Share

Aku menjauh

last update Last Updated: 2021-11-24 14:06:09

Beberapa hari setelah pulang dari Rumah sakit, aku mulai melakukan aktifitas seperti biasa. Aku mulai sekolah seperti biasa. Entah kenapa terasa beda, aku seperti orang asing di depan Mey dan Dini. Biarlah, aku masih punya ilma.

Kali ini Hendi benar-benar menjauh. Ia tak lagi mengirimiku pesan, tak ada lagi tanda hati ataupun jempol darinya dipostinganku. Ini yang terbaik daripada aku kehilangan teman temanku.

Kali ini guru bahasa Indonesia menyuruh kami memeperagakan percakapan sebuah drama. 

"Nayra, kamu maju peragakan sebagai peran utamanya" tunjuk guru wanita

"T-ta-ta-pi bu" aku tergagap tak siap

Anak-anak lain hening, cukup lama mereka menungguku

"Biar saya saja bu" potong Hendi cepat

Aku gugup, jantungku tak karuan. Bagaimana bisa aku memperagakan adegan drama dengan Hendi di depan kelas. Sementara Mey duduk persis di hadapan kami. Wajahku memucat,

"Ayo Mey maju" sela Hendi

Mei tersenyum bungah, mendekat pada Hendi dengan hati yang penuh bunga. Sangat  senang kelihatannya.

 

Deeggg

Seketika lamunanku remuk. Aku terlalu percaya diri. Apa yang aku bayangkan sangat jauh dari kenyataan. Justru aku yang harus melihat pemandangan yang tak ku sukai. 

Tubuhku terasa panas. Cuaca dingin karena mendung tak lantas membuat sejuk. Beberapa kali aku menundukkan pandangan tapi tetap saja telingaku mendengar apa yang mereka perankan. Sebenarnya hanya peran tapi tampak lebih menakutkan dari kenyataan.

ilma menendang kecil kakiku. Kepalanya menggeleng saat aku meliriknya. Tiba-tiba ponselku bergetar. Kubuka pelan agar guru di depan tak mengetahui.

"Mey sama Hendi udah balikan" isi pesan itu.

Kulirik Dini dan aku tersenyum mengangguk. Baguslah, aku tak lagi di salahkan oleh perasaan itu lagi, lega. Seharusnya seperti itu. Tapi kenyataannya aku harus menekan nafasku dalam-dalam menerima kenyataan Hendi memilih mey.

"Tapi bukankah itu permintaanku?" Pikirku

Aku memutuskan mengunci semua akses kontak Hendi. Nomer ponsel, Media sosial dan lainnya. Aku memblokirnya. Itu lebih baik, agar Mey dan Dini percaya aku tak akan mengganggu Hendi. Lagipun, Hendi sudah mulai tak memantauku. 

***** 

Aku menginap di rumah ilma. Hanya di rumah ilma aku merasa nyaman dibanding Dini atau Mey. Di rumah Mey aku kikuk karena ia merupakan anak orang berada. Aku merasa tak bebas, gerak dan omonganku serba terbatas. Terlebih sikap orang tua Mey sangat kaku.

Sedang di rumah Dini, aku tak nyaman dengan orang tuanya yang selalu bertengkar.

Sebenarnya ada hal lain. Rumah ilma melewati rumah Hendi. Jadi aku bisa saja melihatnya ketika melintas. Aahh!! Pikiran bodoh apa ini?

Tok tok tok

 

Seseorang mengetuk pintu kamar ilma. Tak lama, seseorang masuk setelah aku dan ilma persilahkan. Ternyata ibu ilma, biasa aku memanggilnya bu dhe Nani

" Nay ini ada surat" kata bu dhe Nani

"Dari siapa bu dhe?" Aku penasaran

"Nggak tau, tadi si Arif yang ngasih. Tapi pas bu dhe tanya dari siapa dia bilang nggak tau" terang bu dhe Nani

"Nay, memelihara perasaan yang terpaksa itu tidak baik. Jika memutuskan untuk melepas yaa lepaskan. Jika memilih untuk bertahan yaa pertahankan" kata bu Dhe nani lagi

 

Aku dan ilma saling memandang heran. Dan kebetulan mengangkat bahu bersamaan. Ibu ilma itu seperti paham apa yang aku rasakan.

