Home / Romansa / GODAAN PRA NIKAH / Hujan Romantis

Share

Hujan Romantis

last update Last Updated: 2022-01-29 08:10:44

Sepulang dari butik mbak Reni, kami memutuskan untuk terlebih dulu singgah di sebuah cafe untuk sekedar duduk berbincang sembari menikmati kudapan khas di tempat itu. 

"Mau pesan apa mbak?" Tanya seorang pelayan

"Emm" aku berpikir sejenak

"Teh tawar sama choco brown cake mozarella" jawab mas Radit cekatan pas dengan yang hendak ku katakan.

Mas Radit tau persis kesukaanku. Pelayan laki-laki di depan kami mencatat pesanan mas Radit dan kemudian berlalu setelah meminta kami menunggu pesanan. 

Kami tak banyak bicara saat itu. Kami sibuk dengan hidangan yang tengah dinikmati. Hanya saja, mas Radit terlihat sering sekali melirik ke arahku. Aku melihatnya dari balik pantulan gelas di meja. Sikapnya membuatku salah tingkah. Wajah gugupku tak dapat ku tutupi.

"Udah makannya Nay?" Tanya mas Radit

"Udah mas" jawabku singkat

"Kita langsung pulang saja ya. Sudah mendung soalnya." Lanjutnya

Aku mengangguk. Kakiku segera mengikuti langkah mas Radit yang lebih dulu berjalan menuju kasir. Membayar beberapa makanan yang kami pesan tadi.

Aku melaju menuju pintu keluar. Mas Radit dengan cepat menyusul di belakangku. Tangannya lantas mencari jemariku, menggandeng mesra dengan raut muka datar menatap ke depan. Aku tersipu sendiri dengan kelakuan laki-laki ini.

Aku sudah berada di plataran cafe dengan mas Radit yang sudah siap menyalakan motornya. Akupun telah membonceng di belakang dengan posisi menghadap sisi kiri karena saat itu aku mengenakan rok sepan panjang. Motor mulai melaju pelan, tiba-tiba lagi lagi tangan mas Radit mencari-cari tanganku kemudian melingkarkan di pinggangnya. Dengan tangan kanan tetap memegang gas, sedang tangan kiri masih menggenggam jemariku di perutnya. Kulirik wajahnya dari kaca spion. Tampak berbeda rautnya, seperti menahan sedih atau marah.

"Tetap bertahan denganku ya Nay. Apapun dan siapapun yang datang, aku harap kamu tetap yakin dengan hubungan kita" katanya tiba-tiba

"InsyaAlloh mas. Kok kamu tiba-tiba ngomong gitu?" Tanyaku

"Nggak papa, aku cuma baru sadar" jawabnya singkat

"Sadar kenapa?" Aku penasaran

"Sadar, kalo ternyata kamu cantik" jawabnya lagi

Kucubit perut mas Radit. 

"Aww,,, sakit Nay!!" Protesnya dibarengi gelak tawa kami

Tiba-tiba hujan turun, saat kami masih asyik menikmati perjalanan. Kami lantas meneduh disebuah emperan toko.

"Kopi mas?" Tanya seorang bapak penjual minuman

"Dua ya pak, yang ini" jawab mas Radit menunjuk salah satu kemasan kopi yang berderet

"Baik mas, ditunggu ya" jawab sang bapak

Tak lama dua cangkir kopi susu telah tersanding dihadapan kami. Tergeletak di meja kecil dengan suasana hangat. Pas sekali momen ini, pikirku.

"Mas, kamu kenapa? Kok hari ini kaya beda?" Tanyaku membuka percakapan

"Sebenarnya aku takut Nay. Hari pernikahan kita semakin dekat. Tapi, kenapa orang-orang dari masalalu kamu malah muncul? Aku takut kamu akan..." mas Radit tak melanjutkan kata-katanya

"Heemmss" aku menghela nafas 

Kutatap wajah calon suamiku. Ekspresinya tampak memelas. Ada rasa geli melihat kelakuannya. Bagaimana mungkin dia berpikir sejauh itu. Bagaimana mungkin ia ketakutan aku akan jatuh cinta kembali pada Hendi. Jelas-jelas kisah kami hanya sekedar cinta monyet. Itupun kisah yang membekaskan luka.

