Beranda / Romansa / GODAAN PRA NIKAH / Empat bulan saja

Share

Empat bulan saja

Penulis: Riyatun jannah
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-24 14:05:18

Enam tahun lalu,,,,

"Sudah tidur nona cantik?"

Sebuah pesan membuatku tersipu sendiri, pipiku merona.

"Belum Hen, masih belum ngantuk" jawabku singkat

Setelahnya Hendi selalu menelponku. Entah apa yang kami bicarakan hingga tak cukup 2 jam kami mengobrol. Banyak tawa di sela perbincangan, sangat menyenangkan.

Kadang sambungan telephon masih tersambung saat kami sudah sama-sama terlelap. Sampai layar tak lagi menyala, baterai habis.

"Gimana Nay? Sudah ada jawaban" Hendi selalu menanyakan hal itu di sela perbincangan.

Sudah beberapa kali Hendi mengutarakan perasaannya, jelas aku sangat senang. Jantungku seakan ingin keluar dari tempatnya, tapi aku masih tertahan. Ada sesuatu yang memberatkan jawabanku.

"Tapi Hen, gimana Mey? Aku nggak enak" jawabku

" Nay, aku dan Mey sudah tak punya hubungan. Dia yang mutusin aku" jelasnya

"Tapi Hen..." potongku

"Heemmss terserah lah Nay. Apapun itu aku, aku bakal nunggu jawaban kamu" Hendi menutup telephon.

Semakin sering Hendi menagih jawaban, aku semakin takut lama kelamaan ia akan lelah bertanya tanpa ada jawaban pasti. Sampai aku memutuskan untuk memberinya keputusan. Keputusan yang sangat aku ingin ungkapkan.

"Iya Hen, aku mau jadi pacar kamu" jawabku sumringah dari sambungan telephon.

"Yeess...!!" Jawabnya girang.

Aku membayangkan tingkahnya kala itu. Terdengar hentak kaki, seolah iya melompat lompat layaknya anak kecil yang kegirangan mendapat hadiah.

***** 

4 bulan hubungan kami, tapi aku masih kaku menyapa Hendi saat bersama teman temanku. Aku lebih nyaman menjalaninya dibalik mereka. Biar saja seperti ini, itu kata Hendi tiap kali aku mengeluhkan ketidaknyamanan yang aku rasakan.

Hubunganku dengan Hendi tak bisa kututupi lagi. Aku bermaksud mencari pendapat barangkali sahabatku bisa memberi solusi agar aku bisa bersama Hendi tapi tak menyakiti Mey.

"Nay, Hendi dan Mey pernah menjalin hubungan. Mey jelas masih menyimpan perasaan pada hendi. Bisa kah kamu mundur demi Mey, sahabatmu".

Deggg !!!

Permintaan Dini kala itu seperti melepasku dari persahabatan mereka. Bagaimana bisa dia menyuruhku meninggalkan Hendi untuk Mey dengan alasan karena kami bersahabat. Lantas apa aku ini bukan sabahatnya?

"Iya Din, aku bakal menjauh dari Hendi". Aku tersenyum, walau kecut.

"Makasih ya Nay. Kamu bakal dapet yang lebih baik dari Hendi kok" bujuknya.

"Iya din nggak papa kok" aku memeluk Dini.

Aku menahan diri agar terlihat biasa. Walau hatiku nyeri. Keronkonganku sakit seperti terganjal sesuatu.

Ini bukan kali pertama aku mendengar permintaan semacam ini. Hubungan kami terpisah tanpa keputusan. Aku tak pernah lagi merespon Hendi bahkan saat ia menawarkan tumpangan sepulang atau berangkat sekolah. Aku selalu mencari alasan.

Tapi Hendi terus saja mengejarku. Semakin aku menjauh semakin cepat dia mengejar. sampai aku benar benar mengungkapkan sesuatu yang hingga kini aku sesali.

Suatu saat aku berbicara dengan Hendi. Mengutarakan apa yang teman temanku sarankan, lebih tepatnya memaksakan.

"Hen, sebaiknya kita akhiri saja ya hubungan kita, saya nggak enak sama Mey. Aku nggak bisa njalanin semua ini dengan perasaan yang nggak enak" pintaku

"Baik, kalo itu maumu. Kita akhiri saja ini. Aku nggak mau maksa. Toh kamu sangat memeperdulikan sahabat yang tak memperdulikan perasaanmu" jawabnya kala itu

"Jangan pernah menyesal" ketusnya dengan raut marah.