"Ibumu koq tau?"tanyaku pada ilma

"Ibuku kan dukun!" Canda ilma nyaris tanpa tertawa

"Ibu denger loohh" jawab bu dhe dari balik pintu, disusul gelak tawa kami berdua.

Aku membuka surat dan membaca isinya.

" Assalamu'alaikum Nay, saya tau kita sudah berakhir. Tapi apa salah saya ingin tau keadaanmu? Apa salah ku, Nay? Tolong jangan blokir nomor ponselku. Jangan blokir media sosialku. Hanya itu caraku melihat keadaanmu. Surat ini tidak perlu dibalas. Wassalamu'alaikum, Hendi"

"Hendi??? " ilma terbelalak lalu mentapaku dengan senyum meledek

“Rumit amat kisah kalian ya?” ledeknya

“apaan sih?” jawabku cemberut

Entah apa yang diinginkan laki-laki itu. Aku ini diibaratkannya seperti layang-layang yang seenaknya saja bisa dia tarik ulur sesuka hati.

Tapi pada sisi lain, Sebegitunya Hendi sampai rela menuruti kemauan Nay untuk kembali dengan Mey, tapi ia pun enggak melepas Nay.

Aku bingung, ekspresi apa yang harus keluar dari wajah. Aku senang Hendi tetap ingin tau kabarku. Tapi aku takut Mey salah paham. 

"Gimana ya il?" Tanyaku meminta pendapat

"Menurut aku sih, kamu nggak usah blokir Hendi. Dia nggak salah, Mey sama dini yang sebenernya salah. Salah pada pendapat mereka sendiri" jawab ilma

"Tapi inget, kamu nggak perlu membalas pesan apapun dari dia" lanjutnya.

“makasih ya il, kok aku ngrasa Cuma kamu ya sahabatku. Dini yang  sedari kecil ku kenal sekarang seperti menjauhiku dan justru selalu memihak Mey. Sedang Mey kau tau sendiri lah il” 

Ilma hanya tersenyum lalu memelukku. Sejak saat itu, aku dan Hendi kembali berkabar dalam media.

"Alhamdulillah" tulisku pada sebuah postingan berlampir fotoku dan ilma.

Tak lama muncul postingan baru pada berandaku

Hendi pradipta

"semoga Alloh selalu menjaga" 

Postingan Hendi dengan foto terbarunya. Entah mengapa setiap postingan kami selalu seperti bersahutan. Sederhana tapi berkesan dengan cara kami berkabar. 

 

Sebenarnya cara kami ini cukup jahat. Tapi rasanya sulit melepas Hendi begitu saja. Biar sajalah, toh Mey lah yang sekarang menjadi pasangannya.

****** 

“Selamat pagi nona, semoga pagimu menyenangkan”

Postingan Hendi pagi ini membuatku tersipu di depan layar ponsel. Walau di bawahnya terpampang komentar dari mey, tapi bagaimana bisa aku seyakin ini kalau postingan itu ditujukan untukku. Ah jelas saja, hanya aku yang dipanggilnya nona.

Aku mulai terbiasa dengan egoku. Jelas sangat salah. Bukankah ini juga sebuah penghianatan? Menghianati sababatku, ah entah kami masih bersahabat atau tidak. Sikap kami sudah sangat acuh satu sama lain. 

“Kita masih sahabatan kan Nay?” tanya Mey mengagetkanku

“Eh mey kok kamu di sini?” aku kebingungan, melihatnya tiba-tiba duduk disampingku.

“Aku minta maaf ya...” kalimatnya terhenti

 

Aku meraih tangannya, memandangnya dalam. Perasaan saling tak enak itu seketika lenyap.

