tulis.
"Masuk Gre sini," Perintah bu Windy kepada gadis yang sudah berdiri di ambang pintu, membuat seisi kelas menatap ia bingung.
Gadis itu langsung masuk netra ia tertuju pada Raka yang duduk di bangku pojok, Raka mengedipkan mata genitnya ke arah Greesa tapi tak di hiraukan gadis ini ia langsung menghampiri Bu Windy dan berdiri di sebelahnya.
"Selamat pagi wahai murid-muridku tercinta, hari ini kalian kedatangan teman baru," ucap bu Windy sambil mempersilahkan Greesa untuk berkenalan.
"Hei!" sapa Greesa membuka perkenalannya.
"Hallo!" jawab serempak murid menjawab.
"Hallo cantik!" jawab Raka sedikit berteriak agar terlihat jelas jawabannya beda sendiri di antara teman lain.
"Wihh playboy mode on nih!" seru Deva sembari menepuk bahu Raka.
Suara Deva berhasil membuat seisi kelas mengalihkan pandangannya pada dia dan Raka tak terkecuali Bu Windy dan Greesa, Raka hanya terkekeh dan melirik kearah Deva beberapa detik.
"Raka ganteng-ganteng playboy ya ternyata," ucap Bu Windy.
"Wah Bu Windy mah ketinggalan kereta, dia playboy cap kapak Bu!" seru Deva.
"Udah kalian ini se-frekuensi gak usah debat," cengir bu Windy.
"Bu Windy mah suk---" ucap Deva, namun terpotong karena Bu Windy sudah terlebih dahulu melanjutkan pembicaraanya ke topik utama.
Pandangan makhluk kelas ini pun kembali tertuju pada Bu Windy dan Greesa.
"Biar Ibu saja yang melanjutkan ya Gre," ucap Bu Windy.
Greesa tersenyum dan menganggukkan kepalanya meruti perintah Bu Windy, di sisi lain ia juga masih sedikit canggung jika memperkenalkan diri terlebih si Raka yang dari tadi menatap ke arahnya membuat Greesa risih.
"Wahai muridku yang budiman ini Greesa Aruna Daneswara, kalian bisa memanggilnya Greesa, dia pindahan dari SMA Tunas Negeri di Jakarta, alasan ia pindah ke Bandung karena ayahnya seorang tentara dan harus bertugas di sini." Jelas bu Windy.
"Mati lo Rak anak tentara dia!" ucap Deva kepada Raka yang mungkin hanya terdengar mereka berdua saja.
"Yeu! gue dah denger anjir!" balas Raka.
"Sialan lo! Dasar Rak sepatu!" Deva mengepalkan tangannya di udara, hendak memukul Raka namun dengan cepat Raka mengeluarkan jurus wajah kasihannya.
Niat Deva ingin menjelaskan kalo Greesa ini susah di deketin karena kebanyakan anak tentara pasti di larang pacaran atau kalau tidak harus mengikuti seleksi terlebih dahulu dengan Ayah Greesa, namun terhalang oleh jawaban mengesalkan Raka.
"Silahkan Greesa bisa duduk di sebelah Evan," ucap Bu Windy sambil menunjuk kearah bangku kosong di sebelah Evan.
"Baik, Bu. Terimakasih," ucap Greesa ia bergegas menuju bangku sebelah Evan.
"Oke anak-anak saya ada info menyedihkan buat kalian," ucap Bu Windy.
"Apaan tuh, Bu?" balas Dirga dengan rasa ingin tahu.
"KBM matematika hari ini libur dulu karena saya ada rapat dengan kepala sekolah jadi kalian bisa belajar mandiri tanpa saya ya!" ucap bu Windy.
"Ini mah info paling membahagiakan bu!" seru Raka.
Bu Windy dan murid lainnya terkekeh mendengar jawaban Raka, cowok ini memang menyebalkan dan suka bikin keributan di kelas tapi kalau tidak ada dia suasana kelas menjadi sepi seperti kuburan.
Drrrttt!