Jelas aku sangat menyesal. Menyesal mengenalnya, jika saja aku tak mengenalnya mungkin tidak akan ada perasaan cinta. Menyesal mengakhiri, karena terlalu sakit melepasnya. Tapi lagi-lagi aku sangat takut hilangan sabahatku. Aku mengalah, memilih mundur.

*****

Sejak saat itu, Hendi menjadi orang asing. Bahkan saat berpapasan pun ia tak akan menyapa. Aku berusaha bersikap biasa walau selalu dibalas dengan tatapan marah. 

Tapi tak apa, aku menerimanya. Toh ia masih selalu hadir disetiap postingan media sosialku. Walau hanya sebatas tanda jempol yang mampir. Itu cukup membuktikan, ia masih ada keinginan sekedar memastikan keadaanku.

Kami berbalas pesan dengan status. Aku membuat status, lalu ia pun menjawabnya dengan status di berandanya. Begitu cara kami menuang rindu. 

Beberapa kali ia mencoba mengirim sms, pernah juga aku mendapati panggilan tak terjawab darinya. Tapi aku masih tak mau menggubris. Aku paham, jika sekali saja aku menanggapi ia akan kembali mengejar. Biar saja seperti ini.

Lucu, kami masih satu lingkungan. Tapi seperti ada jarak membentang.

Begitu seterusnya hingga berbulan bulan. Sampai suatu ketika....

*****

Sekolah hari ini terasa lebih lama dari biasanya. Mungkin karena banyak tugas yang diberikan guru. Ditambah cuaca terik yang seakan mengulur waktu. 

Pukul 13.30 bel berbunyi, seperti menggiring para siswa yang seakan berebut untuk keluar dari sekolah. Teman-temanku berjalan mendahuluiku karena memang ada keperluan masing-masing. Aku berjalan pelan, langkahku seperti layu. Aku menyipitkan mata menajamkan pandangan yang entah kenapa mengabur. Dan...

"BRuukkkk!!!!" 

Aku terhuyung jatuh menabrak entah apa yang ada didepanku.

Mataku terpejam, tubuhku lunglai tanpa tenaga. Tapi, telingaku masih sedikit mendengar suara di sekitanya. Menangkap teriakan Hendi ketika pertama melihatku jatuh.

" Nay..Naayyy bangun Naay...minyak angin, minyak angin..air putihnya tolong ambilin air putih" teriaknya panik.

Seseorang membawaku entah kemana. Aku tak lagi mendengar suara siapapun.

*****

Aku berusaha membuka mata, masih berat rasanya. Cat tembok putih dengan horden biru sebagai pemisah menjadi pemandangan pertama yang aku lihat. 

"Rumah sakit" pikirku

"Nay, kamu nggak papa kan? Apanya yang sakit?" Tanya ilma yang ternyata sedari tadi di sebelahku.

Aku mengawasi sekitar. Ternyata ada Dini dan Mey tengah duduk d bangku panjang dibelakang ilma. Dini sibuk dengan handphonenya sampai tak sadar aku sudah siuman. Sedang Mey, dia menatap pada seseorang di luar. Sepertinya dua orang yang sedang berbicara 

Seseorang memasuki ruangan

"Nay,,,sudah bangun sayang?" Katanya seraya mendekat

"Aku kenapa ma?" Tanyaku pelan

"Kamu pingsan. Kata dokter cuma kecapean. Alhamdulillah nggak ada yang parah" terangnya

"Untung tadi Hendi cepet bawa kamu ke sini Nay. Dia gendong kamu, sambil lari. Pan n-nik ba-ng-eet" sambungnya tiba tiba terbata

ilma melirik pada Mey dan Dini lalu menghentikan kata katanya. 

"Bu dhe, Mey pulang dulu ya. Nayra kan udah  siuman juga. Papa nyuruh cepet pulang soalnya" Kata Mey seraya beranjak dan menyalami ibuku.

"Aku juga pamit ya bu dhe, cepet sehat ya Nay" sambung Dini sambil mengejar Mey yang lebih dulu meninggalkan ruangan.