 

“Mey, udah ya nggak usah dibahas. Aku udah nggak ada perasaan apa apa sama Hendi. Tolong jangan bahas apapun tentang dia” jawabku

Mata Mey berbinar, tampak kelegaan pada wajahnya. Aku bahagia hanya dengan dia menyapaku seperti itu. Setidaknya ada jalan agar kami seperti dulu lagi. Layaknya seorang sahabat.

Walau, aku membohonginya dan membohongi diriku sendiri. Aku masih meenyimpan banyak perasaan pada Hendi. Tapi sejak sikap Mey mulai melunak dan kami pun mulai akrab lagi. Aku memutuskan tak lagi memikirkan tentang Hendi. Bahkan, aku belajar acuh pada apa yang muncul di postingannya.

*****

Aku mulai dekat dengan Rifki, ia adalah anak dari teman ibuku yang kebetulan juga bersekolah di STM tak jauh dari sekolahku. Kami dekat, kami nyaman tapi sebagai sahabat. Aku, Ilma dan Rifki sering pergi bersama. Bahkan beberapa kali Mey dan Dini pun membaur dengan kami. Rifki pandai menyatukan aku dan Mey yang sempat canggung satu sama lain.

Justru kondisi ini sangat tak disukai Hendi. Tapi biarlah...

"Jadi, sore ini aku bakal di traktir makan enak kan Rif?" Celetukku saat kami pulang bersama

"Oke. Ketemu di taman ya" jawabnya sembari melirik spion

"Dih, nggak sekalian dijemput aja akunya?" Godaku lagi

"Boleh sih, tapi yaa udah ditraktir masa iya dijemput juga" jawabnya disusul tawa kami

Yah, Rifki sering memberiku tumpangan saat berangkat atau pulang sekolah. Tingkahnya sangat kekanakan, tapi pikirannya selalu lebih dewasa saat menyelesaikan sebuah masalah. 

Berteman dengannya serasa mempunyai kakak laki-laki. Menyenangkan. 

Lima belas menit perjalanan tak terasa karena kami asik berbincang.

"Makasih ya ki" kataku sembari turun dari motornya

"Makasih doang nih?" Tanyanya dengan gaya sok ganteng

"Paan sih?" Jawabku sembari melenggang pergi dengan tangan kanan melambai.

"Jangan lupa nanti sore!!!!!" Teriaknya lagi

Aku hanya menjawab dengan acungan jempol. Dan kami kembali pada kegiatan masing-masing siang itu.

Hingga waktu sudah menunjukan pukul empat sore. Aku bersiap menemui Rifki di tempat yang sudah kami janjikan. Tentunya setelah aku mengerjakan empat Roka'at sholat ashar.

Related chapters

  • GODAAN PRA NIKAH   Salah paham

    Sore itu, mendung menaungi langit. Mengibaskan desir angin yang menambah dingin suasana. Aku duduk di sebuah taman kecil di kotaku. Aku menunggu Rifki. Hampir setiap sore kami disini, membicarakan banyak hal. Entah apa sebutannya, kami tidak terikat hubungan tapi kedekatan kami melebihi teman.Sudah hampir satu jam tapi dia belum datang.“Mungkin dia nggak dateng, pulang ajalah” gumamkuBelum sempat aku melangkah tiba seseorang datang,“Udah lama ya Nay?” Tanyanya“Hendi? Ngapain kamu kesini?” Tanyaku heran“Loh kan kamu yang katanya pengin ketemu” jawabnya sumringahAku terheran, karena aku tak merasa mengatakan seperti yang dia katakan. Aku belum sempat menjawab apapun. Aku masih mematung sampai seorang lainnya datang. Dan...PLaaaakkkk !!!Seseorang menamparku. Lalu menarik rambutku saat aku masih meringis memegang pipi.“Penghianaatt!!! Tema