"Kita sudah sejauh ini mas, bukan hanya kita. Tapi, keluarga kita pun punya andil besar dalam hubungan kita. Masa iya aku semudah itu berpaling?" Jelasku

"Nggak tau lah Nay, nggak tau kenapa aku takut Hendi akan kembali mengganggu kamu. Dari caranya menghubungiku, jelas sekali kalo dia bakal datang lagi dikehidupan kamu" 

Mas hendi mengambil gelas yang dari tadi ditatapnya. Lalu meletakannya kembali tanpa meminum isinya. Ia menatapku dalam, kubalas tatapannya dan kuraih tangan mas Radit.

"Pulang yuk mas" ajakku

"Masih hujan Nay, nanti masuk angin loh" jawabnya

Tanpa mendengarkannya aku berdiri dengan menyerahkan beberapa lembar uang pada bapak penjual minuman. Kutarik tangan mas Radit. Ia hanya nurut dengan permintaanku, lantas menyalakan motornya.

Kami mulai meninggalkan tempat itu. Tak butuh waktu lama, pakaian kami telah kuyup karena derasnya hujan siang itu. Tak banyak kendaraan yang melintas saat itu. Sepertinya hanya kami yang berkendara tanpa jas hujan.

"Nay kamu ngapain Nay, Nanti jatuh gimana?" Tanya mas Radit panik saat aku berusaha berdiri dengan berpegangan pundaknya yang bidang.

"I loveee youuu mas Radiittt!!!!!" Teriakku keras tanpa rasa malu

"Nay,, malu Nayy" mas Radit semakin panik dengan tingkah konyolku

Kulirik wajahnya dari spion, terlihat senyumnya mengembang. Aku tertawa sendiri melihat beberapa pengendara melihat kelakuanku. Wanita macam apa yang merayu pasangannya dengan cara demikian, pikirku.

Mas Radit meraih tanganku lagi dan tak melepasnya. Mungkin ia takut aku melakukan hal aneh lagi. Rasanya tak memikirkan badan yang mungkin saja masuk angin diterpa hujan sederas ini. Momen seperti ini mungkin tidak akan kembali, jadi mari kita nikmati saja.

*****

"Assalamu'alaikum" 

"W*'alaikum sallam" jawab seseorang sembari membuka pintu

"MasyaAlloh, apa-apaan kalian? Udah tau hujan malah hujan-hujanan. Emangnya kalian anak kecil?!" Kata ibu setengah marah

Kami hanya tersenyum dengan wajah saling tatap.

"Ayo masuk, ganti pakaian kalian. Radit bisa pake baju di kamar tamu. Kebetulan di sana ada beberapa stel kaos laki-laki" lanjut ibu

Ibu memang sengaja menyimpan beberapa lembar pakaian laki-laki kalau kalau ada keponakan yang menginap.

Aku bergegas menuju kamar mandi yang ternyata sudah ada mas Radit di dalamnya. Aku menunggunya beberapa saat sembari sesekali meneriakinya agar bergegas.

Beberapa menit mas Radit membuka pintu kamar mandi dengan tangan mengusap-usap handuk di kepalanya.

"Lama banget sii, dingin tau" keluhku dengan wajah cemberut manja

Aku berlari menuju ruang kecil didepanku. Tapi belum sempat memasukinya ....

BRUUKKK !!!

Kakiku tak sengaja menendang meja kecil di samping pintu kamar mandi. Seketika mas Rdit menangkap tubuhku yang nyaris rubuh. Beberapa detik kami diam dengan posisi setengah berpelukan.

Tubuhku seketika lemas. Detak jantungku tak beraturan saat pandangan mas Radit tepat jatuh pada mataku. Tatapannya semakin dalam, bahkan wajahnya perlahan mendekat. Otakku seperti berhenti bekerja, tak sempat berpikir apa yang harus aku lakukan.

Semakin dekat wajah mas Radit, nafasku semakin tak terkendali. Aku mematung bahkan saat ujung hidung kami menempel.

"Ee anu mas itu ada ibu" kataku sigap membuyarkan pandangan mas Radit.