Malam ini hanya ibu dan ilma yang menemaniku di Rumah sakit. Bosan rasanya, aku meminta ilma menemaniku berjalan jalan disekitaran rumah sakit.

"Pelan pelan Nay" kata ilma yang sedang membantuku duduk di kursi roda.

Ibu sudah tertidur di bangku panjang sebelah ranjang. Lelah sekali sepertinya.

*****

Suasana di luar gedung Rumah sakit sepi, hanya beberapa perawat yang lalu lalang ke beberapa ruangan.

"Hendi???!! il itu hendi kan???" Kataku dengan menunjuk pada sosok yang sedang berbaring di bangku depan ruanganku.

Ilma mendorongku mendekat. Kutatap sosok itu sebentar. Wajahnya teduh.

"Kasian, pasti dia lelah" gumamku 

"Ayo Nay,, biarin Hendi istirahat" kata ilma 

Aku meng iyakan saja. Kami duduk di taman rumah sakit. Tenang sekali, hanya lalu lalang kendaraan dijalan yang terlihat dari balik pagar.

"Apa benar il kalau Mey masih berharap pada Hendi? Dini bilang aku harus menjauhinya" aku memulai percakapan

"Iya Nay,,, tapi kan kita nggak mungkin memaksakan Hendi buat balikan sama Mey. Apa jangan jangan....." katanya terhenti, ia menatapku.

Aku hanya mengangguk mengiyakan apa yang belum dia lanjutkan. Aku paham apa yang akan dia katakan.

Tiba tiba ponselku berdering. Lama aku menjawabnya seperti tengah menikmati nada.

"Siapa Nay?"

"Dini il, aku jawab dulu ya" jawabku dengan tersenyum.

"Assalamu'alaikum din, ada apa?" Tanyaku

"W*'alaikum sallam Nay,,, maaf ni yaa. Bisa nggak si kamu njaga perasaan sahabat kamu sendiri? Bisa bisanya kamu cari kesempatan biar Hendi kuatir sama kamu. Sampe sampe dia nginep di sana" bentaknya dari seberang telepon

"Astaghfirulloh,,, aku nggak bermaksud ......."

"Udah lah Nay,,, kamu itu sahabat macam apa sii? Kalo kamu masih nganggep kita sahabat, jauhi Hendi. Suruh dia peduli sedikit aja sama Mey!" Kalimatku terpotong oleh ocehan Dini.

Sambungan telepon terputus. Aahh syukurlah, aku malas menjawab omongannya. Dia memintaku mengerti perasaan sahabatku, tapi mereka tak mengerti hati sahabatnya yang rela mengalah. Aahh aku bukan sahabatnya. Aku hanya seperti sahabat.

ilma menatapku iba mendorongku kembali. Mendekat pada Hendi yang entah dari kapan sudah berdiri dibelakang kami. Lalu, ia meninggalkan kami berdua.

"Itu alasan kamu? Jangan bilang kamu mau nyuruh aku balikan sama Mey. Memang salah kalau aku mencintai sahabat Mey, mantanku? Eehh bukan dia jelas bukan sahabatmu. Sahabat tidak seegois itu." 

" tapi Hen, aku mohoon" aku mengiba denang menagkupkan dua telapak tanganku d depan dada. Kutatap dalam wajahnya.

" oke...kalo itu mau kamu. Jangan kamu jangan nyesel" katanya lagi seraya meninggalkanku.

Aku memutar roda kursi yang ku duduki. Perlahan hingga sampai di ruangan tempat aku di rawat.

Kutatap ilma dan ibu tertidur dengan posisi duduk. Terlihat sangat lelah. Sepertinya malam ini aku tak tidur. Obat yang diberikan dokter pun tak memberi efek apa apa pada mataku. Atau mungkin pikiranku yang terlalu kacau?

Entah lah

Sejak saat itu Hendi tak terlihat lagi menampakkan dirinya. Sepertinya dia kesal dengan ucapanku. Begitupun dengan Mey dan Dini, mereka tak mengunjungiku. Hanya Ilma yang setia menemani ibu menjagaku.