    Last Updated : 2021-11-24
  • GODAAN PRA NIKAH   Hendi dan pesannya

    Hari ini adalah hari yang kutunggu. Seperti para calon pengantin kebanyakan, pasti akan antusias jika mulai mencoba dan memilih pakaian yang akan dipakai saat hari bahagia.Kebaya putih dengan payet silver tengah ku kenakan. Dipadukan dengan kain jarik coklat lengkap dengan selop yang menambah elok. Aku berdiri sembari sesekali membalikkan badan. Dari pantulan cermin mas Radit nampak tersenyum. Tangannya sibuk memegangi ponsel yang sedari tadi digunakannya untuk memotretku."Gimana mas?" Tanyaku setengah tersipu"Cantik" ucap singkat mas Radit tanpa mengedip“Calon isteriku selalu cantik” ucapnya lagiAku tersipu, pipiku merona. Mas Radit selalu pandai membuatku senang walau hanya dengan kata kata sederhananya.“Berarti sudah cocok yang ini aja ya kebayanya? Tanya mba Reni , seorang pengelola WO yang dipercaya ibu untuk mengurus

    Last Updated : 2021-11-24
  • GODAAN PRA NIKAH   Hujan Romantis

    Sepulang dari butik mbak Reni, kami memutuskan untuk terlebih dulu singgah di sebuah cafe untuk sekedar duduk berbincang sembari menikmati kudapan khas di tempat itu. "Mau pesan apa mbak?" Tanya seorang pelayan "Emm" aku berpikir sejenak "Teh tawar sama choco brown cake mozarella" jawab mas Radit cekatan pas dengan yang hendak ku katakan. Mas Radit tau persis kesukaanku. Pelayan laki-laki di depan kami mencatat pesanan mas Radit dan kemudian berlalu setelah meminta kami menunggu pesanan. Kami tak banyak bicara saat itu. Kami sibuk dengan hidangan yang tengah dinikmati. Hanya saja, mas Radit terlihat sering sekali melirik ke arahku. Aku melihatnya dari balik pantulan gelas di meja. Sikapnya membuatku salah tingkah. Wajah gugupku tak dapat ku tutupi. "Udah makannya Nay?" Tanya mas Radit "Udah mas" jawabku singkat "Kita langsung pulang saja ya. Sudah mendung soalnya." Lanjutnya Aku mengangguk. Kakiku se

    Last Updated : 2022-01-29
  • GODAAN PRA NIKAH   Cemburu...

    Aku berlari menuju kamar mandi yang sebenarnya bukan tujuanku. Aku hanya salah tingkah dengan kenyataan aku mendapat kiriman paket dari Hendi. Setengah hati aku senang. Selebihnya aku takut mas Radit salah paham. Beberapa menit aku berdiam, sampai akhirnya memberanikan diri kembali duduk dengan ibu dan mas Radit. **** Di ruang tengah ibu terlihat memilah beberapa undangan. Mengumpulkannya berdasarkan alamat. Tapi tak terlihat mas Radit bersamanya. "Mas Radit mana bu?" Tanyaku "Ada di teras Nay, katanya mau cari angin" jawab ibu dengan senyum Aku berlalu meninggalkan ibu yang masih sibuk. Ku lihat mas Radit duduk di lantai dengan kaki menyilang. Di depannya nampak bungkusan plastik hitam. "Ah aku lupa dengan paket itu" gumamku "Lagi ngapain mas?" Tanyaku basa-basi "Lagi nunggu kamu buka ini. Aku penasaran apa yang dikirimkan seorang laki-laki pada mantan kekasihnya" terangnya dengan wajah masam

    Last Updated : 2022-02-03
  • GODAAN PRA NIKAH   Di pusat perbelanjaan

    Aku menuju ruang tamu. Kudapati seorang pria dengan kemeja kotak-kotak tengah duduk di sana. Pandangannya tertuju pada beberapa gambar yang tertempel di dinding. Aku duduk di sofa tepat di hadapannya. Tatapanku sangat teliti pada penampilannya. Dari atas kepala hingga ujung kaki kuperhatikan. Pria itu membalas tatapanku "Rifkiiii" teriakku "Apakabar Nay? Sepertinya sangat sehat?" Sapanya usil melihat aku yang sekarang sudah tak sekurus dulu. "Aku mengembang bersama usia ki" jawabku dengan tawa "Kapan kamu pulang ki? Udah mau wisuda ya?" Sambungku "Aku udah lulus dari beberapa tahun lalu Nay, ini udah enam tahun loh masa kamu masih mikir aku belum lulus" jawabnya cemberut "Hehehe kali aja. Oh iya, jadi kamu sekarang kegiatannya ngapain? Kerja atau lanjut S2?" Tanyaku "Lagi mengunjungi calon isteri Nay" jawabnya "Calon isteri? Siapa? Kenalin dong?" Aku penasaran Dia tak menjawab. Ia menatapku dalam