Suara ponsel Bu Windy berbunyi ia tak langsung mejawabnya, "Selamat tinggal murid-muridku tercinta Ibu negara sudah mendapat panggilan tugas, bye!" ucap bu Windy sembari menjawab telpon dan meninggalkan kelas dengan lambaian tangan.
Guru Matematika yang satu ini memang unik tidak seperti guru Matematika biasanya yang sangat killer dan susah bercanda semua di bawa serius, tapi kalau sama bu Windy mah semua di bawa santuy.
Suasana kelas menjadi seperti semula sebelum ada Bu Windy, ya maksudnya pasar Senin.
"Lo keluar sekarang gih sekalian ajak Evan." Bisik Raka ditelinga Deva.
"Woi, Pan. Kantin kuy!" seru Deva dengan gercep sembari mengedipkan mata kirinya ke arah Evan.
Evan pun langsung peka ia beranjak keluar bersama Deva menuju kantin, mereka terlihat berangkulan dan berbisik entah apa lalu berbalik dan menatap Raka.
"Semangat nyet!" ucap Deva di lanjutkan acungan kedua jempol Evan.
Raka gercep menuju bangku sebelah Gressa yang terlihat sedang memainkan ponselnya dan langsung duduk di sebelahnya membuat gadis yang tengah memainkan ponselnya nya ini sedikit terkejut.
"Saya Affandra Raka Praditya bisa di panggil Raka, Andra, Adit. Kalo ribet mau manggil yang mana panggil Sayang juga boleh kok!" seru Raka dengan PD tingkat dewa, ia menjabatkan tangannya ke arah Greesa.
"Mm aku Greesa," ucap Greesa ia hanya membalas jabatan dari Raka dengan wajah flat.
"Iya udah tau kok Sa," balas Raka sambil tersenyum menggoda gadis di hadapannya ini.
Raut muka Greesa menghadap Raka dengan tenang meski jawaban dari Raka terlihat menyebalkan Greesa kembali menatap layar ponselnya seolah tak menganggap Raka yang duduk disebelahnya ini, suasana diantara mereka menjadi hening.
"Sa gue mau tanya," ucap Raka memecah keheningan.
"Hm?" jawab Greesa singkat.
"Abjad dimulai dari apa Sa?" tanya Raka random.
"ABC," jawab Greesa tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya.
"Kalo angka dari berapa dulu?" lanjut Raka.
"123," jawab Greesa.
"Kalo lagu dimulai dari apa sa?" Raka kembali bertanya.
"Do re mi lah, lo gabut atau gimana sih? pertanyaan anak TK lo tanyain ke gue!" sentak Greesa dengan raut muka kesal.
Raka takjub sekaligus merasa lucu mendengar jawaban panjang Greesa ya walaupun dengan muka kesal, tapi dia terlihat lucu bagi Raka.
"Kalo cinta di mulai dengan aku dan kamu Sa," seru Raka dengan PD selangit.
Greesa melirik tajam Raka yang sedang kegirangan tapi Greesa tak menghiraukan ini, seolah gombalannya barusan terdengar receh di telingaanya.
Gila nih cowok! batin Greesa berucap.
"Sa ke kantin yuk!" Ajak Ara--teman Greesa sedari tadi memperhatikan Greesa dan Raka tepat di belakang bangku mereka.
Ara ini teman SMP Greesa waktu di Jakarta ia pindah ke Bandung, Ayah dan Ibunya meninggal karena kecelakaan dulu, Ara anak tunggal ia merasa tidak punya siapa-siapa lantas berniat pindah ke Bandung untuk tinggal bersama Neneknya.
Tanpa menjawab Greesa langsung berdiri dan mengangguk ke Ara menyetujui ajakannya, mereka berdua pun pergi meninggalkan kelas, Raka menatap Ara kesal.
"Kehed di gombalin malah ninggal, untung cantik!" umpat Raka.
(Sialan)
Raka pun ikut berdiri dan pergi ke kantin menyusul kedua sahabatnya yang pasti sedang menggoda Mbak Ririn dikantin.