 

 

Bab terkait

  • GODAAN PRA NIKAH   Aku menjauh

    Beberapa hari setelah pulang dari Rumah sakit, aku mulai melakukan aktifitas seperti biasa. Aku mulai sekolah seperti biasa. Entah kenapa terasa beda, aku seperti orang asing di depan Mey dan Dini. Biarlah, aku masih punya ilma.Kali ini Hendi benar-benar menjauh. Ia tak lagi mengirimiku pesan, tak ada lagi tanda hati ataupun jempol darinya dipostinganku. Ini yang terbaik daripada aku kehilangan teman temanku.Kali ini guru bahasa Indonesia menyuruh kami memeperagakan percakapan sebuah drama."Nayra, kamu maju peragakan sebagai peran utamanya" tunjuk guru wanita"T-ta-ta-pi bu" aku tergagap tak siapAnak-anak lain hening, cukup lama mereka menungguku"Biar saya saja bu" potong Hendi cepatAku gugup, jantungku tak karuan. Bagaimana bisa aku memperagakan adegan drama dengan Hendi di depan kelas. Sementara Mey duduk persis di hadapan kami. Wajahku memucat,"Ayo Mey maju" sela HendiMei tersenyum bungah, mendekat pada

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-24
  • GODAAN PRA NIKAH   Salah paham

    Sore itu, mendung menaungi langit. Mengibaskan desir angin yang menambah dingin suasana. Aku duduk di sebuah taman kecil di kotaku. Aku menunggu Rifki. Hampir setiap sore kami disini, membicarakan banyak hal. Entah apa sebutannya, kami tidak terikat hubungan tapi kedekatan kami melebihi teman.Sudah hampir satu jam tapi dia belum datang.“Mungkin dia nggak dateng, pulang ajalah” gumamkuBelum sempat aku melangkah tiba seseorang datang,“Udah lama ya Nay?” Tanyanya“Hendi? Ngapain kamu kesini?” Tanyaku heran“Loh kan kamu yang katanya pengin ketemu” jawabnya sumringahAku terheran, karena aku tak merasa mengatakan seperti yang dia katakan. Aku belum sempat menjawab apapun. Aku masih mematung sampai seorang lainnya datang. Dan...PLaaaakkkk !!!Seseorang menamparku. Lalu menarik rambutku saat aku masih meringis memegang pipi.“Penghianaatt!!! Tema

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-24
  • GODAAN PRA NIKAH   Hendi dan pesannya

    Hari ini adalah hari yang kutunggu. Seperti para calon pengantin kebanyakan, pasti akan antusias jika mulai mencoba dan memilih pakaian yang akan dipakai saat hari bahagia.Kebaya putih dengan payet silver tengah ku kenakan. Dipadukan dengan kain jarik coklat lengkap dengan selop yang menambah elok. Aku berdiri sembari sesekali membalikkan badan. Dari pantulan cermin mas Radit nampak tersenyum. Tangannya sibuk memegangi ponsel yang sedari tadi digunakannya untuk memotretku."Gimana mas?" Tanyaku setengah tersipu"Cantik" ucap singkat mas Radit tanpa mengedip“Calon isteriku selalu cantik” ucapnya lagiAku tersipu, pipiku merona. Mas Radit selalu pandai membuatku senang walau hanya dengan kata kata sederhananya.“Berarti sudah cocok yang ini aja ya kebayanya? Tanya mba Reni , seorang pengelola WO yang dipercaya ibu untuk mengurus

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-24
  • GODAAN PRA NIKAH   Hujan Romantis

    Sepulang dari butik mbak Reni, kami memutuskan untuk terlebih dulu singgah di sebuah cafe untuk sekedar duduk berbincang sembari menikmati kudapan khas di tempat itu. "Mau pesan apa mbak?" Tanya seorang pelayan "Emm" aku berpikir sejenak "Teh tawar sama choco brown cake mozarella" jawab mas Radit cekatan pas dengan yang hendak ku katakan. Mas Radit tau persis kesukaanku. Pelayan laki-laki di depan kami mencatat pesanan mas Radit dan kemudian berlalu setelah meminta kami menunggu pesanan. Kami tak banyak bicara saat itu. Kami sibuk dengan hidangan yang tengah dinikmati. Hanya saja, mas Radit terlihat sering sekali melirik ke arahku. Aku melihatnya dari balik pantulan gelas di meja. Sikapnya membuatku salah tingkah. Wajah gugupku tak dapat ku tutupi. "Udah makannya Nay?" Tanya mas Radit "Udah mas" jawabku singkat "Kita langsung pulang saja ya. Sudah mendung soalnya." Lanjutnya Aku mengangguk. Kakiku se

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-29
  • GODAAN PRA NIKAH   Cemburu...