    Last Updated : 2022-02-04
  • GODAAN PRA NIKAH   Permintaan maaf Mei

    Mencari tau tentang Nayra adalah kebahagiaan tersendiri bagi Hendi. Baginya ada sesuatu yang belum selesai diantara mereka. Mereka terpisah saat kita masih sama-sama suka. Tapi bagi Hendi biarlah seperti ini saja, asal Nayra bersama orang yang tepat.Hendi mengawasi dua orang yang tengah berjalan beriringan. Mereka terlihat sangat behagia. Bersenda gurau ditengah keramaian. Tak sadar, Hendi pun turut senyum melihat tingkah mereka.Nayra sepertinya tak menyadari Hendi berada di sana dan tengah mengawasinya. Hendi memang sengaja meminta tolong Rifki agar bagaimana caranya dia bisa melihat Nayra."Tingkahnya masih sama, keceriaannya masih sama yang berbeda hanya kini dia bersama orang lain" begitu pikirnyaBanyak sekali yang ingin Hendi katakan. Tapi terpaksa dia tahan karena tak ingin melihatnya kecewa. Melihat tawa Nayra saja sudah sangat membuatnya bahagia.Hendi mengambil ponsel dari saku jaket."Sudah cukup Rif. Makasih ya" pesanku singkat

    Last Updated : 2022-02-09
  • GODAAN PRA NIKAH   Ilma ku sayang

    Suara sirine memecah keramaian jalanan. Lalu lalang kendaraan seolah tersibak tatkala mobil putih itu melintas.Di dalam, Deni tengah memegang erat tangan isterinya yang sedang merasakan sakit luar biasa. Sementara Mei turut tersedu melihat wajah temannya pucat pasi tak berdaya. Ilma mengatur nafas sebisanya."Bertahan ya sayang, kamu kuat. Sebentar lagi kita sampai" bisik Deni dengan suara bergetarLima belas menit waktu yang ditempuh. Mereka sampai di Rumah sakit. Petugas segera membawa Ilma. Dokter Rani yang sebelumnya sudah ditelfon pun sudah siaga siap menangani pasiennya."Bapak, ibu mohon tunggu di luar ya" pinta seorang perawat sambil menutup pintu UGD.Deni bolak-balik di depan pintu dimana isterinya ditangani. Mulutnya tak berhenti mengucap dzikir. Beberapa waktu kemudian, Dokter memanggilnya ke sebuah ruangan.“Saya sudah mengingatkan sebelumnya ya pak, kalau ibu Ilma harus operasi dan tindakan tersebut dilakukan sebelum terasa ko

    Last Updated : 2022-02-14
  • GODAAN PRA NIKAH   Selamat jalan Ilma

    Duniaku hancur, satu sahabatku pergi. Aku merasa seorang diri.“Sabar Nay, ikhlaskan Ilma ya sayang. Dia sudah bahagia” kata-kata lembut itu membangunkankuAku memeluk sosok itu. Entah dari kapan ibu sudah berada di sini. Dibangku tempatku tergeletak.“Ilma bu, Ilma. Kenapa harus Ilma bu??!” Aku semakin histeris“Ssttt sudah sudah” ibu memelukkuMas Deni sedang ikut mengurus jenazah Ilma. Sementara aku tak tega jika harus melihat sahabatku sudah dalam keadaan dingin. Tiba-tiba emosiku mencuat, ku pandang Mei yang masih saja duduk.“Seneng kamu? Kamu mau tertawa? Kalo kamu dulu nggak egois Ilma nggak akan kaya gini. Bu dhe nggak akan kena strok. Ilma tidak harus pontang panting kerja disaat hamil karena harus menutup hutang ibunya” gerutuku“Nay, aku nggak tau kalo kehidupan Ilma berubah drastis setelah bu dhe tidak bekerja di tempat papa” bela Mei“Karena kamu tida