Mas Radit spontan melepas pelukannya. Kepalanya menoleh kebeberapa sisi yang ternyata tak ada ibu di sana. Seketika aku berdiri memperbaiki posisiku. Mataku mengawasi sekitar dengan sesekali melirik laki-laki didepanku. Wajahnya kecewa, tapi biarlah aku bergegas ke kamar mandi.

Ku dengar langkah kakinya mengjauhi kamar mandi.

"Huufftt hampir saja" aku menghela nafas lega.

Memang selama aku dan mas Radit pacaran hingga hampir menikah, tak sekalipun kami berciuman. Sejauh itu kami hanya berpegangan tangan. Dan selama itu pula dia tak pernah mengeluhkan hal itu.

*****

Di ruang makan, mas Radit terlihat berbincang dengan ibu. Terlihat sangat serius.

"Ngobrolin apa sih? Serius banget" tanyaku seraya mendekati mereka berdua

"Ini Nay, besok kalian harus mulai kirim undangan loh" jawab ibu

"Iya Nay, kan tinggal 20 hari lagi. Kita sekalian silaturrahmi ke keluarga sekalian antar undangan. Kamu bisa kan?" Sambung mas Radit

Aku hanya mengangguk dengan tangan menyambar potongan kue di piring. Ditengah perbincangan kami,

Tookk took tookk

Terdengar ketukan pintu dari luar. Aku bergegas membukanya. Kudapati bapak parih baya dengan jaket orange berdiri tepat di depan pintu dengan tangan memegang sebuah bungkusan.

"Selamat siang, mbak Nayra ya?" Tanyanya ramah

"Iya, saya pak" jawabku

"Ini ada paket mba" jawabnya singkat sembari memegang handpone, memotretku sebagai bukti penerimaan paket

"Makasih ya pak" jawabku lagi

Aku kembali ke dalam rumah setelah bapak kurir itu pergi.

"Ibu pesen apa? Ini ada paket!" Kataku setengah berteriak

Ku berikan bungkusan itu pada ibu. Wajahnya tampak kebingungan. 

"Ini bukan buat ibu Nay, tapi buat kamu. Dari...." kata-ibu terhenti

Ibu menatapku, lalu melihat arah mas Radit.

"Hendi" lanjut ibu

Wajah mas Radit seketika berubah datar. Beberapa kali terdengar menghela nafas.

"Apa ini? Darimana Hendi tau alamat baruku? Pasti mas Radit berpikir aku yang memberitahunya. Atau bahkan dia mengira aku masih berhubungan dengan Hendi" gumamku dalam hati.

Pikiranku berkecamuk apa yang Hendi kirimkan? Apa tujuannya? Dan kenapa?

Aku berlari menuju kamar mandi

Riyatun jannah

Apa yaa kira-kira yang dikirimkan Hendi untuk Nayra? Apa tujuannya? Dan bagaimana dia bisa tau rumah Nayra?

| Like

Related chapters

  • GODAAN PRA NIKAH   Cemburu...

    Aku berlari menuju kamar mandi yang sebenarnya bukan tujuanku. Aku hanya salah tingkah dengan kenyataan aku mendapat kiriman paket dari Hendi. Setengah hati aku senang. Selebihnya aku takut mas Radit salah paham. Beberapa menit aku berdiam, sampai akhirnya memberanikan diri kembali duduk dengan ibu dan mas Radit. **** Di ruang tengah ibu terlihat memilah beberapa undangan. Mengumpulkannya berdasarkan alamat. Tapi tak terlihat mas Radit bersamanya. "Mas Radit mana bu?" Tanyaku "Ada di teras Nay, katanya mau cari angin" jawab ibu dengan senyum Aku berlalu meninggalkan ibu yang masih sibuk. Ku lihat mas Radit duduk di lantai dengan kaki menyilang. Di depannya nampak bungkusan plastik hitam. "Ah aku lupa dengan paket itu" gumamku "Lagi ngapain mas?" Tanyaku basa-basi "Lagi nunggu kamu buka ini. Aku penasaran apa yang dikirimkan seorang laki-laki pada mantan kekasihnya" terangnya dengan wajah masam