***
"Hello cantik!" sapa Raka kepada Greesa yang terlihat sedang menunggu sesuatu atau seseorang.
Greesa hanya melirik sebentar ke arah Raka tanpa menjawab sapaan-nya.
"Kabeneran sabar urang mah," celetuk Raka sambil mengusap dadanya.
(Untung sabar aku ini)
"Lagi nunggu jemputan ya sa?" ucap Raka kembali.
"Iya." jawab Greesa dingin.
"Siapa? Kalau lama sama aku saja yuk!" ajak Raka.
"Mama. Nggak makasih," tolak Greesa.
"Oke sama-sama sa," jawab Raka seraya terkekeh.
Greesa membalikkan tas kedepan membuka resleting tasnya, tangannya sibuk mencari ponsel yang terselip di antara buku-buku lalu mengambilnya dengan cepat, ia berniat menelfon mamanya namun tidak mendapat balasan. Secepatnya ia mencoba mengirim pesan.
Mama
Terakhir dilihat hari ini pukul 15.01Greesa
Mah masih lama jemputnya ya? |Yah gak on. |Mama
| Otw tuan putri.Greesa
Cepet mah keburu ngantuk. |Mama
| Meluncurr."Serius amat neng liat hpnya chat sama kabogohna pasti!" seru Raka.
(Pacarnya)
"Ha?" jawab Greesa bingung. Ia tidak paham bahasa Bandung.
"Alhamdullilah ada peluang gue!" teriak Raka.
"Ngomong apa sih nggak jelas!" batin Greesa.
Greesa hanya melirik kearah Raka tak memperdulikan omongannya, celingukan ke kiri dan kanan arah jalan. Menunggu mamanya datang, ia malas berurusan dengan cowok seperti Raka.
"Ayo sama gue, Sa. Daripada lo nginep di depan gerbang malam ini kan gak lucu," tawar Raka kembali.
"Gak mama lg otw!" tolak Greesa.
"Widihh galak bener neng" ucap Raka.
Raka ikut menunggu mama Greesa yang katanya mau jemput, ia ingin memastikan benar mama Greesa yang jemput atau pacarnya.
"Kok lo gak pulang?" tanya Greesa.
"Tak tahu arah jalan pulang. Aku tanpamu butiran debu," jawab Raka sembari bersenandung.
Greesa menarik napas panjang, dia dibuat kesal kembali dengan cowok gila ini.
"Eh kok cem---" ucap Raka terpotong, ia melirik ke arah mobil Toyota Fortuner berwarna putih yang berhenti didepan mereka, kaca mobil ini terbuka.
"Ini mobil mama kamu, Sa?" tanya Raka.
"Ya! gue duluan," ucap Greesa sembari membuka pintu, menaiki mobil dan duduk disamping mama nya.
"Kamu temen Greesa ya?" tanya Devi.
"Bukan, saya calon mantu mamanya Greesa," ucap Raka dengan PD-nya.
"Gila!" gumam Greesa.
Devi terkekeh mendengar jawaban Raka, "Bisa aja kamu, masih SMA udh bicara soal mantu."
"Hehe maaf tante," balas Raka sembari mengalihkan pandangan ke Greesa.
Greesa merasa risih karena terus diperhatikan oleh Raka.
"Ayo mah!" ajak Greesa.
"Tante duluan ya," ucap Devi ramah.
"Iya, Tan. Hati-hati," jawab Raka dengan senyum ramahnya.
Devi menyalakan mesin mobilnya, menutup kaca jendela mobil dan melaju pergi meninggalkan Raka.
"Yah ogeb lupa belum kenalan sama camer!" ucap Raka kesal sembari menepuk jidatnya.
Raka segera berjalan menuju parkiran untuk mengambil motornya, dia melihat Deva sedang duduk di motornya sambil berkaca di spion motor kesayangannya.
"Woi ngapain lo disini nyet pake ngaca di spion motor gue lagi!" ucap Raka membuat Deva terkejut.
"Gak usah bikin gue kaget bisa gak si anjir!" protes Deva.