    Last Updated : 2022-02-16

Latest chapter

  • GODAAN PRA NIKAH   Dipernikahan Mei

    "Hen, besok kamu bisa nganterin Nay....""yuk bu, kita pulang. Lagian Mei sudah ijab qobul" potongku"nganterin kemana tan?" tanya Hendi"eh anu nggak kemana-mana. Mungkin maksud ibu, nganterin pulang sekarang. Tapi aku mau pulang sama ibu aja. ya kan bu?" Aku mengedip-ngedipkan mataku sebagai kode. Rupanya ibu baru sadar ia baru saja hampir keceplosan."e-iya Hen, tadinya tante mau minta tolong anterin Nayra pulang. Tapi nggak usah deh, biar pulang sama tante aja naik taksi online" jelas ibuAku menghela nafas lega. Tapi, Hendi seolah tak percaya dengan alasan ibu. Sorot matanya penuh keingintahuan, gerak-geriknya penuh rasa penasaran. Bahkan aku sempat melihat ia membuntuti kami hingga masuk ke dalam taksi online. Aku memergokinya dari balik pantulan kaca mobil.[tan, maaf. Saya pulang dulu ya. Ada urusan yang harus saya selesaikan][iya, Nay nggak papa. Maaf ya tadi nggak sempet nemenin kamu sama ibu]Aku menutup sambungan telephon, dan mobil mulai melaju. Dari arah depan, ku liha

  • GODAAN PRA NIKAH   Dipernikahan Mei

    Mas Radit, benar saja aku seperti mengenali suaranya. Ia meraih tanganku yang tengah membersihkan jas.nya. Jarak kami begitu dekat membuat jantungku berdegup kencang. Aku mengatur ulang nafasku, agar tak segugup ini."eh maaf mas, jasmu jadi kotor" tegurku seraya berusaha melepaskan genggaman tangannya.Tapi sialnya, entah kenapa ujung jilbabku tersangkut dijam tangannya. Pandangan kami saling tertaut, seperti terjebak pada satu titik. Hingga beberapa detik kami saling memandang kosong satu sama lain."maaf, jilbabku tersangkut" kataku membuyarkan fokusnya"bentar, pelan-pelan aja Nay nanti jilbabmu sobek kalo dipaksa"Aku menurut saja, tangannya segera mengambil alih berusaha melepas jilbabku. Tapi, dari adah lain Dini datang. Dan...kreekkk!!!Ia menggunting jilbabku,"gitu aja kok repot, nggak usah dilama-lamain biar bisa ambil kesempatan deketin suami orang!" ucapnya keras.'ya Alloh, jilbab kesayanganku pemberian Ilma' batinku"nggak perlu cari-cari alasan biar bisa deket sama m

  • GODAAN PRA NIKAH   Dipernikahan Mei

    "nggak papa kok mah" jawab Mei tersenyumAku sendiri telah paham kenapa sahabatku ini tak mau aku mendampinginya . Aku bahkan tidak keberatan ataupun merasa tersinggung, justru aku senang karena aku bisa leluasa menyembunyikan diriku jika saja ada tamu yang tak ingin ku temui.*****Akhirnya hari pernikahan Mei dan Rifki tiba, beberapa orang sudah mulai mendatangi lokasi."Nay, kok mukanya sedih? aku nikah sama Rifki loh, kita bertiga bakal tetep temenan. Kita tetep bisa pergi bareng-bareng"Mei menggenggam tanganku erat, seperti paham dengan apa yang aku rasakan. "janji ya Mei, sekarang temenku cuma kamu" ucapkuMei menatapku lekat, matanya yang sudah penuh riasan hampir meneteskan air mata. Cepat-cepat tangannya mengelap dengan tisu sebelum berhambur jatuh kepipi. Kami berpelukan sambil menahan tangis masing-maning. Aku menghela nafas, mencoba melonggarkan dada agar tak sesak oleh perasaan sedih. Mei pergi meninggalkan meja rias, ia bersiap ketempat akad. Wajahnya begitu ayu dengan