    Last Updated : 2022-02-03
  • GODAAN PRA NIKAH   Di pusat perbelanjaan

    Aku menuju ruang tamu. Kudapati seorang pria dengan kemeja kotak-kotak tengah duduk di sana. Pandangannya tertuju pada beberapa gambar yang tertempel di dinding. Aku duduk di sofa tepat di hadapannya. Tatapanku sangat teliti pada penampilannya. Dari atas kepala hingga ujung kaki kuperhatikan. Pria itu membalas tatapanku "Rifkiiii" teriakku "Apakabar Nay? Sepertinya sangat sehat?" Sapanya usil melihat aku yang sekarang sudah tak sekurus dulu. "Aku mengembang bersama usia ki" jawabku dengan tawa "Kapan kamu pulang ki? Udah mau wisuda ya?" Sambungku "Aku udah lulus dari beberapa tahun lalu Nay, ini udah enam tahun loh masa kamu masih mikir aku belum lulus" jawabnya cemberut "Hehehe kali aja. Oh iya, jadi kamu sekarang kegiatannya ngapain? Kerja atau lanjut S2?" Tanyaku "Lagi mengunjungi calon isteri Nay" jawabnya "Calon isteri? Siapa? Kenalin dong?" Aku penasaran Dia tak menjawab. Ia menatapku dalam

    Last Updated : 2022-02-04
  • GODAAN PRA NIKAH   Permintaan maaf Mei

    Mencari tau tentang Nayra adalah kebahagiaan tersendiri bagi Hendi. Baginya ada sesuatu yang belum selesai diantara mereka. Mereka terpisah saat kita masih sama-sama suka. Tapi bagi Hendi biarlah seperti ini saja, asal Nayra bersama orang yang tepat.Hendi mengawasi dua orang yang tengah berjalan beriringan. Mereka terlihat sangat behagia. Bersenda gurau ditengah keramaian. Tak sadar, Hendi pun turut senyum melihat tingkah mereka.Nayra sepertinya tak menyadari Hendi berada di sana dan tengah mengawasinya. Hendi memang sengaja meminta tolong Rifki agar bagaimana caranya dia bisa melihat Nayra."Tingkahnya masih sama, keceriaannya masih sama yang berbeda hanya kini dia bersama orang lain" begitu pikirnyaBanyak sekali yang ingin Hendi katakan. Tapi terpaksa dia tahan karena tak ingin melihatnya kecewa. Melihat tawa Nayra saja sudah sangat membuatnya bahagia.Hendi mengambil ponsel dari saku jaket."Sudah cukup Rif. Makasih ya" pesanku singkat

    Last Updated : 2022-02-09
  • GODAAN PRA NIKAH   Ilma ku sayang

    Suara sirine memecah keramaian jalanan. Lalu lalang kendaraan seolah tersibak tatkala mobil putih itu melintas.Di dalam, Deni tengah memegang erat tangan isterinya yang sedang merasakan sakit luar biasa. Sementara Mei turut tersedu melihat wajah temannya pucat pasi tak berdaya. Ilma mengatur nafas sebisanya."Bertahan ya sayang, kamu kuat. Sebentar lagi kita sampai" bisik Deni dengan suara bergetarLima belas menit waktu yang ditempuh. Mereka sampai di Rumah sakit. Petugas segera membawa Ilma. Dokter Rani yang sebelumnya sudah ditelfon pun sudah siaga siap menangani pasiennya."Bapak, ibu mohon tunggu di luar ya" pinta seorang perawat sambil menutup pintu UGD.Deni bolak-balik di depan pintu dimana isterinya ditangani. Mulutnya tak berhenti mengucap dzikir. Beberapa waktu kemudian, Dokter memanggilnya ke sebuah ruangan.“Saya sudah mengingatkan sebelumnya ya pak, kalau ibu Ilma harus operasi dan tindakan tersebut dilakukan sebelum terasa ko