    Aku berlari menuju kamar mandi yang sebenarnya bukan tujuanku. Aku hanya salah tingkah dengan kenyataan aku mendapat kiriman paket dari Hendi. Setengah hati aku senang. Selebihnya aku takut mas Radit salah paham. Beberapa menit aku berdiam, sampai akhirnya memberanikan diri kembali duduk dengan ibu dan mas Radit. **** Di ruang tengah ibu terlihat memilah beberapa undangan. Mengumpulkannya berdasarkan alamat. Tapi tak terlihat mas Radit bersamanya. "Mas Radit mana bu?" Tanyaku "Ada di teras Nay, katanya mau cari angin" jawab ibu dengan senyum Aku berlalu meninggalkan ibu yang masih sibuk. Ku lihat mas Radit duduk di lantai dengan kaki menyilang. Di depannya nampak bungkusan plastik hitam. "Ah aku lupa dengan paket itu" gumamku "Lagi ngapain mas?" Tanyaku basa-basi "Lagi nunggu kamu buka ini. Aku penasaran apa yang dikirimkan seorang laki-laki pada mantan kekasihnya" terangnya dengan wajah masam

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-03
  • GODAAN PRA NIKAH   Di pusat perbelanjaan

    Aku menuju ruang tamu. Kudapati seorang pria dengan kemeja kotak-kotak tengah duduk di sana. Pandangannya tertuju pada beberapa gambar yang tertempel di dinding. Aku duduk di sofa tepat di hadapannya. Tatapanku sangat teliti pada penampilannya. Dari atas kepala hingga ujung kaki kuperhatikan. Pria itu membalas tatapanku "Rifkiiii" teriakku "Apakabar Nay? Sepertinya sangat sehat?" Sapanya usil melihat aku yang sekarang sudah tak sekurus dulu. "Aku mengembang bersama usia ki" jawabku dengan tawa "Kapan kamu pulang ki? Udah mau wisuda ya?" Sambungku "Aku udah lulus dari beberapa tahun lalu Nay, ini udah enam tahun loh masa kamu masih mikir aku belum lulus" jawabnya cemberut "Hehehe kali aja. Oh iya, jadi kamu sekarang kegiatannya ngapain? Kerja atau lanjut S2?" Tanyaku "Lagi mengunjungi calon isteri Nay" jawabnya "Calon isteri? Siapa? Kenalin dong?" Aku penasaran Dia tak menjawab. Ia menatapku dalam

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-04
  • GODAAN PRA NIKAH   Permintaan maaf Mei

    Mencari tau tentang Nayra adalah kebahagiaan tersendiri bagi Hendi. Baginya ada sesuatu yang belum selesai diantara mereka. Mereka terpisah saat kita masih sama-sama suka. Tapi bagi Hendi biarlah seperti ini saja, asal Nayra bersama orang yang tepat.Hendi mengawasi dua orang yang tengah berjalan beriringan. Mereka terlihat sangat behagia. Bersenda gurau ditengah keramaian. Tak sadar, Hendi pun turut senyum melihat tingkah mereka.Nayra sepertinya tak menyadari Hendi berada di sana dan tengah mengawasinya. Hendi memang sengaja meminta tolong Rifki agar bagaimana caranya dia bisa melihat Nayra."Tingkahnya masih sama, keceriaannya masih sama yang berbeda hanya kini dia bersama orang lain" begitu pikirnyaBanyak sekali yang ingin Hendi katakan. Tapi terpaksa dia tahan karena tak ingin melihatnya kecewa. Melihat tawa Nayra saja sudah sangat membuatnya bahagia.Hendi mengambil ponsel dari saku jaket."Sudah cukup Rif. Makasih ya" pesanku singkat

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-09
  • GODAAN PRA NIKAH   Ilma ku sayang