  • GODAAN PRA NIKAH   menjadi anak, bukan orang lain

    Siang hari terasa menyengat dari biasanya. Seseorang wanita paruh baya terlihat tengah menjemur beberapa lembar pakaian, tangannya nampak kesulitan."MasyaAlloh bu, biar saya bantu""biarin Den, ini tinggal satu aja kok"Deni meraih selembar pakaian yang masih dalam genggaman bu Nani."biar ibu aja Den" cegah sang mertuaDeni mendorong kursi roda bu Nani kedalam rumah. Lalu, ia duduk menekuk setengah lutut dihadapannya, Tangannya menggenggam jari sang mertua."bu, ibu nggak usah ngerjain kerjaan rumah kayak tadi ya. Saya takut ibu kecapean" terang Deni"tapi, ibu nggak enak Den, masa ibu cuma makan tidur aja. Lagian kan cuma beres-beres rumah""kalo ibu ngrasa nggak enak ke saya berarti ibu nganggep saya sebagai orang lain"Bu Nani terdiam, tangannya mengusap peluh di dahinya. "Bu, saat ini saya nggak lagi nganggep ibu sebagai mertua tapi sudah menjadi ibu bagi saya. Ibu adalah keluarga saya satu-satunya disini. Cuma ibu sama pakdhe Narto yang saya punya" Deni masih menatapnya dalam,

  • GODAAN PRA NIKAH   menunaikan undangan

    Akhirnya hari ini aku diharuskan datang kepernikahan mas Radit dengan Dini. Walau aku sudah tak punya perasaan apapun pada mas Radit, tetap saja bayang-bayang penghianatannya masih menyisakan sakit. Aku memaksa diriku untuk kuat hanya sekedar mengucapkan selamat, daripada Dini akan mengecapku sebagai orang yang masih mengharapkan suaminya itu."selamat ya Din" ucapkuDini menarik badanku, memelukku. Alih-alih sikapnya seperti sahabat, ia justru membisikkan sesuatu."pernikahanmu batal ya? yang sabar ya" ucapnya lirih tapi cukup didengar beberapa orang disekitar kamiAku menelan ludah, menarik nafas panjang sembari menekan emosiku."selamat ya mas" Aku ngeluyur dari hadapan Dini, bahkan aku mengabaikan mas Radit yang sudah mengulurkan tangan.Dihari bahagianya pun ia masih sempat meledek nasibku. "Andai Mei, Rifki atau minimal Hendi disini, mungkin mereka tidak akan membiarkan Dini mengucapkan pertanyaan itu" gumamkuSeorang kerabat Dini mempersilahkan aku mengambil hidangan. Karena

  • GODAAN PRA NIKAH   plin plan

    Sebuah toko tampak mulai berbenah, karena memang sudah mulai larut."iya deh calon manten, seharian semangat banget kerjanya" ledek HendiRifki hanya tertawa kecil."makaya nikah dong Hen, eh lupa jomblo" ledek Rifki"sialan. Liat aja ntar kalo aku nikah kamu bakal kaget" jawab Hendi percaya diri"udahlah aku mau pulang" lanjut HendiIa melangkah, tapi tak langsung memacu motornya. Ia duduk diemperan toko membuka Ponselnya yang sedari tadi didalam tas.Tangannya membuka aplikasi biru, wajahnya seketika muram. Melihat sebuah foto dalam aplikasi."kamu wanita baik, cantik. Tapi, kenapa laki-laki selalu bermain-main dengan perasaanmu" batinnyaHendi terus menatapi gambar Nayra. Gambar yang manis dengan balutan senyum yang sederhana. Tapi senyum itu tak seceria dulu. Baru dua menit foto itu diposting, dia segera meninggalkan jempolnya di foto Nayra. Seperti itu setiap hari, Hendi memastikan keadaan Nayra dari media sosial. Seperti dulu."kenapa sih kamu nggak jujur aja sama Nayra?" "eh k