"Lagian lo lama banget keluarnya biasanya juga paling awal sebelum bel pulang malah!" celoteh Deva kembali.
"Silaturrahmi sama camer dulu bentar," jawab Raka.
Deva berniat tanya kepada Raka tapi urung karena pasti jawaban tak masuk akal yg didapatnya.
Deva kembali berkaca di spion motor Raka sambil menata rambutnya, "Btw, Rak sepatu gue ganteng juga ya!" ucap Deva dengan PD.
"Yaiyalah lo ngaca di spion motor orang ganteng, pasti gantengnya nular!" balas Raka.
"Bacot lu! Ayo pulang!" omel Deva.
"Cerewet lu nebeng aja ribet!" protes Raka.
"Udah cepet gak usah banyak bacot bangor aing!" balas Deva.
(Kesel Aku)
Brukkk! Greesa melemparkan tasnya ke lantai. Menjatuhkan tubuhnya terlentang di kasur sembari menatap kosong langit-langit kamarnya yang dibalut dengan lukisan awan, burung dan matahari. Kamar Greesa terlihat seperti pemandangan di pagi hari terlebih cat kamarnya berwarna biru cerah. "Gimana hari pertama di sekolah baru, Sa?" tanya Devi yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya. "B aja mah," ucap Greesa. "B aja yg gimana maksudnya? Kamu ini kebiasaan ngasih jawaban buat orang mikir dua kali," protes Devi. "Ya b aja mah, dibilang seneng ya nggak, dibilang gak seneng ya nggak juga, intinya lumayanlah," jelas Greesa. "Oh gitu," ucap devi sambil menyentuh ujung hidung anaknya ini. "Eh, Sa. Cowok tadi siapa namanya? Kok lucu sih dia," lanjut Devi. "Yang mana?" tanya Greesa pura-pura tidak tahu. "Yang tadi ikut nu
Raka melirik kearah pergelangan tangannya melihat jam tangan yang menunjukkan pukul 06.58 yang artinya kurang dua menit lagi bel masuk di sekolahnya berkumandang dan dia masih berada di warung Mbok Yen yang berjarak kurang lebih satu kilometer dari sekolahnya.Di sini tempat Raka nongkrong bersama jajaran anak-anak dari sekolah lain. Biasanya Raka membawa dua sahabatnya ikut kesini untuk sarapan maupun nongkrong sepulang sekolah, tapi hari ini dua sahabatnya sudah lebih dulu sarapan dirumah.Raka kembali melirik kearah pergelangannya, sekarang menunjukkan pukul 07.00 tepat! Gawat gimana jika gerbang sekolah sudah ditutup oleh Pak Doyok? Bisa-bisa Raka harus masuk melewati jalan pintas. Raka merogoh saku jaketnya mengambil ponsel membuka salah satu aplikasi dan mengirim pesan di grup.Katokama(Ka
Hari ini adalah hari yang sangat menyebalkan bagi gadis berwatak dingin tapi berparas manis ini, bagaimana tidak? Untuk ketiga kalinya dia harus pindah sekolah hanya karena urusan pekerjaan ayahnya yang seorang abdi negara. Ya! Tentara."Sial! Tiga kali gue pindah sekolah gimana mau adaptasi kalo pindah-pindah gini?" gumam gadis ini sambil menatap kosong kaca mobilnya."Mama tau kok kamu pasti kesel yang sabar ya, ini sudah menjadi keharusan. Papamu seorang tentara yang harus rela pindah-pindah demi urusan negara," ucap wanita ini sambil memegang pundak kepala putrinya, ia berusaha menenangkan pikiran gadis ini.Suasana dalam mobil pun hening. Gadis itu tidak menjawab omongan Mamanya dia terus memandangi kaca mobilnya memperhatikan setiap kendaraan yang melewati di sebelah mobilnya, hanya ada suara klakson dan kecohan burung di pagi hari. Untung saja jalanan renggang tida