    Suara sirine memecah keramaian jalanan. Lalu lalang kendaraan seolah tersibak tatkala mobil putih itu melintas.Di dalam, Deni tengah memegang erat tangan isterinya yang sedang merasakan sakit luar biasa. Sementara Mei turut tersedu melihat wajah temannya pucat pasi tak berdaya. Ilma mengatur nafas sebisanya."Bertahan ya sayang, kamu kuat. Sebentar lagi kita sampai" bisik Deni dengan suara bergetarLima belas menit waktu yang ditempuh. Mereka sampai di Rumah sakit. Petugas segera membawa Ilma. Dokter Rani yang sebelumnya sudah ditelfon pun sudah siaga siap menangani pasiennya."Bapak, ibu mohon tunggu di luar ya" pinta seorang perawat sambil menutup pintu UGD.Deni bolak-balik di depan pintu dimana isterinya ditangani. Mulutnya tak berhenti mengucap dzikir. Beberapa waktu kemudian, Dokter memanggilnya ke sebuah ruangan.“Saya sudah mengingatkan sebelumnya ya pak, kalau ibu Ilma harus operasi dan tindakan tersebut dilakukan sebelum terasa ko

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-14

Bab terbaru

  • GODAAN PRA NIKAH   Dipernikahan Mei

    "Hen, besok kamu bisa nganterin Nay....""yuk bu, kita pulang. Lagian Mei sudah ijab qobul" potongku"nganterin kemana tan?" tanya Hendi"eh anu nggak kemana-mana. Mungkin maksud ibu, nganterin pulang sekarang. Tapi aku mau pulang sama ibu aja. ya kan bu?" Aku mengedip-ngedipkan mataku sebagai kode. Rupanya ibu baru sadar ia baru saja hampir keceplosan."e-iya Hen, tadinya tante mau minta tolong anterin Nayra pulang. Tapi nggak usah deh, biar pulang sama tante aja naik taksi online" jelas ibuAku menghela nafas lega. Tapi, Hendi seolah tak percaya dengan alasan ibu. Sorot matanya penuh keingintahuan, gerak-geriknya penuh rasa penasaran. Bahkan aku sempat melihat ia membuntuti kami hingga masuk ke dalam taksi online. Aku memergokinya dari balik pantulan kaca mobil.[tan, maaf. Saya pulang dulu ya. Ada urusan yang harus saya selesaikan][iya, Nay nggak papa. Maaf ya tadi nggak sempet nemenin kamu sama ibu]Aku menutup sambungan telephon, dan mobil mulai melaju. Dari arah depan, ku liha

  • GODAAN PRA NIKAH   Dipernikahan Mei

    Mas Radit, benar saja aku seperti mengenali suaranya. Ia meraih tanganku yang tengah membersihkan jas.nya. Jarak kami begitu dekat membuat jantungku berdegup kencang. Aku mengatur ulang nafasku, agar tak segugup ini."eh maaf mas, jasmu jadi kotor" tegurku seraya berusaha melepaskan genggaman tangannya.Tapi sialnya, entah kenapa ujung jilbabku tersangkut dijam tangannya. Pandangan kami saling tertaut, seperti terjebak pada satu titik. Hingga beberapa detik kami saling memandang kosong satu sama lain."maaf, jilbabku tersangkut" kataku membuyarkan fokusnya"bentar, pelan-pelan aja Nay nanti jilbabmu sobek kalo dipaksa"Aku menurut saja, tangannya segera mengambil alih berusaha melepas jilbabku. Tapi, dari adah lain Dini datang. Dan...kreekkk!!!Ia menggunting jilbabku,"gitu aja kok repot, nggak usah dilama-lamain biar bisa ambil kesempatan deketin suami orang!" ucapnya keras.'ya Alloh, jilbab kesayanganku pemberian Ilma' batinku"nggak perlu cari-cari alasan biar bisa deket sama m