  • GODAAN PRA NIKAH   omongan orang

    "kenapa harus bertemu dia dua kali sepagi ini?" gumamku"Hai juga Mei" sapaya ceria"kamu ngapain disini Din?" tanya Mei"kan nyiapin acara pernikahanku, cuma beda satu hari sama kamu, tapi aku duluan hehe" jelasnya terkekehMei senyum kecut melihat tingkah serta penjelasannya."maksudmu peresmian pernikahanmu?" ledek Mei"apapun itu, intinya pernikahanku sama mas Radit" jawabnyaIa terlalu percaya diri bahkan saat tengah mempersiapkan pernikahan dengan kondisi perut yang sudah membesar. Seolah ia malah memamerkannya laksana sebuah kebanggaan."jangan lupa dateng ya Nay" jawabnya sembari berlalu"pasti" jawabkuLangkahnya yang sok anggun membuat Mei terlihat muak, dia terus saja mengusikku bahkan disaat aku sudah tak peduli dengan kehidupannya bersama mas Radit.Dari arah depan mas Radit menyambut sang isteri, tapi sikapnya berubah kikuk saat mendapati aku dan Mei ditempat itu juga. Dia melempar senyum, tapi aku membalas dengan tatapan datar tanpa ekspresi.Aku terus menemani Mei mem

  • GODAAN PRA NIKAH   kedua kalinya

    Aku tak begitu peduli dengan mas Radit dan Dini, karena memang aku sudah tak mau terlibat masalah dengan mereka.Rifki menjemputku untuk menemani Mei menuju kantor urusan agama. Tidak, lebih tepatnya kami kesana untuk urusan masing-masing. Rifki kembali ke tokonya setelah aku sudah bersama Mei."ayo Nay" Aku menaiki motornya. Tiap langkah kami, kukumpulkan tekad beserta tujuanku. Membatalkan pernikahan untuk kedua kalinya adalah sesuatu yang membuatku malu. Tapi, itulah seharusnya."kenapa kamu nggak nunggu mas Deni ngasih keputusan lagi Nay, kemarin dia ngomong gitu karena suasana hatinya sedang sedih" ucap Mei"kenapa aku harus menunggu untuk sesuatu yang sudah diputuskan?" tanyaku balik"aku malu Mei, kok terkesannya aku yang ngejar-ngejar mas Deni. Padahal aku mau nikah sama dia juga karena wasiat dari almarhumah Ilma" lanjutku"Ya udah, tapi kamu jangan sedih ya" jawabnyaKami terus melaju pada tempat yang kami tuju. Seorang ibu berseragam coklat menyambut kami, ia begitu sumrin

  • GODAAN PRA NIKAH   Undangan dari Dini

    Sepulang dari desa kaliwangi, aku belum lagi ke rumah bu dhe. Rasanya ada rasa sungkan bertemu mas Deni. Ibu masih di sana, mungkin sampai acara tujuh hari selesai. "Nanti malam kamu kesini ya Nay" ucap ibu pada sambungan telephon."InsyaAlloh bu" Aku menutup telephon, lalu melanjutkan sholat subuh. Masih terlalu pagi, tapi ibu sudah mengingatkan banyak acara untuk hari ini. Dimulai ke kantor urusan agama untuk kembali membatalkan pernikahanku, membantu persiapan pernikahan Mei, belum lagi aku harus ke rumah mas Deni, Itu adalah bagian yang paling berat bagiku.Setelah selesai beres-beres rumah dan menyiapkan sarapan, aku melongok jam bundar didinding. Sudah pukul tujuh. Aku bergegas, langkahku mantap menuju kantor urusan agama. Mungkin petugas disana akan menganggap aku bermain-main dengan pernikahan karena ini kali kedua aku membatalkan pernikahan.Tok tok tok !!!Terdengar Suara ketukan dari arah pintu depan, aku cepat-cepat menuju ruang tamu."mungkin ibu pulang, dia kan belum k

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status