    Last Updated : 2022-02-14
  • GODAAN PRA NIKAH   Selamat jalan Ilma

    Duniaku hancur, satu sahabatku pergi. Aku merasa seorang diri.“Sabar Nay, ikhlaskan Ilma ya sayang. Dia sudah bahagia” kata-kata lembut itu membangunkankuAku memeluk sosok itu. Entah dari kapan ibu sudah berada di sini. Dibangku tempatku tergeletak.“Ilma bu, Ilma. Kenapa harus Ilma bu??!” Aku semakin histeris“Ssttt sudah sudah” ibu memelukkuMas Deni sedang ikut mengurus jenazah Ilma. Sementara aku tak tega jika harus melihat sahabatku sudah dalam keadaan dingin. Tiba-tiba emosiku mencuat, ku pandang Mei yang masih saja duduk.“Seneng kamu? Kamu mau tertawa? Kalo kamu dulu nggak egois Ilma nggak akan kaya gini. Bu dhe nggak akan kena strok. Ilma tidak harus pontang panting kerja disaat hamil karena harus menutup hutang ibunya” gerutuku“Nay, aku nggak tau kalo kehidupan Ilma berubah drastis setelah bu dhe tidak bekerja di tempat papa” bela Mei“Karena kamu tida

    Last Updated : 2022-02-16
  • GODAAN PRA NIKAH   kebetulan

    Tiga hari kepergian Ilma rasanya masih seperti mimpi bagiku. Aku masih di rumah sakit menunggu si kecil dengan bolak-balik pulang untuk mengurus keperluan pernikahanku. Mas Radit selalu menemaniku di rumah sakit. Hari ini kami berencana mengantar undangan. Memang ada beberapa undangan yang sengaja kami antar sendiri karena kami pun harus meminta do’a restu kepada yang bersangkutan.Sebenarnya aku agak canggung saat bertemu beberapa rekan dari calon mertuaku. Tapi kusampingkan perasaan itu.“Oh ini calonnya Radit ya? Wah cantik sekali. selamat ya, tante do’akan acaranya lancar” kata tante Asri saat kami berkunjungSesekali aku melirik sekitar, dekorasi rumah semi eropa seolah menggambarkan kalau sang pemilik dari golongan menengah ke atas. Beberapa pajangan mewah pun tampak berderet di sebuah lemari pajangan.“Hen, sini nak bentar!” teriak tante Asri“Mungkin nama anaknya Heni” benakku“ada apa tan” tanya seorang oemud

    Last Updated : 2022-03-07
  • GODAAN PRA NIKAH   wasiat

    Motor mas Radit berhenti tepat di depan rumah Ilma. Aku mengajaknya masuk namun ia menolak dengan alasan pekerjaan. “Eehh ada tante Nay!!” teriak seseorang dari arah pintu rumah. Orang itu duduk diatas kursi roda dengan memangku bayi kecil. “Aaaa Tiara sayaaang!!!” teriakku berlari menyambut sang bayi Mas Radit pergi, bahkan tanpa menyalami ibu Ilma. Rasanya tak enak hati melihat tingkah laku mas Radit. Ia yang berwibawa dan sangat sopan santun seakan menjadi orang lain yang tak peduli pada sekitarnya. Ia kini menjadi pria dingin dan murung entah apa yang membuatnya berubah. aku melambai pada calon suamiku dan masuk kedalam rumah mas Deni.Di dalam rumah, masih terpajang foto-foto almarhum Ilma. senyumnya masih hangat mewarnai ruangan. hanya saja, rasanya wajahnya terlalu menyakitkan untuk aku tatap."huuuft" aku menghelaTerdengar suara tangis Tiara dari kamar belakang. aku bergegas menemuinya."ututuuu ana

    Last Updated : 2022-03-08
  • GODAAN PRA NIKAH   membingungkan

    aku pergi, menjauh sebisaku. aku bingung apa yang harus aku lakukan. Entah kepada siapa aku menceritakan dan keputusan seperti apa yang harus aku ambil.Lututku terasa nyeri. Aku tak ingat seberapa jauh aku berlari. Langkahku terhenti di sebuah taman dengan hamparan danau ditengahnya. kubasuh mukaku sembari menghela nafas. Perasaan kecewa masih menggelayutiku. "keringkan mukamu!" seseorang menyerahkan selembar tisuAku menoleh kearah tangan di sebelahku."Hendi? kamu ngapain di sini?" tanyaku dengan nada masih terisak"lah, kan emang aku ngikutin kamu dari depan komplek rumah mas Deni" jawab Hendi entengAku tak menjawab lagi. Rasanya Banyak sekali hal yang ingin kuceritakan padanya. Banyak hal yang akan ku adukan. Tapi aku harus mulai dari mana? hingga hanya air mata yang lebih dahulu keluar sebelum aku mengucapkan apapun."Mas Deni itu orang baik, baik sekali menurutku. Dia akan menyayangi dan membimbingmu. Ilma