  • GODAAN PRA NIKAH   Dipernikahan Mei

    "nggak papa kok mah" jawab Mei tersenyumAku sendiri telah paham kenapa sahabatku ini tak mau aku mendampinginya . Aku bahkan tidak keberatan ataupun merasa tersinggung, justru aku senang karena aku bisa leluasa menyembunyikan diriku jika saja ada tamu yang tak ingin ku temui.*****Akhirnya hari pernikahan Mei dan Rifki tiba, beberapa orang sudah mulai mendatangi lokasi."Nay, kok mukanya sedih? aku nikah sama Rifki loh, kita bertiga bakal tetep temenan. Kita tetep bisa pergi bareng-bareng"Mei menggenggam tanganku erat, seperti paham dengan apa yang aku rasakan. "janji ya Mei, sekarang temenku cuma kamu" ucapkuMei menatapku lekat, matanya yang sudah penuh riasan hampir meneteskan air mata. Cepat-cepat tangannya mengelap dengan tisu sebelum berhambur jatuh kepipi. Kami berpelukan sambil menahan tangis masing-maning. Aku menghela nafas, mencoba melonggarkan dada agar tak sesak oleh perasaan sedih. Mei pergi meninggalkan meja rias, ia bersiap ketempat akad. Wajahnya begitu ayu dengan

  • GODAAN PRA NIKAH   menjadi anak, bukan orang lain

    Siang hari terasa menyengat dari biasanya. Seseorang wanita paruh baya terlihat tengah menjemur beberapa lembar pakaian, tangannya nampak kesulitan."MasyaAlloh bu, biar saya bantu""biarin Den, ini tinggal satu aja kok"Deni meraih selembar pakaian yang masih dalam genggaman bu Nani."biar ibu aja Den" cegah sang mertuaDeni mendorong kursi roda bu Nani kedalam rumah. Lalu, ia duduk menekuk setengah lutut dihadapannya, Tangannya menggenggam jari sang mertua."bu, ibu nggak usah ngerjain kerjaan rumah kayak tadi ya. Saya takut ibu kecapean" terang Deni"tapi, ibu nggak enak Den, masa ibu cuma makan tidur aja. Lagian kan cuma beres-beres rumah""kalo ibu ngrasa nggak enak ke saya berarti ibu nganggep saya sebagai orang lain"Bu Nani terdiam, tangannya mengusap peluh di dahinya. "Bu, saat ini saya nggak lagi nganggep ibu sebagai mertua tapi sudah menjadi ibu bagi saya. Ibu adalah keluarga saya satu-satunya disini. Cuma ibu sama pakdhe Narto yang saya punya" Deni masih menatapnya dalam,

  • GODAAN PRA NIKAH   menunaikan undangan

    Akhirnya hari ini aku diharuskan datang kepernikahan mas Radit dengan Dini. Walau aku sudah tak punya perasaan apapun pada mas Radit, tetap saja bayang-bayang penghianatannya masih menyisakan sakit. Aku memaksa diriku untuk kuat hanya sekedar mengucapkan selamat, daripada Dini akan mengecapku sebagai orang yang masih mengharapkan suaminya itu."selamat ya Din" ucapkuDini menarik badanku, memelukku. Alih-alih sikapnya seperti sahabat, ia justru membisikkan sesuatu."pernikahanmu batal ya? yang sabar ya" ucapnya lirih tapi cukup didengar beberapa orang disekitar kamiAku menelan ludah, menarik nafas panjang sembari menekan emosiku."selamat ya mas" Aku ngeluyur dari hadapan Dini, bahkan aku mengabaikan mas Radit yang sudah mengulurkan tangan.Dihari bahagianya pun ia masih sempat meledek nasibku. "Andai Mei, Rifki atau minimal Hendi disini, mungkin mereka tidak akan membiarkan Dini mengucapkan pertanyaan itu" gumamkuSeorang kerabat Dini mempersilahkan aku mengambil hidangan. Karena

  • GODAAN PRA NIKAH   plin plan

    Sebuah toko tampak mulai berbenah, karena memang sudah mulai larut."iya deh calon manten, seharian semangat banget kerjanya" ledek HendiRifki hanya tertawa kecil."makaya nikah dong Hen, eh lupa jomblo" ledek Rifki"sialan. Liat aja ntar kalo aku nikah kamu bakal kaget" jawab Hendi percaya diri"udahlah aku mau pulang" lanjut HendiIa melangkah, tapi tak langsung memacu motornya. Ia duduk diemperan toko membuka Ponselnya yang sedari tadi didalam tas.Tangannya membuka aplikasi biru, wajahnya seketika muram. Melihat sebuah foto dalam aplikasi."kamu wanita baik, cantik. Tapi, kenapa laki-laki selalu bermain-main dengan perasaanmu" batinnyaHendi terus menatapi gambar Nayra. Gambar yang manis dengan balutan senyum yang sederhana. Tapi senyum itu tak seceria dulu. Baru dua menit foto itu diposting, dia segera meninggalkan jempolnya di foto Nayra. Seperti itu setiap hari, Hendi memastikan keadaan Nayra dari media sosial. Seperti dulu."kenapa sih kamu nggak jujur aja sama Nayra?" "eh k