Raka melirik kearah pergelangan tangannya melihat jam tangan yang menunjukkan pukul 06.58 yang artinya kurang dua menit lagi bel masuk di sekolahnya berkumandang dan dia masih berada di warung Mbok Yen yang berjarak kurang lebih satu kilometer dari sekolahnya.Di sini tempat Raka nongkrong bersama jajaran anak-anak dari sekolah lain. Biasanya Raka membawa dua sahabatnya ikut kesini untuk sarapan maupun nongkrong sepulang sekolah, tapi hari ini dua sahabatnya sudah lebih dulu sarapan dirumah.Raka kembali melirik kearah pergelangannya, sekarang menunjukkan pukul 07.00 tepat! Gawat gimana jika gerbang sekolah sudah ditutup oleh Pak Doyok? Bisa-bisa Raka harus masuk melewati jalan pintas. Raka merogoh saku jaketnya mengambil ponsel membuka salah satu aplikasi dan mengirim pesan di grup.Katokama(Ka
Brukkk! Greesa melemparkan tasnya ke lantai. Menjatuhkan tubuhnya terlentang di kasur sembari menatap kosong langit-langit kamarnya yang dibalut dengan lukisan awan, burung dan matahari. Kamar Greesa terlihat seperti pemandangan di pagi hari terlebih cat kamarnya berwarna biru cerah. "Gimana hari pertama di sekolah baru, Sa?" tanya Devi yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya. "B aja mah," ucap Greesa. "B aja yg gimana maksudnya? Kamu ini kebiasaan ngasih jawaban buat orang mikir dua kali," protes Devi. "Ya b aja mah, dibilang seneng ya nggak, dibilang gak seneng ya nggak juga, intinya lumayanlah," jelas Greesa. "Oh gitu," ucap devi sambil menyentuh ujung hidung anaknya ini. "Eh, Sa. Cowok tadi siapa namanya? Kok lucu sih dia," lanjut Devi. "Yang mana?" tanya Greesa pura-pura tidak tahu. "Yang tadi ikut nu
Seperti biasa sambil menunggu guru jam pelajaran pertama datang menuju kelas suasana kelas menjadi sangat ramai seperti pasar Senin. Ada yang menyapu kelas, berjoget tak jelas didepan hp, ber-selfi ria, dan juga ada si terlihat rajin yang sedang menyalin PR teman sebangkunya. Di pojok kelas trouble maker ini berada, jangan lupakan satu makluk lainnya, Evan. Raka duduk di meja sembari bernyanyi dengan nada tinggi membuat sebagian anak menutup telinganya rapat-rapat, sedangkan Deva dan Evan mereka menabuh meja yang Raka duduki, mereka bertiga bak band dadakan yang sedang konser di kelas ini. "Kumenangis membayangkan betapa kejamnyaaa dirimu ..." teriak Raka dengan napas yang tak teratur. "Halah fakboy kok kumenangis-kumenagis sok!" cibir Dirga sambil melirik ke arah Raka. Raka tak mengiraukan omongan Dirga ia malah melanjutkan nyanyiannya, kali ini lebih keras membuat seluruh s
Hari ini adalah hari yang sangat menyebalkan bagi gadis berwatak dingin tapi berparas manis ini, bagaimana tidak? Untuk ketiga kalinya dia harus pindah sekolah hanya karena urusan pekerjaan ayahnya yang seorang abdi negara. Ya! Tentara."Sial! Tiga kali gue pindah sekolah gimana mau adaptasi kalo pindah-pindah gini?" gumam gadis ini sambil menatap kosong kaca mobilnya."Mama tau kok kamu pasti kesel yang sabar ya, ini sudah menjadi keharusan. Papamu seorang tentara yang harus rela pindah-pindah demi urusan negara," ucap wanita ini sambil memegang pundak kepala putrinya, ia berusaha menenangkan pikiran gadis ini.Suasana dalam mobil pun hening. Gadis itu tidak menjawab omongan Mamanya dia terus memandangi kaca mobilnya memperhatikan setiap kendaraan yang melewati di sebelah mobilnya, hanya ada suara klakson dan kecohan burung di pagi hari. Untung saja jalanan renggang tida