    Last Updated : 2022-03-10

Latest chapter

  • GODAAN PRA NIKAH   Dipernikahan Mei

    "Hen, besok kamu bisa nganterin Nay....""yuk bu, kita pulang. Lagian Mei sudah ijab qobul" potongku"nganterin kemana tan?" tanya Hendi"eh anu nggak kemana-mana. Mungkin maksud ibu, nganterin pulang sekarang. Tapi aku mau pulang sama ibu aja. ya kan bu?" Aku mengedip-ngedipkan mataku sebagai kode. Rupanya ibu baru sadar ia baru saja hampir keceplosan."e-iya Hen, tadinya tante mau minta tolong anterin Nayra pulang. Tapi nggak usah deh, biar pulang sama tante aja naik taksi online" jelas ibuAku menghela nafas lega. Tapi, Hendi seolah tak percaya dengan alasan ibu. Sorot matanya penuh keingintahuan, gerak-geriknya penuh rasa penasaran. Bahkan aku sempat melihat ia membuntuti kami hingga masuk ke dalam taksi online. Aku memergokinya dari balik pantulan kaca mobil.[tan, maaf. Saya pulang dulu ya. Ada urusan yang harus saya selesaikan][iya, Nay nggak papa. Maaf ya tadi nggak sempet nemenin kamu sama ibu]Aku menutup sambungan telephon, dan mobil mulai melaju. Dari arah depan, ku liha

  • GODAAN PRA NIKAH   Dipernikahan Mei

    Mas Radit, benar saja aku seperti mengenali suaranya. Ia meraih tanganku yang tengah membersihkan jas.nya. Jarak kami begitu dekat membuat jantungku berdegup kencang. Aku mengatur ulang nafasku, agar tak segugup ini."eh maaf mas, jasmu jadi kotor" tegurku seraya berusaha melepaskan genggaman tangannya.Tapi sialnya, entah kenapa ujung jilbabku tersangkut dijam tangannya. Pandangan kami saling tertaut, seperti terjebak pada satu titik. Hingga beberapa detik kami saling memandang kosong satu sama lain."maaf, jilbabku tersangkut" kataku membuyarkan fokusnya"bentar, pelan-pelan aja Nay nanti jilbabmu sobek kalo dipaksa"Aku menurut saja, tangannya segera mengambil alih berusaha melepas jilbabku. Tapi, dari adah lain Dini datang. Dan...kreekkk!!!Ia menggunting jilbabku,"gitu aja kok repot, nggak usah dilama-lamain biar bisa ambil kesempatan deketin suami orang!" ucapnya keras.'ya Alloh, jilbab kesayanganku pemberian Ilma' batinku"nggak perlu cari-cari alasan biar bisa deket sama m

  • GODAAN PRA NIKAH   Dipernikahan Mei

    "nggak papa kok mah" jawab Mei tersenyumAku sendiri telah paham kenapa sahabatku ini tak mau aku mendampinginya . Aku bahkan tidak keberatan ataupun merasa tersinggung, justru aku senang karena aku bisa leluasa menyembunyikan diriku jika saja ada tamu yang tak ingin ku temui.*****Akhirnya hari pernikahan Mei dan Rifki tiba, beberapa orang sudah mulai mendatangi lokasi."Nay, kok mukanya sedih? aku nikah sama Rifki loh, kita bertiga bakal tetep temenan. Kita tetep bisa pergi bareng-bareng"Mei menggenggam tanganku erat, seperti paham dengan apa yang aku rasakan. "janji ya Mei, sekarang temenku cuma kamu" ucapkuMei menatapku lekat, matanya yang sudah penuh riasan hampir meneteskan air mata. Cepat-cepat tangannya mengelap dengan tisu sebelum berhambur jatuh kepipi. Kami berpelukan sambil menahan tangis masing-maning. Aku menghela nafas, mencoba melonggarkan dada agar tak sesak oleh perasaan sedih. Mei pergi meninggalkan meja rias, ia bersiap ketempat akad. Wajahnya begitu ayu dengan