  • GODAAN PRA NIKAH   omongan orang

    "kenapa harus bertemu dia dua kali sepagi ini?" gumamku"Hai juga Mei" sapaya ceria"kamu ngapain disini Din?" tanya Mei"kan nyiapin acara pernikahanku, cuma beda satu hari sama kamu, tapi aku duluan hehe" jelasnya terkekehMei senyum kecut melihat tingkah serta penjelasannya."maksudmu peresmian pernikahanmu?" ledek Mei"apapun itu, intinya pernikahanku sama mas Radit" jawabnyaIa terlalu percaya diri bahkan saat tengah mempersiapkan pernikahan dengan kondisi perut yang sudah membesar. Seolah ia malah memamerkannya laksana sebuah kebanggaan."jangan lupa dateng ya Nay" jawabnya sembari berlalu"pasti" jawabkuLangkahnya yang sok anggun membuat Mei terlihat muak, dia terus saja mengusikku bahkan disaat aku sudah tak peduli dengan kehidupannya bersama mas Radit.Dari arah depan mas Radit menyambut sang isteri, tapi sikapnya berubah kikuk saat mendapati aku dan Mei ditempat itu juga. Dia melempar senyum, tapi aku membalas dengan tatapan datar tanpa ekspresi.Aku terus menemani Mei mem

  • GODAAN PRA NIKAH   kedua kalinya

    Aku tak begitu peduli dengan mas Radit dan Dini, karena memang aku sudah tak mau terlibat masalah dengan mereka.Rifki menjemputku untuk menemani Mei menuju kantor urusan agama. Tidak, lebih tepatnya kami kesana untuk urusan masing-masing. Rifki kembali ke tokonya setelah aku sudah bersama Mei."ayo Nay" Aku menaiki motornya. Tiap langkah kami, kukumpulkan tekad beserta tujuanku. Membatalkan pernikahan untuk kedua kalinya adalah sesuatu yang membuatku malu. Tapi, itulah seharusnya."kenapa kamu nggak nunggu mas Deni ngasih keputusan lagi Nay, kemarin dia ngomong gitu karena suasana hatinya sedang sedih" ucap Mei"kenapa aku harus menunggu untuk sesuatu yang sudah diputuskan?" tanyaku balik"aku malu Mei, kok terkesannya aku yang ngejar-ngejar mas Deni. Padahal aku mau nikah sama dia juga karena wasiat dari almarhumah Ilma" lanjutku"Ya udah, tapi kamu jangan sedih ya" jawabnyaKami terus melaju pada tempat yang kami tuju. Seorang ibu berseragam coklat menyambut kami, ia begitu sumrin

  • GODAAN PRA NIKAH   Undangan dari Dini

    Sepulang dari desa kaliwangi, aku belum lagi ke rumah bu dhe. Rasanya ada rasa sungkan bertemu mas Deni. Ibu masih di sana, mungkin sampai acara tujuh hari selesai. "Nanti malam kamu kesini ya Nay" ucap ibu pada sambungan telephon."InsyaAlloh bu" Aku menutup telephon, lalu melanjutkan sholat subuh. Masih terlalu pagi, tapi ibu sudah mengingatkan banyak acara untuk hari ini. Dimulai ke kantor urusan agama untuk kembali membatalkan pernikahanku, membantu persiapan pernikahan Mei, belum lagi aku harus ke rumah mas Deni, Itu adalah bagian yang paling berat bagiku.Setelah selesai beres-beres rumah dan menyiapkan sarapan, aku melongok jam bundar didinding. Sudah pukul tujuh. Aku bergegas, langkahku mantap menuju kantor urusan agama. Mungkin petugas disana akan menganggap aku bermain-main dengan pernikahan karena ini kali kedua aku membatalkan pernikahan.Tok tok tok !!!Terdengar Suara ketukan dari arah pintu depan, aku cepat-cepat menuju ruang tamu."mungkin ibu pulang, dia kan belum k

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status