  • GODAAN PRA NIKAH   menjadi anak, bukan orang lain

    Siang hari terasa menyengat dari biasanya. Seseorang wanita paruh baya terlihat tengah menjemur beberapa lembar pakaian, tangannya nampak kesulitan."MasyaAlloh bu, biar saya bantu""biarin Den, ini tinggal satu aja kok"Deni meraih selembar pakaian yang masih dalam genggaman bu Nani."biar ibu aja Den" cegah sang mertuaDeni mendorong kursi roda bu Nani kedalam rumah. Lalu, ia duduk menekuk setengah lutut dihadapannya, Tangannya menggenggam jari sang mertua."bu, ibu nggak usah ngerjain kerjaan rumah kayak tadi ya. Saya takut ibu kecapean" terang Deni"tapi, ibu nggak enak Den, masa ibu cuma makan tidur aja. Lagian kan cuma beres-beres rumah""kalo ibu ngrasa nggak enak ke saya berarti ibu nganggep saya sebagai orang lain"Bu Nani terdiam, tangannya mengusap peluh di dahinya. "Bu, saat ini saya nggak lagi nganggep ibu sebagai mertua tapi sudah menjadi ibu bagi saya. Ibu adalah keluarga saya satu-satunya disini. Cuma ibu sama pakdhe Narto yang saya punya" Deni masih menatapnya dalam,

  • GODAAN PRA NIKAH   menunaikan undangan

    Akhirnya hari ini aku diharuskan datang kepernikahan mas Radit dengan Dini. Walau aku sudah tak punya perasaan apapun pada mas Radit, tetap saja bayang-bayang penghianatannya masih menyisakan sakit. Aku memaksa diriku untuk kuat hanya sekedar mengucapkan selamat, daripada Dini akan mengecapku sebagai orang yang masih mengharapkan suaminya itu."selamat ya Din" ucapkuDini menarik badanku, memelukku. Alih-alih sikapnya seperti sahabat, ia justru membisikkan sesuatu."pernikahanmu batal ya? yang sabar ya" ucapnya lirih tapi cukup didengar beberapa orang disekitar kamiAku menelan ludah, menarik nafas panjang sembari menekan emosiku."selamat ya mas" Aku ngeluyur dari hadapan Dini, bahkan aku mengabaikan mas Radit yang sudah mengulurkan tangan.Dihari bahagianya pun ia masih sempat meledek nasibku. "Andai Mei, Rifki atau minimal Hendi disini, mungkin mereka tidak akan membiarkan Dini mengucapkan pertanyaan itu" gumamkuSeorang kerabat Dini mempersilahkan aku mengambil hidangan. Karena

  • GODAAN PRA NIKAH   plin plan

    Sebuah toko tampak mulai berbenah, karena memang sudah mulai larut."iya deh calon manten, seharian semangat banget kerjanya" ledek HendiRifki hanya tertawa kecil."makaya nikah dong Hen, eh lupa jomblo" ledek Rifki"sialan. Liat aja ntar kalo aku nikah kamu bakal kaget" jawab Hendi percaya diri"udahlah aku mau pulang" lanjut HendiIa melangkah, tapi tak langsung memacu motornya. Ia duduk diemperan toko membuka Ponselnya yang sedari tadi didalam tas.Tangannya membuka aplikasi biru, wajahnya seketika muram. Melihat sebuah foto dalam aplikasi."kamu wanita baik, cantik. Tapi, kenapa laki-laki selalu bermain-main dengan perasaanmu" batinnyaHendi terus menatapi gambar Nayra. Gambar yang manis dengan balutan senyum yang sederhana. Tapi senyum itu tak seceria dulu. Baru dua menit foto itu diposting, dia segera meninggalkan jempolnya di foto Nayra. Seperti itu setiap hari, Hendi memastikan keadaan Nayra dari media sosial. Seperti dulu."kenapa sih kamu nggak jujur aja sama Nayra?" "eh k

  • GODAAN PRA NIKAH   omongan orang

    "kenapa harus bertemu dia dua kali sepagi ini?" gumamku"Hai juga Mei" sapaya ceria"kamu ngapain disini Din?" tanya Mei"kan nyiapin acara pernikahanku, cuma beda satu hari sama kamu, tapi aku duluan hehe" jelasnya terkekehMei senyum kecut melihat tingkah serta penjelasannya."maksudmu peresmian pernikahanmu?" ledek Mei"apapun itu, intinya pernikahanku sama mas Radit" jawabnyaIa terlalu percaya diri bahkan saat tengah mempersiapkan pernikahan dengan kondisi perut yang sudah membesar. Seolah ia malah memamerkannya laksana sebuah kebanggaan."jangan lupa dateng ya Nay" jawabnya sembari berlalu"pasti" jawabkuLangkahnya yang sok anggun membuat Mei terlihat muak, dia terus saja mengusikku bahkan disaat aku sudah tak peduli dengan kehidupannya bersama mas Radit.Dari arah depan mas Radit menyambut sang isteri, tapi sikapnya berubah kikuk saat mendapati aku dan Mei ditempat itu juga. Dia melempar senyum, tapi aku membalas dengan tatapan datar tanpa ekspresi.Aku terus menemani Mei mem

  • GODAAN PRA NIKAH   kedua kalinya

    Aku tak begitu peduli dengan mas Radit dan Dini, karena memang aku sudah tak mau terlibat masalah dengan mereka.Rifki menjemputku untuk menemani Mei menuju kantor urusan agama. Tidak, lebih tepatnya kami kesana untuk urusan masing-masing. Rifki kembali ke tokonya setelah aku sudah bersama Mei."ayo Nay" Aku menaiki motornya. Tiap langkah kami, kukumpulkan tekad beserta tujuanku. Membatalkan pernikahan untuk kedua kalinya adalah sesuatu yang membuatku malu. Tapi, itulah seharusnya."kenapa kamu nggak nunggu mas Deni ngasih keputusan lagi Nay, kemarin dia ngomong gitu karena suasana hatinya sedang sedih" ucap Mei"kenapa aku harus menunggu untuk sesuatu yang sudah diputuskan?" tanyaku balik"aku malu Mei, kok terkesannya aku yang ngejar-ngejar mas Deni. Padahal aku mau nikah sama dia juga karena wasiat dari almarhumah Ilma" lanjutku"Ya udah, tapi kamu jangan sedih ya" jawabnyaKami terus melaju pada tempat yang kami tuju. Seorang ibu berseragam coklat menyambut kami, ia begitu sumrin

  • GODAAN PRA NIKAH   Undangan dari Dini

    Sepulang dari desa kaliwangi, aku belum lagi ke rumah bu dhe. Rasanya ada rasa sungkan bertemu mas Deni. Ibu masih di sana, mungkin sampai acara tujuh hari selesai. "Nanti malam kamu kesini ya Nay" ucap ibu pada sambungan telephon."InsyaAlloh bu" Aku menutup telephon, lalu melanjutkan sholat subuh. Masih terlalu pagi, tapi ibu sudah mengingatkan banyak acara untuk hari ini. Dimulai ke kantor urusan agama untuk kembali membatalkan pernikahanku, membantu persiapan pernikahan Mei, belum lagi aku harus ke rumah mas Deni, Itu adalah bagian yang paling berat bagiku.Setelah selesai beres-beres rumah dan menyiapkan sarapan, aku melongok jam bundar didinding. Sudah pukul tujuh. Aku bergegas, langkahku mantap menuju kantor urusan agama. Mungkin petugas disana akan menganggap aku bermain-main dengan pernikahan karena ini kali kedua aku membatalkan pernikahan.Tok tok tok !!!Terdengar Suara ketukan dari arah pintu depan, aku cepat-cepat menuju ruang tamu."mungkin ibu pulang, dia kan belum k

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status